23

924 180 19
                                    

"Ayo Ashya, kita pergi bersama." —Jaehyun.

Aku terdiam dan menutup mulut dengan tangan karena terkejut melihat sahabat lama ku berada disini dengan wujud yang serba putih.

Dia seperti malaikat yang turun dari langit untuk menjemputku dan terbang bersama nya ke langit.

Terdengar indah bukan? Tapi jika aku menggapai tangan Jaehyun dan pergi ke langit bersama itu artinya aku meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Dan tubuhku yang sedang berbaring di kasur ditemani Yuta hanya akan menjadi tubuh kosong tanpa roh.

Aku tidak tau bagaimana reaksi Yuta, Kun, adikku Mark, dan yang lainnya ketika mengetahui bahwa aku meninggalkan mereka secara mendadak.

Hidup mereka mungkin akan masih baik-baik saja tanpa ku atau mungkin akan terasa sangat buruk seperti bayangan masa depan itu.

Apa yang harus aku pilih? Tetap di dunia atau pergi ke langit?

"Cukup Ashya, kamu jangan merubah-rubah lagi takdir orang lain. Yuta pantas mendapatkan hidup buruk seperti itu karena lima tahun yang lalu seharusnya dia sudah mati." Ucap Jaehyun yang membuat air mata ku jatuh.

Jaehyun terlihat semakin berusaha meyakinkan ku dan mengulurkan tangannya semakin mendekat ke arah ku.

"Bayangan yang kamu lihat itu benar-benar akan terjadi kepada Yuta jika seandainya kamu masih hidup di dunia." Perkataan Jaehyun selanjutnya membuat aku semakin terkejut.

"Jadi maksud kamu kalau aku mati, semua bayangan itu gak akan terjadi?" Tebak ku dan Jaehyun menjawab dengan anggukan.

Ternyata rentetan kata yang ku tulis tentang harapan agar bisa dipertemukan kembali dengan Yuta walaupun nyawa ku yang harus hilang itu benar terjadi.

Demi kebahagiaan nya, aku harus pergi lagi namun kali ini untuk selamanya.

Aku yang masih shock hanya bisa terdiam dan menangis dihadapan Jaehyun yang terlihat ikut bersedih.

Kenapa lagi-lagi harus aku yang meninggalkan nya? Bahkan yang kedua kalinya ini terasa lebih memberatkan karena aku seperti harus merelakan Yuta hidup bahagia bersama Jisoo.

Seolah-olah aku adalah hama dihubungan mereka yang harus dihilangkan agar kejadian di bayangan tidak terjadi.

Terkadang takdir begitu egois menentukan semua nya sendiri tanpa persetujuan ku.

"Kenapa kamu ragu? Aku kira kamu masih menganggap aku sahabat terbaik yang selalu kamu ikuti." Ucap Jaehyun dengan nada sedih.

"Kamu masih sahabat terbaik aku, Jae. Tapi hidup Yuta rasanya lebih penting saat ini. Pasti ada cara lain untuk mengubah semua bayangan itu, sama kaya yang aku lakukan dulu."

Jaehyun terlihat sangat tidak menyukai perkataan ku itu. Dia menurunkan tangan yang terulur sedari tadi lalu menatap kedua mata ku tajam.

"Sudah aku bilang Ashya! Kamu jangan merubah-rubah lagi takdir orang lain apalagi takdir Yuta untuk kedua kalinya! Cuman cara ini yang bisa membantu Yuta hidup bahagia!" Bentak Jaehyun.

Tapi aku tak gentar dengan bentakan nya, ku balas lagi dia. "Yuta gak akan bahagia kalau sama Jisoo! Percuma aku mati sekarang, dari depan kelihatannya Yuta bahagia tapi sebenarnya dia tersiksa!"

Jaehyun yang awalnya terlihat tajam, kini menjadi murung dan berjalan mundur menjauhi ku. Semakin mundur wujudnya semakin menghilang dan kesedihannya semakin terlihat.

Rasanya aku ingin berlari menyusul Jaehyun dan meminta maaf karena telah membentak nya seperti itu, namun jika aku berlari kesana artinya aku akan mati.

Oleh karena itu, aku hanya diam di tempat sambil menatap sendu kepergian Jaehyun yang sangat menyedihkan.

Setelah roh Jaehyun menghilang, aku merasa ditarik kencang dari arah belakang. Lalu aku membuka mata dan melihat atap kamar ku.

Bisa kurasakan sekujur tubuhku banjir dengan keringat dan ada tangan seseorang yang menggenggam tangan ku.

Aku menoleh ke arah tangan orang itu lalu perlahan melihat ke arah wajahnya.

Ternyata Yuta masih setia disamping ku ntah sudah berapa lama. Telinga ku bisa mendengar dering telepon dari atas laci dan ku lihat di layarnya tertera nama Jisoo.

Itu bukan handphone ku, melainkan handphone Yuta. Kekasihnya terus memanggil tapi dia malah menatap ku khawatir dan menggenggam erat tangan ku.

Dia seperti habis menangis dan sekarang justru dia lah yang tampak sakit. Bibir dan wajahnya pucat, tangannya juga begitu dingin.

Kami hanya saling tatap tanpa berbicara sampai tiba-tiba Yuta mencium kening ku cukup lama.

Lalu dia menatapku dari jarak dekat dan mengelus-elus pipi ku. Pasti dia sangat khawatir.

"Jangan pergi, cowok itu bohong." Sepenggal perkataan Yuta ini membuat jidatku berkerut bingung.

"Aku lihat kamu sama cowok itu dan dia nyuruh kamu buat ikut ke alam lain biar hidup aku bahagia. Tapi itu bohong, kamu jangan percaya. Justru hidup aku bakal hancur kalau kamu pergi selamanya." Jelas Yuta yang ntah bagaimana cara nya bisa melihat diriku dengan Jaehyun.

Tunggu, jika Yuta melihat ku dengan Jaehyun berarti dia juga sudah tau bahwa aku mengenal Jisoo?

"Kamu dengar semua nya?" Tanya ku yang sebenarnya masih sulit untuk mengeluarkan suara.

"Iya, aku dengar. Maaf karena gak pernah ngasih tau kamu kalau aku punya pacar. Tapi aku pacarin dia cuman buat pelampiasan."

Aku mengangguk pelan mendengar penjelasan Yuta lalu aku mengalungkan tangan ke leher nya seperti sedang memeluknya.

Mulai saat itu aku kembali bertekad untuk mengubah semua bayangan masa depan Yuta yang ku lihat.

Aku mencintai lelaki ini sejak lama dan kini aku ingin egois kepada takdir yang selama ini mengatur hidup ku dengan Yuta.

Akan ku ubah sedikit demi sedikit dan membuat semua nya menjadi happy ending.

Hingga tak kusangka air mata mulai mengalir dan pelukan ku semakin erat. Yuta berusaha menenangkan ku namun pada akhirnya dia ikut menangis.

"Aku gak akan biarin kamu pergi cuman demi aku hidup bahagia, karena kamu lah sumber kebahagiaan aku. Kalau bukan karena kamu, aku gak akan ada disini lagi." Kata Yuta ditengah-tengah tangisannya. Ingin sekali ku marahi dia karena sangat cengeng seperti anak kecil.


"Mari kita ubah bersama-sama lagi." —Yuta.






halluzination ft yuta nct✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang