08

1.5K 273 15
                                    

Setelah berbicara dengan Yuta, aku berlari kembali ke kelas untuk menemui Kun dan menanyakan sesuatu.

Kun masih duduk di kursinya sambil menulis di buku.

"Kun!" Panggilku.

"Oyy? Kenapa?" Tanya nya tanpa mengalihkan pandangan dari buku.

"Aku pernah nanya ke kamu bukan sih tentang kecelakaan bus di depan sekolah?" Aku langsung ke pembicaraan utama.

Kun mengangkat kepala nya sehingga menatap kedua mata ku.

"Kecelakaan? Engga tuh."

Hah? Masa engga? Kalaupun dia lupa, aku baru menanyakan itu beberapa hari yang lalu. Jadi tidak mungkin dia lupa.

"Engga pernah? Jangan bohong!"

"Sumpah Shya, lagian kecelakaan bus apaan sih?"

"Itulho yang sampe ada korban meninggal, murid sekolah kita." Jelas ku agar Kun bisa mengingat nya.

"Engga pernah denger aku Shya, gak ada kecelakaan kok. Tanya aja ke yang lain."

Aku pun menanyakan hal yang sama ke dua orang murid perempuan. Dan mereka sama-sama menjawab tidak pernah mendengar berita itu.

Padahal Kun bilang kalau kecelakaan bus itu dibicarakan di grup kelas oleh hampir seluruh murid.

Lalu, ketika itu aku benar-benar melihat masa depan?

"Lagian kenapa tiba-tiba nanya gitu, kan aku jadi takut." Oceh Kun sambil memeluk dirinya sendiri.

"Eng, gimana ya jelasinnya."

"Kamu halusinasi lagi ya Shya? Sekarang siapa yang kamu liat, buyut kamu?"

Aku memukul bahu Kun. "Jangan bercanda dulu! Aku gak halu!"

Kun mengusap bahu nya yang baru aku pukul. "Terus kenapa? Apa yang serius?"

"Ini tentang nyawa seseorang."

Tubuh Kun terlihat membeku. "Jangan bilang kamu ngeliat kematian orang lain lagi?"

Aku ngangguk pasrah.

"Engga, jangan campuri urusan kematian dia. Cuek aja cuek."

Kali ini aku menggeleng sambil menundukkan kepala ku. "Aku gak bisa cuek kaya ke yang lain, Kun."

"Kematian siapa yang kamu liat?"

"Yuta! Makanya aku gak bisa cuek! Aku gak mau kehilangan orang yang aku sayang lagi!" Bentak ku kepada Kun.

Seharusnya aku jangan mengatakan hal itu, Kun pasti merasa bersalah lagi karena kematian Jaehyun.

Dan ternyata benar, Kun langsung terdiam dan menatap ku dengan rasa bersalah nya.

"Maaf Shya."

Aku langsung duduk di samping Kun dan memeluknya. Sudah tidak ada siapa-siapa lagi di kelas, makanya aku berani melakukan itu.

"Aku gak mau kamu pergi Kun, cukup Jaehyun aja. Tapi aku juga gak mau Yuta pergi, aku terlanjur sayang."

Kun mengangguk pelan, entah dia mengangguk untuk apa. Aku mengusap punggungnya untuk menenangkannya.

"Aku masih punya hutang terimakasih ke kamu." Ucap Kun, bisa ku dengar suaranya terisak.

"Kalaupun kali ini aku yang mengganti Yuta, aku gak apa-apa. Karena seharusnya aku mati dua tahun yang lalu."

"Jangan ngomong gitu!" Bentak ku lagi.

Kun membalas pelukan ku dan dia mengelus pelan rambut ku.

Tanpa kusadari, Yuta melihat dari celah pintu kelas. Dia menatap kami berdua, lalu berlalu pergi darisana.






Keesokan harinya, sudah ku putuskan untuk membantu Yuta. Tapi kini lebih sulit, aku harus menjaga Yuta dari kematian nya sekaligus menjaga Kun agar dia tidak menjadi pengganti.

Aku bergegas menemui Yuta di kelas nya ketika pulang sekolah. Ku lihat Yuta sedang membereskan buku-bukunya dan berjalan keluar kelas.

Lalu tatapan ku dan Yuta bertemu. Aku tersenyum ke arahnya.

"Kamu udah tau cara nya?" Tanya Yuta to the point.

Aku mengangguk. "Cara nya sederhana, kamu jangan naik bus, jangan deketin bus, jangan lari-larian, dan juga jangan kejar aku."

"Aku gak akan naik bus karena aku bawa motor, aku gak akan deketin bus karena bus bukan perempuan, aku gak akan lari-larian karena aku bukan anak kecil." Ucap ulang Yuta.

"Oke, bagus!" Aku mengacungkan jempolku.

"Tapi aku gak bisa ngelakuin yang terakhir." Lanjutnya.

Dahi ku berkerut bingung. "Emangnya yang terakhir apa?"

Yuta malah tertawa dan menjitak pelan kepala ku. "Masa udah lupa, kan kamu yang pertama bilang."

Aku mengaduh kesakitan dan meminta maaf.

"Yaudah kalau kamu bisa lakuin itu semua kecuali yang terakhir dan sialnya aku lupa apa itu, mulai dari sekarang kamu jangan temui aku lagi."

Yuta seperti tidak setuju. "Kok jangan ketemu kamu?"

"Iya karena kamu bisa mati."

Setelah berkata seperti itu, Yuta malah mengunci tubuh ku dengan kedua tangannya menekan tembok. Itu membuat tubuhku berada diantara kedua tangannya.

Dia berkata sambil menatap ku. "Justru aku harus deket terus sama kamu biar aku gak ngejar-ngejar kamu."

Membayangkan nya membuat ku tersenyum malu lagi. Wajahku saat itu pasti terlihat sangat bodoh.

Aku menutup mulutku dengan tangan saking kagetnya dengan apa yang Yuta katakan.

"Iya gak?" Tanya nya.

Aku mengangguk sambil masih menutup mulutku.

"Makanya sekarang kamu pulang sama aku biar kita gak jauhan." Tiba-tiba Yuta menarik tangan ku sampai ke parkiran sekolah.

Sepanjang jalan, murid-murid memandangi aku dan Yuta. Pasti mereka akan bergosip lagi tentang ku.

"Aku bakal nganggep kamu malaikat pelindung mulai dari sekarang sampai lulus sekolah nanti." Ucap nya sambil memasang helm di kepala ku.

Yak, cuman malaikat pelindung, engga lebih. Jangan baper, Ashya.

"Naik, nanti aku traktir eskrim dulu kalau kamu mau." Sambil menaiki motornya, aku mengangguk sambil tersenyum malu.

Sisa sore itu aku habiskan bersama Yuta di kedai eskrim. Lalu Yuta mengantarku ke rumah, tak lupa aku berkata padanya untuk jangan naik bus, jangan deketin bus, dan jangan lari-larian.

Aku kecualikan yang terakhir karena perkataan Yuta.

halluzination ft yuta nct✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang