[CHAPT-6]

948 166 15
                                    

Who Is She?
---

Cahaya mentari pagi sudah mulai mengintip diselah-selah jendela kamar Iqbal, membuat sang empu yang masih terlelap pun mengerjapkan matanya berkali-kali karena silau.

Ia bangkit dan menggeliat, dengan masih mengumpulkan nyawa ia berjalan lunglai kearah kamar mandi yang berada dikamarnya untuk melaksanakan rutinitas paginya, yaitu mandi.

Tak butuh waktu yang lama untuknya membersihkan diri, kini ia sudah siap dengan seragam putih abu-abu dan jaket jeans kesayangannya. Lengkap dengan dasi dan topinya, karena hari ini adalah hari senin, semua pelajar akan melaksanakan kegiatan rutin mereka, yaitu upacara.

Iqbal menuruni satu persatu anak tangga untuk turun kelantai dasar dan pergi keruang makan untuk makan bersama. Pagi ini ia terlihat lebih ceria daripada biasanya.

"Pagi semua" sapanya kepada orang-orang yang berada dimeja makan, dan ia langsung duduk disalah satu kursi yang ada disana.

"Pagi" mereka kembali menyapanya. Namun ada yang merasa tidak beres dengan Iqbal, ini sungguh bukan Iqbal yang biasanya, tumben sekali Iqbal menyapa mereka sebelum sarapan, biasanya tidak. Benar-benar tidak beres.

"Tumben nyapa duluan" sindir Zidan yang berada disebelahnya. Dan dibalas tatapan sinis oleh Iqbal.

Iya, Zidan. Mereka tinggal disatu rumah yang sama, lebih tepatnya Iqbal yang tinggal dirumah orang tua Zidan.

"Iqbal, kamu kenapa?" Tanya Cindy, mama Zidan.

"Gapapa" jawabnya tanpa menatap orang disekitarnya, dan terus melahap makanannya.

"Kayaknya dia lagi bahagia, ma" ujar Zidan melirik kearah Iqbal.

"Masa sih?" Tanya Gerry, papa Zidan.

"Iyalah, orang kemarin baru aja ketemu sam--aw" baru saja Zidan ingin bercerita, tetapi dengan cepat Iqbal menyikut perutnya.

"Ketemu sama siapa?" Tanya Cindy yang penasaran.

"Gak ada, tan. Abang bohong" jawab Iqbal melanjutkan makannya.

"Sudah. Lanjutkan makannya, setelah itu langsung berangkat, nanti terlambat" ujar Gerry menengahi.

"Iya, pa"

"Oh, ya, Iqbal. Tadi subuh kakakmu berangkat ke Kalimantan untuk memantau perusahaan disana, jadi pagi ini kamu berangkat sama Zidan lagi" ucap Gerry pada Iqbal.

Ya, begitulah kakaknya, jarang berada dirumah. Baru datang, nanti pergi lagi. Itu dikarenakan ia yang harus mengurus tiga perusahaan sekaligus, belum lagi tugas kuliah. Sangat sibuk.

"Hmm" jawab Iqbal singkat, seperti biasa.

Mereka berempat makan dengan tenang tanpa hambatan. Iqbal menyudahi makannya dan berdiri, bersiap untuk pamit kepada Gerry dan Cindy.

"Iqbal berangkat" ucapnya sebari mencium punggung tangan Gerry dan Cindy bergantian.

Mau bagaimana lagi, orang tuanya sudah tidak ada, jadi ya mau tidak mau tinggal dengan mereka. Iqbal sudah menganggap mereka sebagai orang tuanya sendiri, begitupun sebaliknya.

"Hati-hati" ucap Gerry.

"Ayo, Zidan. Cepat habiskan sarapanmu" perintah Cindy kepada anaknya.

"Iqbal tunggu dimobil" ucap Iqbal lalu berjalan keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah bertahun-tahun menjadi tempatnya merasakan hangatnya keluarga, dan tempatnya untuk kembali dari dunia luar.

Ia kemudian masuk kedalam mobil mewah milik Zidan. Pikirannya melayang ke masa lalu, masa lalu yang begitu kelam. Diingat menyakitkan, tak diingat mengkhawatirkan.

Nihan Nabila [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang