01

4.6K 505 25
                                    

Apa yang Kun katakan waktu itu membuatku terdiam. Tidak mungkin aku bicara sendirian, aku ini masih waras.

Yah mungkin 0,5 cm jaraknya sebelum menuju ke ketidakwarasan.g

Aku yakin waktu itu ada seorang pemuda bernama Yuta yang berbicara dengan ku. Pasti Kun bercanda atau dia cemburu karena sahabatnya berbincang dengan laki-laki lain.

Beberapa bulan setelah pertemuan ku dengan Yuta, kami selalu menyempatkan waktu untuk bertemu di perpustakaan sekolah dan membicarakan hal-hal yang terjadi disekitar kami.

Bahkan sampai saat itu tidak ada hal aneh dari seorang Yuta, justru Kun lah yang aneh.

Dia terus menerus berkata kepadaku untuk pergi ke dokter jiwa dan memeriksa keadaan psikis ku. Dan aku sangat marah mendengar hal itu, Kun seperti menganggap ku gila hanya karena sering bertemu dengan Yuta.

"Kun, kalau kamu merasa kesepian karena aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Yuta. Kenapa kamu tidak ikut saja bersama ku ke perpustakaan untuk bertemu dengannya?" Tawar ku.

Tapi Kun malah memasang wajah jijik. "Apa maksudmu? Memangnya selama ini kamu bertemu dengan siapa di perpustakaan? Yang kulihat, kamu itu hanya bergumam sendirian."

Mendengar itu membuat ku semakin merasa kesal kepada Kun. "Kun! Kalau kamu tidak suka Yuta, yasudah tidak usah meledeknya seperti dia tidak ada di dunia ini!"

"Dia memang tidak ada Ashya!" Kun membentak ku.

Selama 17 tahun hidup ku, aku tidak pernah mendengar suara Kun yang setinggi ini.

"Sudah ku bilang, kejiwaan mu sedang terganggu!" Lagi-lagi Kun membentak ku.

Aku hanya bisa membalas bentakan Kun dengan tamparan di pipi nya. Selanjutnya, air mata ku turun dan bibirku tidak bisa berkata-kata.

Sahabat yang ku percaya sejak lama ternyata menyakiti hatiku dengan begitu mudahnya.

Aku selalu yakin bahwa Kun adalah satu-satunya orang yang bisa mengerti diriku, menghibur ku, dan menjaga ku.

Namun dia malah menyakiti hati ku dengan perkataannya. Sungguh itu luka yang lebih dalam daripada putus cinta.

Sore nya, aku mengirim pesan kepada Yuta untuk datang ke rumah ku. Yuta pun datang dan mengetuk pintu kamarku.

"Lho, sudah sampai? Mamah ku gak ada di bawah?" Tanyaku, karena biasanya kalau ada teman yang berkunjung ke rumah ku, yang menyambut pertama kali pasti mamah.

"Ada kok tapi tadi kayanya lagi sibuk jadi nyuruh aku langsung ke kamar kamu aja." Jawab Yuta yang masih berdiri diambang pintu.

Aku pun menyuruhnya masuk dan Yuta duduk di atas kasur, tepat disebelah ku.

"Kamu tau Kun?" Tanya ku untuk memastikan.

Yuta mengangguk. "Teman kamu yang selalu natap aneh ke arah ku."

"Maaf Yuta, entah kenapa Kun akhir-akhir ini lebih sensitif."

"Dia membentak mu?"

Hah? Bagaimana Yuta bisa tau?

"Maksudku, Kun seperti membentak mu karena suatu hal?" Sambung Yuta.

"Iya, itu pertama kalinya Kun membentak ku. Padahal ku pikir, masalahnya tidak terlalu besar."

"Memangnya kenapa Kun sampai semarah itu?"

Aku bimbang, bagaimana caranya aku menceritakan hal itu kepada Yuta kalau yang menjadi masalah adalah dirinya.

"Hmm jangan tersinggung ya Yuta, tapi Kun cemburu kepada mu." Jawab ku sehati-hati mungkin.

"Yah sudah kuduga sih. Tapi menurutku Kun juga tidak sepenuhnya salah, yang salah itu saat dia membentak mu. Masalah dia cemburu itu wajar, mungkin dia menyukai mu. Sederhana bukan?" Penjelasan Yuta membuat ku berpikir ulang dan mengangguk menyetujui perkataannya.

"Aku takut menjadi orang ketiga diantara kalian." Lanjut Yuta sambil menundukkan kepala nya dan tidak berani menatapku.

" Lanjut Yuta sambil menundukkan kepala nya dan tidak berani menatapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum melihat Yuta bersikap seperti itu. "Hey, jangan merasa bersalah. Lagipula aku dan Kun hanya berteman."

Yuta masih saja terlihat muram. Untuk itu aku memilih untuk mengalihkan pembicaraan ke arah yang lebih menyenangkan seperti misalnya cerita tentang tetangga ku yang sangat berisik bernama Doyoung, kejadian anjing liar yang menggigit adik ku, dan juga cerita tentang seorang kapten tim basket sekolah yang pernah mendekati ku hanya untuk prank saja.

Kami habiskan waktu bersama kurang lebih 3 jam sampai tidak sadar bahwa langit telah menggelap.

Aku mengantar Yuta ke pintu, tapi sayangnya mamah sedang berkunjung ke rumah tetangga sehingga tidak bisa berpamitan dengan Yuta.

"Hati-hati di jalan ya." Ucapku sambil melambaikan tangan.

Yuta pun membalasnya dengan anggukan dan melambaikan tangannya juga ke arahku.

Lalu aku merasa ada seseorang yang berdiri dibelakang ku. Yah siapa lagi kalau bukan Mark, adik ku yang digigit anjing itu.

"Kak." Panggil Mark sambil menatapku datar.

"Apa? Mau makan?"



"Bukan kak, tapi tadi kakak dadah-dadah ke siapa?"

halluzination ft yuta nct✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang