Sore hari nya, aku sangat terkejut melihat banyak sekali kardus di teras rumah.
Awalnya aku kira isi nya hanya barang bekas milik ayah, ibu, dan Mark. Tapi ketika aku melihat satu kardus yang tutupnya terbuka, isi nya adalah buku-buku pelajaran ku.
Tentu saja aku marah, kenapa ibu membuang buku-buku pelajaran ku yang masih terpakai ini?
Aku segera masuk ke rumah dan memanggil-manggil ibu ku dengan nada suara tinggi.
Dan ku temukan ibu sedang mengemasi barang-barang di kamar ku.
Lalu dia menoleh ketika aku telah berdiri diambang pintu kamar.
"Udah pulang Shya? Makan dulu gih nanti bantuin ibu kemasin barang kamu."
Tapi aku hanya diam, lalu aku bertanya kepada ibu kenapa dia memasukkan barang-barang ku ke dalam kardus.
"Ayah pindah tugas ke Kalimantan, sengaja ibu gak ngasih tau kamu dulu biar suprise."
Suprise darimana nya Bu.
Ternyata lagi-lagi mimpi itu benar-benar terjadi, aku akan pindah rumah dan meninggalkan Yuta.
Tapi ada yang harus ku ubah, di mimpi itu aku meminta Yuta untuk tidak berhubungan lagi denganku.
Baiklah, kalau begitu aku jangan mengatakan hal seperti itu kepada Yuta pada tanggal 10 nanti.
Aku harus berbicara baik-baik dengannya agar nanti dia tidak mengejar ku yang akan menaiki bus.
"Kok diam aja? Sana makan dulu." Suruh ibu ku untuk yang kedua kalinya.
Saat aku baru berjalan beberapa langkah, ibu berbicara lagi.
"Besok kamu udah gak sekolah, jadi bantuin ibu beresin barang. Kita berangkat ke Kalimantan nya tanggal 10."
Setelah makan dan berganti baju, aku membantu ibu mengemasi barang-barang ku ke dalam kardus besar.
Baru ku sadari barang-barang ini ternyata memiliki banyak kenangan. Misalnya boneka bebek kuning bertopi merah ini adalah kado ulangtahun ke 8 dari Jaehyun.
Lalu ada pula boneka anjing coklat dengan telinga panjang yang diberikan oleh Jaehyun untuk memperingati hari jadi pertemanan yang ke 10 tahun.
Tidak lupa, kotak pemberian Jaehyun yang berisi foto-foto kebersamaan kami.
Tunggu, kenapa aku merasa hanya barang-barang dari Jaehyun saja yang sangat bermakna?
Setelah selesai mengemasi berbagai barang, aku merebahkan badan di atas sofa ruang tamu.
Aku menatap roomchat sahabat ku, yaitu Kun. Ingin sekali ku beritahu dia terlebih dahulu bahwa aku akan pindah.
Tapi apakah aku bisa menahan tangis ku ketika memberitahu nya? Bagaimana pun, Kun sudah sangat peduli kepada ku selama ini.
Tiba-tiba saja ada telepon yang masuk ke ponsel ku. Itu dari Yuta, langsung saja ku jawab teleponnya.
"Wihh gercep." Itulah kata pertama yang dia ucapkan.
"Jangan-jangan kamu lagi natap roomchatnya aku ya?" Lanjutnya.
"Geer ya, tadi nya aku mau nelpon Kun tau."
"Yaudah aku matiin aja, sana telponan sama Kun sampe shubuh." Yuta mengatakan nya dengan nada suara tidak suka.
Aku tertawa kecil. "Bercanda kok."
"Iya tau, kamu kan gak suka diseriusin."
"Diseriusin gimana?"
"Diseriusin sama aku, gak mau terus kamu."
Lagi-lagi aku tertawa mendengarnya. "Ihh sok tau."
"Beneran, nih ya kalau aku seriusin kamu sekarang mau gak?"
"Gaje banget kamu hari ini, kenapa ya?" Ledek ku.
"Tuhkan tuhkan! Malah ganti topik, tau ah marah."
Tuuuttt...
