"Aku bakal lupain kamu secepatnya."
Sudah 30 menit berlalu semenjak Yuta mengatakan hal sedingin itu kepada ku, tapi tetap saja terbayang-bayang di ingatan.
Apakah dia membenci ku karena tiba-tiba meninggalkannya bahkan sebelum dia benar-benar terjamin selamat dari bayangan masa depan itu?
Dan masih banyak lagi spekulasi-spekulasi yang ku pikirkan, semakin banyak malah membuatnya semakin jauh dari kenyataan.
Hingga akhirnya, satu malam penuh itu aku tidak memejamkan mata dan hanya bermain dengan pikiran.
Pukul 4 pagi, aku sudah membersihkan tubuh ku dan mengecek kembali barang-barang di koper.
Tiba-tiba aku mendengar suara pintu yang terbuka, saat aku lihat ternyata itu ibu.
"Semangat banget kamu jam segini udah bangun."
Aku hanya tersenyum datar dan kembali mengecek koper ku.
"Mau pamit dulu gak ke temen-temen sekolah?"
Kegiatan ku langsung terhenti, adegan Yuta yang berlari mengejarku sambil memanggil-manggil kembali muncul.
Itu membuat kepala ku pusing dan ibu terlihat khawatir. "Kenapa Shya? Kalau kamu sakit, berangkat besok juga gapapa."
Aku menggelengkan kepala. "Gapapa Bu, cuman masuk angin aja kayanya."
"Yaudah, kalau mau pamit nanti ibu anterin dulu."
Ibu keluar dari kamar ku dan menutup pintunya. Tapi ibu membuka lagi pintu itu.
"Eh iya, boneka besar itu dari siapa?" Tunjuk ibu ku ke arah boneka Kun.
"Ouh itu dari Kun, kemarin dia ngasih itu." Jelas ku singkat.
"Yah sayang banget gak bisa kita bawa."
Aku langsung melebarkan mata. "Hah? Kenapa gak bisa dibawa Bu?"
"Kegedean itu Shya, nanti nambah harga gimana? Taruh disini aja ya gapapa, nanti kalau kita liburan kesini kan bisa ketemu lagi." Hibur ibu tapi tetap saja aku merasa sedih.
Kun memberi boneka itu kepada ku agar aku tidak merasa kesepian setelah menjauh dari nya. Tapi justru Kun maupun boneka nya sama-sama aku tinggalkan disini.
Pukul 10, aku dan ibu beserta Mark mulai memasukkan koper ke mobil paman kami.
Dan ibu bertanya lagi kepada ku. "Mau gak pamitannya?"
Aku menarik napas dalam dan berusaha menguatkan diri. "Gak Bu, langsung ke bandara aja."
Perjalanan dari rumah ke bandara kurang lebih sejam lama nya. Selama di perjalanan, aku terus memegang handphone ku berharap ada pesan masuk dari Yuta ataupun Kun.
Tapi kedua nya tidak mengirimi ku pesan apapun, bertanya sudah berangkat atau belum pun tidak.
Aku menghela nafas panjang, tapi di dalam hati aku merasa lega karena saat ini Yuta masih hidup dan masa depan kelam itu dapat dibatalkan.
Setiba nya di bandara, kami menunggu selama satu jam di cafe bintangbuck.
Sepertinya ibu menyadari suasana hati ku yang sedang khawatir ini. Dia mengelus tangan ku yang ada di meja sambil menatap kedua mata milikku dengan tatapan lembutnya.
Ku balas dengan senyuman yang berusaha ku tampilkan, sepertinya air mata ku memaksa untuk keluar.
Tapi aku tahan itu dengan menutup kedua mata ku sambil mengingat lagi memori bersama Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
halluzination ft yuta nct✓
Short Storyini antara aku yang halu atau mungkin aku yang gila. 15/09/2019 2019™