11

1.7K 296 44
                                    

Sasuke menatap bosan seseorang di depannya. Satu jam yang lalu, semua masih dalam suasana kondusif kesukaannya. Sebelum orang itu menyelonong masuk ke dalam kamarnya, dan mengacaukan semuanya. Beruntunglah tugas untuk besok sudah dikerjakannya di jauh hari.

"Pintu keluar terbuka lebar untukmu." Sasuke duduk bersandar di kepala ranjang, sembari memainkan ponsel miliknya. Pemuda bersurai gelap itu tersenyum tipis sebelum menekan sesuatu di ponselnya, membuat seseorang di depannya mengangkat alisnya heran.

"Kau gila, kemudian mengusirku?" Seseorang itu menimpuk pelan Sasuke dengan guling bersampul hitam, menimbulkan decihan tertahan dari korban.

"Kau tidak ingin mengubah dekorasi kamar mu?" Orang itu memindai kamar Sasuke, menyadari tidak ada perubahan sejak terakhir kali dia masuk. "Terlalu membosankan, istrimu tidak akan betah nanti."

"Aku masih pelajar, kau tahu itu." Jawab Sasuke acuh sembari membaca buku tebal pemberian sang kakek.

"Tidak ada yang tahu rencana Tuhan Sasuke." Orang itu menatap remeh. "Siapa yang tahu, lulus sekolah kau minta nikah."

Sasuke menendang pelan orang di depannya. "Pergi sana."

Orang itu mendengus, langkah kakinya membawanya ke meja belajar Sasuke. Menelisik isi meja belajar yang hanya terisi buku-buku pelajaran. Matanya menajam, menyadari satu buku berbeda yang di luar dugaan bersarang di meja belajar Sasuke. Ia melirik Sasuke, lalu mengambil buku dengan cepat. Senyum tipis terlukis di wajah tampannya saat membaca judul yang tertera di depan, kemudian mulai membolak-balik halamannya.

"Siapa kepala sekolahnya sekarang?"

"Masih Tsunade-sensei."

"Wali kelas mu?" Tangannya bergerak lincah mencari sesuatu yang dapat menjawab pertanyaannya, sesekali matanya melirik Sasuke awas.

"Kakashi-sensei."

"Tenzo pegang apa sekarang?"

Kerutan halus tercetak di dahi Sasuke, pemuda itu belum pernah mendengar seseorang bernama Tenzo di sekolahnya. "Tenzo?"

"Yamato."

Kedua alis Sasuke terangkat naik, merasa heran dengan pertanyaan aneh seseorang di sebrang sana. Manik kelamnya masih fokus dengan buku bacaan pemberian kakeknya. "Matematika."

"Ibiki masih kejam dengan anak-anak?" Tangannya bergerak menuju laci kanan meja belajar Sasuke.

Kedua alis Sasuke menukik tajam. Oke untuk apa orang itu menanyakan si galak Ibiki penjaga sekolah. Sasuke menutup buku bacaannya, manik kelamnya membola ketika mendapati seseorang di meja belajarnya tengah mengulurkan tangan, berusaha mengambil sesuatu dari lacinya.

"Singkirkan tanganmu Itachi!" Sasuke melompat dari ranjangnya, menarik kakaknya berdiri lalu mengunci laci meja belajarnya.

"Sial. Padahal sedikit lagi."

"Kenapa dikunci? Aku baru saja akan mengambil kecoa di laci mu." Itachi menjawab asal, pemuda itu kemudian berbaring di ranjang adiknya.

Sasuke mendengus, pemuda itu tidak bodoh dengan tindak-tanduk kakaknya yang mencurigakan. "Tidak ada kecoa di rumah Uchiha." Sasuke mendengus, melirik kakaknya yang tengah bergelung di ranjangnya. "Pergi sana ke kamar mu."

Itachi melirik Sasuke yang tengah membereskan sedikit kekacauan di meja belajarnya. Pemuda itu tersenyum tipis, kala mengingat sang adik yang dulu sering bermain di kamarnya, sembari membawa boneka dino kesayangannya. Ah lebih tepatnya menghambur.

"Waktu cepat berlalu, dan sekarang aku masih menyendiri?"

Manik kelamnya melirik awas ke arah adiknya, tangan nakalnya mengambil ponsel sang adik yang tengah bergetar, bibir tipisnya membentuk kurva indah kala membaca notifikasi yang muncul. Seringai kecil terlukis di wajah tampannya, ketika menyadari ponsel sang adik tidak menggunakan kata sandi. Dengan perasaan was-was Itachi membacanya sekilas, mengetik beberapa kata lalu menekan tombol send.

Windows[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang