"Mohon perhatian, kepada seluruh peserta didik Konoha Senior High School dimohon berkumpul di aula pukul 15.10. Terima kasih."
Suara seseorang yang terdengar dari microfone berusaha menggapai sudut-sudut sekolah tanpa terkecuali. Kali ini, suara Gai-sensei bagaikan melodi terindah untuk murid tingkat akhir. Beberapa dari mereka ada yang diam-diam tersenyum punuh kemenangan, atau ada yang biasa saja, bahkan ada yang mendengus kesal karena melewatkan bimbingan belajar.
"Benar kan kataku?" bisik pelan Ino.
Sakura melirik sebentar. Gadis itu benar-benar tidak ingin mencari masalah dengan si killer sadis nan menyeramkan Orochimaru-sensei. Ia menuliskan beberapa kalimat pada buku catatannya lalu mendorong ke arah Ino.
Kau ingin membersihkan kandang reptil bersisik dan licin? Aku dengan senang hati akan merekomendasikan mu pada Orochimaru-sensei.
Ino mengernyit jijik melihat tulisan tangan Sakura. Maaf saja, itu tidak ada dalam kamus hidup nya. Ino menatap papan tulis, melihat sang guru yang tengah mendesis tentang keturunan kacang hijau bulat halus dan kacang kuning bulat kerut yang ia tidak tahu asal muasalnya. Gadis pirang itu menghela napas pelan, Ino berpikir untuk apa mengurusi keturunan kacang hijau. Ia tersenyum tipis kemudian menorehkan pensil di bukunya.
Sakura mengambil buku catatannya, ia mengernyit heran ketika mendapati Ino tengah serius menulis. Emerald itu melirik nakal, menggeleng pelan dan tersenyum tipis mengetahui apa yang sedari tadi ditulis sahabat berisiknya.
Rambut pirang kulit putih >< Rambut hitam kulit pucat
***
Aula sekolah penuh sesak oleh para murid yang tengah berkumpul. Gai-sensei tengah mengarahkan anak didiknya untuk berbaris per kelas, beruntunglah orang-orang jepang memiliki attitude yang luar biasa. Tingkat satu berbaris di sebelah kiri diikuti tingkat dua dan tingkat akhir. Para murid segera duduk sesuai barisan kelas masing-masing. Sasuke melirik barisan kelas di sebelahnya yang masih kosong. Pemuda itu berpikir kemungkinan kelas sebelah ditahan sebentar oleh guru yang mengajar.Naruto menarik sebelah sudut bibirnya. Pemuda kuning itu menepuk keras punggung Sasuke yang sukses mendapat lirikan tajam dari empunya. "Dia datang."
Sasuke menggerakkan kepala, menoleh ke arah pintu masuk aula dan mendapati gerombolan kelas sebelah memasuki ruang yang sama dengannya. Onyxnya memindai, mencari-cari seseorang yang terselip di sana. Pandangannya melembut, bibir tipisnya secara tidak sadar membentuk sedikit kurva keatas, ketika ia menemukan seorang gadis manis yang tengah memasuki aula. Gadis itu berjalan cepat, sesekali menjawab pertanyaan dari temannya berambut pirang. Sasuke mendesah, sedikit kecewa kala sang gadis duduk di deretan depan. Senggolan di bahu kanannya membuat dia kembali dari renungan singkatnya.
"Melamun?" tanya pemuda di sebelahnya.
Naruto menggeser duduknya, merapatkan diri pada dua sahabatnya yang tengah bertukar kata. "Biasa, diam-diam mencari celah." Neji menyeringai mendengar ucapan Naruto yang terdengar meremehkan Sasuke.
"Urusai dobe." Bisik pelan Sasuke.
Pandangan pemuda itu fokus ke depan, terlihat benar-benar memerhatikan Gai-sensei yang tengah mengoceh. Tapi, untuk mereka yang mengerti, pandangan Sasuke tidak lebih hanya tertuju pada punggung Sakura. Dan itu tidak luput dari jendela dua sahabatnya.
"Punggungnya akan berlubang jika kau terus menatapnya." Cibir Neji.
Sasuke melirik tajam, menanggapi sindiran yang tersirat dari ucapan sahabatnya. "Itu mengingatkanku dengan hantu dari Indonesia." Bisik Naruto. "Secara tidak langsung –"
KAMU SEDANG MEMBACA
Windows[✓]
Short StoryDari kedua jendela ini aku melihatmu. aku tahu kau melakukan hal yang sama denganku. Jauh sebelum itu kedua jendelaku sudah menyambutmu.