Yuta memutuskan sepihak panggilan itu dan membuatku sangat gemas dibuatnya.
Aku segera mencari kontak Yuta untuk menghubungi nya lagi. Tapi ada telepon masuk dari orang yang berbeda.
Kali ini Kun yang menelepon ku.
"Kun!" Sapa ku.
"Kenapa Shya? Tadi Yuta bilang kamu mau nelpon aku."
Sialan anak itu memberitahu Kun, seperti tidak ada kerjaan saja.
"Dasar Yuta, awas aja nanti." Gerutu ku.
"Kamu mau pindah atau gimana Shya?"
"Hah? Kok kamu tau?"
"Ini aku berdiri di depan rumah kamu, banyak banget kardus di teras."
Aku langsung bangkit dari posisi rebahan dan berlari ke arah jendela yang mengarah ke halaman.
Benar saja, Kun ada disana dan masih memakai seragam sekolah. Di tangan kanannya dia memegang sebuah kresek plastik besar yang isinya boneka Teddy Bear coklat yang ukurannya lebih besar dari si kresek.
Aku terkejut dengan apa yang dibawah Kun.
Tadinya aku mengira itu manusia, tapi ternyata itu boneka yang sepertinya seukuran dengan tinggi Kun.
"Aku boleh bertamu gak? Mungkin, buat terakhir kalinya."
Kun sama-sama sialannya dengan Yuta, dia membuat ku terharu.
"Jangan bilang kaya gitu, aku pindah bukan berarti kita gak akan ketemu lagi."
Bisa ku lihat Kun tersenyum lebar disana. Lalu dia mengulurkan tangan yang memegang kresek besar itu ke arah ku.
"Gak tau kenapa tadi pingin beliin kamu boneka, nih ambil."
Aku segera keluar dari rumah dan berlari menghampiri Kun dengan mata yang berkaca-kaca saking bahagianya.
Kun langsung memberikan boneka itu kepada ku. "Kamu harus namain dia Kun, sengaja aku beli yang tinggi besar biar mirip sama aku." Jelas Kun sambil merentangkan kedua tangannya.
Ku tatap selidik ke arah Kun, posisi nya seperti memberi sebuah kode.
"Heh kok ngeliatnya kaya gitu."
Senyum kembali terukir di wajah ku, setelah itu aku berjalan mendekati Kun dan membuat jarak kami menjadi lebih dekat.
Aku menatap kedua mata nya yang selalu bisa menenangkan ku. Sorot mata nya selalu saja membuat ku merasa bahwa tenang seakan-akan seisi dunia berpihak kepadaku.
Kun saat itu seperti sedang menangis tapi tidak mengeluarkan air mata. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa mengeluarkan suara. Dan hati nya merasakan sesuatu tapi tidak bisa diungkapkan.
Aku menyadari hal itu dan sangat ingin memeluk nya erat seperti pelukan perpisahan.
Hanya saja aku tidak siap untuk mengatakan selamat tinggal setelah memeluk nya erat.
"Kalau mau nangis, nangis aja." Ucapnya sambil masih menatap ku.
"Kamu juga." Balas ku.
Bibir Kun mendekat ke arah wajah ku, hembusan nafasnya sekarang terasa lebih hangat.
Lalu, aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kening ku. Tangan Kun memegang erat pergelangan tangan ku.
Tidak sampai 5 detik, Kun langsung melepaskan ciumannya. Tapi dia masih memegang tangan ku.
Kini Kun mulai menangis dan mengeluarkan banyak air mata. Aku menatapnya khawatir dan ikut menangis.
"Aku gak tau mana yang lebih baik, apakah aku sebaiknya tau atau tidak tau tentang kepergian kamu yang mendadak ini." Kata Kun dengan terisak.
Aku mengalihkan pandangan dari wajah Kun. Dan bisa kurasakan kini Kun mengangkat kepala nya ke atas sehingga menatap langit malam.
"Maaf Jaehyun, aku menyukai nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
halluzination ft yuta nct✓
Historia Cortaini antara aku yang halu atau mungkin aku yang gila. 15/09/2019 2019™