17

1K 211 3
                                    

Dan kini, kami duduk berhadapan di dalam sebuah kedai kopi yang sepertinya baru-baru ini dibuka, karena dahulu aku tidak pernah melihat nya.

Yuta melihat-lihat menu sedangkan aku hanya sibuk menatap nya. Tidak bisa ku alihkan pandangan mata ini kemanapun, hanya terarah kepada nya.

Rasa rindu yang lima tahun ku simpan seakan-akan terlupakan begitu saja ketika melihatnya lagi.

Dia terlihat lebih dewasa, tampan, dan tinggi. Gaya berpakaian nya terlihat sangat rapih dan berwibawa, aku belum tau apa pekerjaan nya sekarang sampai-sampai dandanannya bisa serapih itu.

"Luwak white coffe hangat nya satu, dan..." Yuta tiba-tiba menatap ku. Tentu nya aku menjadi gelagapan dan langsung mengalihkan pandangan ke buku menu yang ada di tangan.

Aku membaca nya asal dan memilih satu minuman yang paling sederhana. "Teh manis hangat satu."

Selintas aku melihat Yuta tersenyum dan berusaha menahan tawa nya.

"Ada tambahan lagi?" Tanya si pelayan.

Kami berdua menggeleng bersamaan dan membuat si pelayan yang melihat itu ikut menahan senyum nya.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar."

Setelah pelayang itu berlalu pergi, suasana menjadi lebih sepi dan canggung. Ntah karena AC nya yang terlalu dingin atau hanya kami berdua saja yang merasakan hawa dingin ini begitu merasuk hingga ke tulang.

Berkali-kali aku mencuri-curi pandang ke arah Yuta yang hanya menundukkan kepalanya dan memainkan sesuatu di bawah meja.

Aku berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengajaknya berbincang, dan ku mulai dengan berdeham agar mendapatkan perhatian nya.

"Ekhem."

Setelah itu, Yuta mengangkat kepala nya dan menatap ku lalu dia tersenyum. "Maaf jadi canggung begini."

Aku ikut tersenyum mendengar perkataan nya. "Gapapa, gak usah minta maaf."

"Kalau gitu aku harus bilang apa?"

Aku hanya menatapnya bingung. "Kenapa nanya ke aku?"

"Siapa tau kamu berharap aku bilang apa gitu, misalnya 'hai ashya makin cantik aja' atau formalnya 'hai ashya apa kabar?'."

Aku tertawa lepas mendengar nya. "Bisa aja kamu."

Setelah sesi ketawa-ketawa itu berakhir, tidak ada obrolan lagi. Hanya suara musik cafe yang samar-samar terdengar.

Dan pelayan pun datang membawakan minuman pesanan kami.

Aku segera meminum teh manis hangat itu agar tidak terlalu gugup, begitu juga yang dilakukan oleh Yuta.

"Jadi, apa kabar?" Kali ini Yuta yang lebih dulu bertanya.

Aku tidak menjawabnya langsung, ku tatap dulu wajahnya yang makin tampan itu.

"Baik, kamu?"

Yuta sama-sama tidak menjawab pertanyaan ku langsung, dia terlihat menatap ku dengan tatapan sendu nya namun masih tetap tersenyum.

"Biasa aja, malah aku lagi ketakutan."

"Ketakutan?"

"Iya, aku takut gak bisa ketemu lagi sama kamu."

Sialan Yuta masih saja selalu membuat hati ku berdegup kencang. Hanya sifatnya itu yang masih terasa sama seperti dahulu.

Dan, senyuman nya pun masih sehangat dulu.

"Cie serius amat." Goda Yuta sambil menunjukkan muka usil nya.

Aku pun tersenyum malu dan berusaha mengendalikan emosi ku ini.

"Kabar keluarga disana gimana?" Yuta bertanya lagi.

"Sama-sama baik, btw kamu ingat Mark?"

Yuta mengangguk sambil meneguk luwak white coffe nya. "Adik kamu."

"Iya, dia kebelet nikah."

"Hah? Udah ada calon dia?"

"Katanya sih udah, ayah sama ibu juga udah kenal deket banget tapi masalahnya Mark baru 20 tahun dan pacarnya juga seumuran sama dia."

Yuta menganggukan kepala nya seperti yang mengerti apa maksud ku.

"Inti nya, mereka masih terlalu muda buat nikah atau emang kamu takut kelangkahin Mark?" Tiba-tiba Yuta menebak hal seperti itu dan membuat ku membeku di tempat.

Tidak ku jawab pertanyaan Yuta hingga membuat nya berkata lagi. "Maaf, aku kira kamu belum punya calon."

Perlahan aku menatap ke arah Yuta. Tatapan ku seperti nya membuat Yuta merasa bersalah karena ucapannya tadi.

Tapi aku berusaha memberikan sebuah senyuman. "Aku takut kelangkahin Lucas karena aku masih sendiri sampai sekarang."

Badan Yuta yang awalnya tegang, sekarang mulai kembali rileks. Senyumannya muncul lagi setelah tadi menghilang sebentar karena mengira aku tersinggung oleh ucapannya.

"Syukurlah, aku kira kamu marah."

Setelah itu, aku yang membalik pertanyaan nya kepada Yuta.

"Kalau kamu? Udah ada calon?"




Dia tidak menjawab dan membeku untuk kesekian kalinya selama setengah menit.







halluzination ft yuta nct✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang