[CHAPT-1]✅

1.8K 224 61
                                    

Jakarta, Januari 2020.
20.45

Dimalam yang dingin ini, seorang gadis berambut sepunggung tengah duduk disebuah cafe yang ada di Jakarta. Suasana dicafe ini sangat ramai hingga membuat gadis berambut sepunggung itu tidak tenang. Dia benci keramaian.

Ya, namanya Nihan Nabila Alexander.

Tadi siang ia telah sampai di tanah kelahirannya ini, dengan ditemani sang paman yang selalu setia membantunya.

Perlahan ia bangkit, ingin segera keluar dari tempat ini. Tetapi pergelangan tangannya dipegang oleh seseorang, dan itu refleks membuatnya menoleh. Dihadapannya sudah berdiri gadis berwajah blasteran sambil tersenyum kearahnya, gadis yang sepertinya seumuran dengannya.

"Hai." Sapa gadis itu ramah. Tapi tidak dengan Nihan, ia hanya diam memandang gadis didepannya ini dengan tatapan datar.

"Ekhem.. kenalin nama gue Mellya Asshafira, panggil aja Melly." Ucap gadis itu mengulurkan tangannya kehadapan Nihan.

Reaksi Nihan hanya diam menatap uluran tangan dari gadis bernama Melly itu. Yang ada didalam kepalanya sekarang tentu saja ia merasa bahwa gadis dihadapannya ini sok akrab, padahal mereka baru pertama kali bertemu.

Melly yang merasa terabaikan pun menarik tangannya lalu tersenyum kikuk.

"Sorry ganggu, hmm.. btw nama lo siapa?"

"Nihan." jawabnya singkat, padat, dan jelas.

"Nama panjang?" Tanya Melly lagi.

"Nihan Nabila." jawabnya tanpa menyebutkan marga keluarganya.

"Nama lo bagus, gue suka." ujar Melly tersenyum, manis.

"Hmm, ya."

"Oh iya, boleh gak duduk disini sama lo? Meja yang lain pada penuh soalnya." kata Melly cemberut.

"Duduk aja, gue mau pergi." ujar Nihan lalu mengambil ransel kecilnya yang berada diatas meja.

"Eh? Pergi kemana?" Lagi dan lagi Melly bertanya.

"Jalan-jalan." jawabnya singkat dan berjalan keluar cafe.

"Lah, main pergi aja. Sendiri dong gue." ucap Melly mengerucutkan bibirnya.

"Hmm.. yaudah lah, gue pesen aja." ujarnya bermonolog sendiri.

-----oOo-----

Nihan sudah berada didalam mobilnya sejak lima menit yang lalu, namun belum juga bergerak untuk melajukannya. Tangannya gemetar memegang stir kemudi, jantungnya berdegup kencang, wajahnya pucat, dan keringat dingin mulai bercucuran membasahi pelipisnya.

Beberapa kali ia memukul stir kemudi untuk menghilangkan kegugupannya. Walaupun hanya berkurang sedikit, ia langsung tancap gas membelah jalanan ibu kota malam ini.

Belum sampai 200m, mobil yang dikendarainya sudah berhenti didepan sebuah gedung aparteman. Rasa gugup kembali menyerangnya. Jika tahu akan seperti ini Nihan tidak akan membiarkan supirnya pulang lebih dulu.

Tangannya bergerak menjelajahi isi ransel yang ada disisi kirinya untuk mengambil ponsel yang ada disana.

Jemarinya mengayun keatas-kebawah mencari kontak seseorang, dan berhasil. Segera ia menghubungi orang itu, lalu menempelkan ponselnya ketelinga kirinya.

Nihan Nabila [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang