Hari-hari selanjutnya aku habiskan bersama Yuta dan sesekali dengan Kun juga. Kami mengelilingi kota dan mengenang masa-masa SMA yang singkat itu.
Yuta bercerita kepada ku bahwa tahun ketiga nya di SMA sangatlah membosankan dan dia lebih sering memanjat dinding belakang sekolah daripada duduk di kelas sambil mendengarkan guru nya.
Dia juga mengatakan setelah kepergian ku, Kun tampak seperti seorang pria patah hati yang baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya. Hal itu membuat Yuta agak cemburu dan bertengkar kecil dengan Kun. Untung saja mereka bisa saling memahami dan kembali berbaikan.
Hingga secara tiba-tiba Kun memberi ku undangan pernikahannya dengan Eunbi yang akan diadakan minggu depan. Sayangnya, saat itu aku sudah harus kembali ke Kalimantan dan bekerja menjadi tour guide lagi.
Namun Yuta menyuruh ku untuk berhenti dari pekerjaan dan tinggal disini lagi.
"Mana bisa Yut, aku harus ngasih alasan apa coba ke bos?" Ucap ku.
Yuta terlihat menunjukkan senyum malu nya. "Kalau alasannya pindah karna ikut suami gimana?"
Perkataan Yuta itu membuat jidat ku berkerut bingung. "Maksud kamu?"
Yuta menangkup wajah ku dengan kedua telapak tangan nya, dia masih tersenyum namun tiba-tiba saja dia mengecup bibir ku sekilas.
Aku ingin memarahi nya karena melakukan itu tanpa seijin ku untuk kedua kalinya, yang pertama adalah saat lima tahun lalu di parkiran sekolah.
Namun suara ku dicegat oleh pernyataan mendadaknya.
"Nikah yuk, biar pacarannya maksimal." —Yuta.
Seketika itu juga aku tersipu dan jantung ku berdegup kencang, ingin sekali aku menutup muka saking malu nya tapi mata ini terlalu asik menatap wajah Yuta.
Karena tidak ada jawaban dari ku, Yuta berkata lagi dan membuat ku gemas sendiri.
"Diam berarti iya." —Yuta.
"Yaudah aku diam aja." Ucap ku jahil.
Lalu Yuta tertawa dan membawa ku ke dalam pelukannya. Aku bisa mendengar suara degup jantung Yuta yang begitu kencang, dia pasti sangat takut aku menolak ajakannya untuk menikah.
"Lamar pake cincin udah biasa." Ocehnya di samping telinga ku.
"Terus mau pake apa dong?"
"Kamu mau nya apa?" Tanya Yuta.
"Mau nya kamu." Godaan ku berhasil membuat jantung Yuta berdegup lebih kencang lagi.
Setelah meminta ijin dari keluarga ku dan Yuta, kami mulai mempersiapkan acara pernikahan yang bertema alam.
Aku menyarankan pernikahan nya diadakan di tempat masa tamu SMA ku dulu agar aku bisa merasakan kehadiran Jaehyun juga disana.
Bukan berarti aku belum bisa move on dari Jaehyun, aku masih mencintainya sebagai seorang sahabat dan berharap dia bisa menemani ku hingga ke pelataran pernikahan.
Namun aku tau bahwa Jaehyun sudah bahagia di atas sana dan melihat ku di bawah sini dengan senyuman manisnya. Oleh karena itu aku harus menjalani hidup yang bahagia agar Jaehyun juga bahagia.
Satu bulan kemudian semua perlengkapan pernikahan telah selesai. Satu hari sebelum acara, aku tidak bertemu dengan Yuta seharian penuh itu.
Hingga di hari pernikahan aku merasa sangat gugup dan tidak kuat untuk berdiri. Mark yang biasa nya meledekku, saat ini malah menjadi orang yang paling sering memberiku semangat.
Aku tau kenapa dia begitu baik, yah karena kalau aku menikah pasti dia mendesak ibu untuk menikahkannya juga.
"Cieee nikah nih?" Ledek Mark yang langsung ku pukul sekujur tubuhnya.
"Tegang banget kaya mau mati." Yang kedua kali nya tidak aku balas, karena aku merasa terlalu gugup sekarang.
Degup jantung ku tak terkendali dan rasanya benar-benar seperti akan mati. Tapi tolong jangan ambil dulu nyawa ku, aku ingin merasakan kebahagiaan bersama Yuta.
Setelah make up dan baju ku selesai, aku berangkat ke tempat acara menggunakan mobil sedan ditemani oleh Mark karena Yuta sudah ada disana.
Diperjalanan, Mark melontarkan banyak candaan agar aku tidak terlalu gugup. Namun rasanya tidak berpengaruh sama sekali.
Saat mobil sedan itu sampai, banyak orang yang menyambut ku mulai dari keluarga, teman-teman, dan tentu saja ada Kun bersama Eunbi juga disana.
Aku turun dari mobil dibantu oleh Mark dan berjalan ke arah pelataran pernikahan dimana Yuta sudah berdiri dengan jas hitam rapihnya.
Mata ku terus menatap ke arah Yuta dan menunjukkan senyum bahagia, Yuta pun melakukan hal yang sama.
Saat naik, Yuta bergegas membantu dengan menggenggam tangan kanan ku dan tidak pernah melepaskan nya sampai acara selesai.
Hari itu aku merasa menjadi manusia paling bahagia di dunia dan seorang perempuan beruntung yang bisa bersama selamanya dengan seorang pria yang ditemui dengan cara yang sangat aneh dan tidak masuk akal, namun ternyata itulah yang membuat kami bisa saling mencintai dan bersama hingga saat ini.
Berbagai rintangan telah aku hadapi, mulai dari usaha untuk menyelamatkan Yuta dari kematian nya dan menjauhkan Yuta dari kehidupan buruk di masa depan.
Aku bersyukur dapat melihat semua halusinasi tentang nya karena dengan itulah kami menjadi dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
halluzination ft yuta nct✓
Kısa Hikayeini antara aku yang halu atau mungkin aku yang gila. 15/09/2019 2019™