Ini semakin membuat ku menggila, orang-orang menganggap Yuta tidak ada. Bahkan adik ku juga beranggapan seperti itu.
Apa perlu aku kenalkan Yuta langsung kepada Kun atau Lucas untuk menunjukkan kepada mereka inilah wujud dari orang yang selalu mereka anggap hantu.
"Hah? Ketemu Kun?" Tanya Yuta waktu aku mengajaknya bertemu Kun.
"Iya, aku sudah muak mendengarnya mengoceh tentang dirimu." Curhat ku sambil duduk di bangku taman sekolah.
Yuta tidak membalas, dia justru terlihat memikirkan sesuatu sambil menatap kedua sepatu nya.
"Ada apa? Kamu tidak mau?" Aku bertanya sambil menatapnya khawatir.
"Hmm bukannya tidak mau, hanya saja aku tidak bisa."
Aku menghela napas mendengar jawaban Yuta.
"Tidak usah hari ini juga tidak apa-apa, mungkin besok atau lusa bagaimana?" Tawarku lagi sambil menatap kedua matanya untuk meyakinkan.
"Ahh... Aku..." Yuta semakin terlihat ragu.
Aku pikir mungkin Yuta takut Kun membentaknya juga. "Tidak usah takut Yuta, Kun itu orang yang sangat baik. Dia hanya salah paham ketika memandang mu."
Yuta tersenyum simpul, entah apa arti dari senyumnya itu. "Aku tau Kun itu baik, justru aku yang jahat."
Kenapa Yuta jadi mengoceh seperti ini?
Selama dua bulan kami saling mengenal tidak pernah ada pertengkaran, itu berarti Yuta orang yang sangat baik bukan?
"Ah lupakan yang aku katakan tadi. Sebentar lagi kelas dimulai, mau aku antar ke kelas?" Tawar nya sambil mengulurkan tangan kanannya kepadaku.
Ku terima uluran itu sambil tersenyum lebar. "Tentu saja."
Coba saja Kun tidak sakit, pasti aku akan mempertemukan mereka berdua waktu Yuta mengantar ku waktu itu.
~~~~
Sepulang sekolah, aku tidak melihat Yuta keluar dari gerbang. Pikir ku, mungkin dia sudah pulang lebih dahulu bersama teman-temannya. Karena itu, aku pun memilih untuk pulang sendirian.Sore itu, bus yang aku naiki sangat sesak dan padat hingga aku harus berdiri sambil memegang erat pegangan yang tergantung di langit-langit bus. Sialnya, aku lupa membawa earphone sehingga perjalanan pulang hari itu menjadi semakin terasa membosankan.
Akhirnya bus berhenti di halte yang aku tuju. Sesaat setelah turun dari bus, kedua telinga ku mendengar suara sirene mobil polisi disertai sirene mobil ambulans.
Entah kenapa rasanya kedua suara sirene yang bising itu terasa sangat menganggu dan menyakitkan bagi gendang telinga ku. Bahkan tanpa ku sadari, tangan ku menutup kedua telinga saking sangat menganggu nya suara itu.
Semakin dekat, suara itu semakin membuat gendang telinga ku kesakitan. Aku bisa merasakan jidatku kini mulai berkerut dan bibir ku tersungging seperti menahan sakit.
Aku pun mulai berteriak histeris karena gendang telinga ku rasanya akan meledak. Sungguh itu sangat menyakitkan.
Degup jantung ku ikut berdetak lebih kencang dari sebelumnya dan aku semakin berteriak.
Aku tidak tau bagaimana reaksi orang-orang disekitar waktu itu. Tapi pasti mereka melihat aneh ke arah ku.
Untungnya, kesakitan dari suara yang bising itu tiba-tiba menghilang dan semua yang ada disekitar sana terasa hening.
Di pundak kiri ku ada tangan seseorang. Tangan itu sangat pucat dan dingin hingga menembus ke tulang ku.
Aku perlahan menoleh ke belakang dan melihat Yuta dengan keadaan yang sangat berbeda dari tadi siang.
Kulitnya pucat, bibir nya pucat, mata nya sembap, lingkaran mata nya pun sangat hitam. Tidak mungkin dia bisa seperti itu hanya dalam waktu hitungan jam.
"Yu... Yuta, kamu kenapa?" Tanya ku sambil memegang pipi kanan nya.
Yuta hanya menatap ku lurus dan tak ada senyum hangat di bibirnya yang selalu ku lihat.
Aku semakin khawatir melihat keadaan Yuta yang memprihatinkan. "Yuta, kamu sakit? Atau ada yang mukulin kamu sampai kaya gini?" Tanya ku lagi.
Bukannya menjawab, Yuta justru mulai menangis.
Aku semakin penasaran, namun ku tahan rasa penasaran itu dan memilih untuk memeluknya dan menenangkan nya.
"Jangan! Jangan peluk!" Tiba-tiba Yuta berteriak dan menghempas tubuhku sampai jatuh ke tanah.
Aku menatapnya tak percaya, ini sungguh bukan Yuta yang aku kenal.
Namun setelah itu, Yuta berlutut di hadapan ku yang masih terduduk di tanah. Air mata pun terus keluar dari kedua bola mata nya.
"Ashya, maaf. Ashya, maaf." Yuta mengatakan dua kata yang sama. Tapi aku tidak mengerti kenapa dia meminta maaf.
Aku hanya bisa menatapnya bingung tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"A-aku bukan manusia lagi."
Pernyataan nya yang mengejutkan itu sukses membuat mata ku melebar. "Maksud mu apa?"
"Aku bukan manusia! Sekarang aku hanyalah arwah gentayangan!" Suara Yuta meninggi dan air mata nya semakin banyak yang keluar.
"Tidak Yuta! Kamu belum-"
"Sudah Ashya."
Mata ku mulai berkaca-kaca tapi aku berusaha untuk menahannya. "Kalau memang benar, kapan kamu pergi?"
"Tadi, saat kamu masuk ke bus dan aku berlari mengejar mu untuk menyatakan perasaan ku. Tapi aku terjatuh dan terlindas bus itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/200518846-288-k924478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
halluzination ft yuta nct✓
Kurzgeschichtenini antara aku yang halu atau mungkin aku yang gila. 15/09/2019 2019™