Libur musim dingin sudah sampai di penghujungnya. Kata hibernasi yang di ucapkan sahabatnya hanyalah sebuah tong kosong. Menjelang akhir tahun, gadis pirang itu tanpa aba-aba menyeretnya, mencari winter sale di Uchiha's Store Square dari menjelang siang sampai malam. Pergantian tahun gadis itu lewati dengan acara kecil-kecilan, bersama sang kakak yang setia mengipasi panggangan daging dan sang nenek yang terus mengomelinya.
Ino selalu berbicara di telepon. Bahwa Sakura adalah jemuran usang yang lupa diangkat oleh pemiliknya, membuat gadis merah muda sedikit kesal. Ia hanya menjalani takdir Tuhan yang terbaik untuknya, meskipun ada rasa sedikit dijemur oleh seseorang. Tidak ada yang spesial selain menghabiskan waktu bersama keluarganya, kecuali beberapa pesan dari seseorang yang mengabarkan dia sedang di kota seberang.
Awal tahun ia lewati di kota seberang yang tersibuk di jepang. Menghadiri upacara kelulusan sang kakak hingga bertemu dengan keluarga sang pujaan hati. Cukup menyenangkan baginya, untuk itu Sakura tidak berani meminta lebih pada Tuhan. Karena Tuhan sudah memberikan porsi masing-masing. Meskipun begitu, ia sedikit bandel meminta ini dan itu pada Tuhan. Getaran ponselnya membuat pikirannya kembali dari berkelana panjang. Senyum kecil terukir di wajah ayunya melihat notifikasi ponselnya.
1 message Uchiha Sasuke
From Uchiha Sasuke
Kau di mana?Gadis itu tersenyum tipis. Rona malu mulai menyambangi kedua pipinya. Mengetikkan beberapa kata lalu menekan tombol send.
To Uchiha Sasuke
Aku di rumah. Ada apa Sasuke-kun?Ponselnya kembali bergetar, kali ini lebih lama. Gadis itu sedikit berdeham sebelum menggeser icon berwarna hijau.
"Moshi moshi Sasuke-kun." Jantungnya mulai berdenyut cepat. Menanti jawaban dari pemuda di seberang sana.
"Tidak, Kenapa?" Gadis itu merutuki mulutnya yang terlalu bersemangat.
"Tidak juga." Jantungnya berdegup penasaran. "Ada apa?" Suaranya terdengar mengambang, gendang telinganya menangkap suara bising dan klakson mobil. "Jangan menelepon ketika mengemudi." Rasa khawatir mulai menyambangi hatinya. "Aku matikan." Jeda itu cukup panjang, membuat sang gadis menanti dengan sedikit cemas.
Sakura terkesiap, ia spontan berdiri dari duduknya. "A-apa? Jam berapa? Dimana?" Suara kekehan kecil di seberang sana membuat Sakura tersadar malu. "Aku. Maaf."
"Sa-"
Tutt Tutt Tutt
Sakura melangkah cepat menuju balkon kamarnya, menyibak tirai jendela dan mengintip ke luar. Emeraldnya membola mendapati Sasuke memasuki pekarangan rumahnya. Gadis itu segera menuju meja belajar yang merangkap sebagai meja rias. Menuangkan bedak baby pink andalannya di tangan kanan, menepuknya sebentar lalu membalurkan ke seluruh wajahnya. Langkah lebarnya membawa ke lemari pakaian, memilah-milah pakaian yang menurutnya pantas. Ia menutup asal lemarinya, ketika ketukan pintu kamarnya memasuki indra pendengarannya.
"Tidak sempat ganti." Gumamnya pelan.
Mebuki menatap heran putrinya yang tengah tergesa-gesa. "Sakura. Kenapa belum bersiap? Sasuke sudah di bawah."
Gadis itu dengan cepat menyambar mantel dongker yang tergantung di belakang pintunya, memakainya, lalu melilitkan syal hijaunya dengan asal.
"Sebentar lagi."
Sakura melangkah lebar mengambil dompet dan memasukkan ke dalam tas jalannya. Sementara Mebuki hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windows[✓]
Short StoryDari kedua jendela ini aku melihatmu. aku tahu kau melakukan hal yang sama denganku. Jauh sebelum itu kedua jendelaku sudah menyambutmu.