Tempat itu bagaikan gula yang dikerubungi semut. Bersyukurlah karena semut-semut itu berjajar rapi, hanya satu dua semut yang terlihat tidak sabar untuk segera mengisi lambungnya. Sekelompok siswa sedang bercengkrama dengan kawan sejawatnya. Menumpahkan segala keluh kesahnya atau sekedar mencari angin segar dari rutinitas belajar terutama siswa-siswi tahun ketiga. Beruntunglah mereka yang masih berada ditahun pertama atau kedua, Sabtu akhir pekan hanya diisi oleh kelas ekskul. Sementara tahun ketiga diharuskan belajar dan dilanjutkan bimbel. Setidaknya mereka masih bersyukur, karena pembelajaran di hari Sabtu berakhir setengah hari.
"Aku rindu berada di tahun kedua." Celetuk pemuda bersurai kuning. Pandangannya menerawang menggali kepingan-kepingan masa lalu. Para pemuda disekitarnya diam-diam mengiyakan perkataan sahabat kuningnya.
Mendengar perkataan Naruto, pemuda berambut klimis itu meneguk minumannya kemudian memandang Naruto yang terlihat menerawang jauh. "Kau benar, tidak ada buku dihari Sabtu." Sai mengambil satu sushi di sampingnya, kemudian memakannya. "Ngomong-ngomong dimana Sasuke?"
"Dia sedang ada urusan." Jawab Naruto cuek sembari mencomot sushi di depannya. Ia hanya ingin cari aman sekarang. Tidak ingin lagi terkena damprat oleh Sasuke.
Shikamaru hanya menaikkan sebelah alisnya. Menguap lebar sembari melipat kedua tangganya dibelakang kepala. "Tidak perlu menyembunyikannya, kami semua sudah tau." Pemuda itu menyeringai mendengar perkataan dari Gaara yang mewakili suaranya.
Naruto melotot, dia merasa mulutnya bisa diajak kompromi dengan baik. "Memang kalian tau apa?"
Gaara hanya menatap bosan pemuda kuning di depannya.
"Semuanya terlihat jelas." Ucap Shikamaru malas.
"Dari tahun pertama." Timpal Sai dengan seringai menyebalkan.
Naruto menatap horor sahabat-sahabatnya "Sial, ternyata mereka tahu sendiri. Kenapa aku yang kena damprat Sasuke?" Teriaknya yang hanya bisa diungkapkan dalam hati.
Shikamaru menopang kepalanya dengan sebelah tangan kirinya. Pemuda itu menertawakan Naruto yang pasti sudah terkena damprat Sasuke setelah kejadian kemarin. Dia menyeringai saat jendela matanya mendapati seorang gadis yang baru saja memasuki kantin. "Lihat, dalam hitungan ke 5 dia akan datang." Sahabat-sahabatnya mengikuti arah pandang Shikamaru yang tengah mencondongkan dagunya. Kerutan samar tercetak di dahi Gaara mendapati Sasuke yang hanya berjarak sekitar 7 langkah di belakang gadis itu. Sai setia dengan senyum menyebalkannya.
Sementara Naruto yang mengerti arah pandangan sahabat-sahabatnya hanya tersenyum kecil kemudian berteriak memanggil sahabat oroknya. "Sasuke di sini."
***
"Terimakasih Uchiha-san." Ucap Sakura tulus. Ia benar-benar tidak menyangka akan hal yang baru saja dialaminya."Hn." Sang pemuda mencoba merekam lebih lama gadis di depannya yang sedang menunduk malu. "Ke kantin?" Pertanyaan Sasuke sukses membuat Sakura mendongakkan kepala. Pemuda itu merutuki dirinya sendiri yang selalu diluar kendali ketika berada di dekat gadisnya. Apa ini yang dinamakan salah tingkah?
Gadis itu mengernyitkan alisnya bingung. Berusaha menormalkan detak jantung dan suaranya. Apa Sasuke baru saja mengajaknya untuk ke kantin bersama? "Uchiha-san bisa duluan, aku akan ke sana setelahnya."
Sasuke mendengus mengetahui Sakura yang masih bersikap formal dengannya. "Kau duluan." Melihat gelagat gadisnya yang akan menolak. Sang pemuda segera melanjutkan kalimatnya dengan lembut. "Cukup sampai di sini kau menatap punggungku."
Sakura terperangah. Rona merah segera mewarnai wajah ayunya. Bagaimana bisa pemuda di depannya mengetahui hal yang disembunyikannya. "Mungkinkah Sasuke memiliki indra keenam?" batinnya. Gadis itu menghela nafas untuk mengembalikan atensinya ke dunia nyata. Ia benar-benar malu sekarang, bagaimana jika Sasuke menganggapnya sebagai gadis penguntit. "A-aku duluan U-chiha-san." Emeraldnya bergerak lincah ke kanan dan kiri. "Sekali lagi terima kasih banyak." Bisiknya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windows[✓]
Short StoryDari kedua jendela ini aku melihatmu. aku tahu kau melakukan hal yang sama denganku. Jauh sebelum itu kedua jendelaku sudah menyambutmu.