[CHAPT-20]

508 78 13
                                    

Nihan dibawa ke ruang UGD, sedangkan Melly tengah panik didepan ruangan itu ditemani oleh Nadya yang terus menenangkannya. Memang hanya tersisa mereka berdua saja, yang lain sudah pulang lebih dulu karena disuruh oleh Melly.

"Gue pengen ngabarin keluarganya, Nad. Tapi gatau harus hubungin ke siapa, sedangkan gue gak punya nomer Iqbal." Kata Melly dengan nada cemas.

"Coba lo telpon Bian, dia kan temennya Kevano. Suruh aja Kevano ngabarin keluarga Nihan." Ujar Nadya memberi usulan yang disetujui oleh Melly.

Gadis itu berdiri dan agak menjauh dari UGD, dia menghubungi Bian─pacarnya─ sesuai usulan dari Nadya.

Setelah mengubungi Bian, Melly kembali menemui Nadya yang masih duduk dibangku yang ada didepan ruang UGD.

"Lo mending pulang aja takutnya lo sibuk gitu atau ada kegiatan lain." Kata Melly duduk disamping Nadya.

"Trus lo pulang gimana?" Tanya Nadya.

"Gue gak papa kok, nanti pulang sama Bian aja. Kebetulan dia juga mau kesini." Jelasnya membuat Nadya mengangguk tanda mengerti.

"Yaudah, gue pulang ya, lo hati-hati." Ujar Nadya tersenyum lalu bangkit dari duduknya.

"Oh iya, Nad. Makasih ya tadi tumpangannya, jadi ngerepotin." Kata Melly merasa tak enak.

Sedangkan Nadya, gadis itu hanya terkekeh dan menepuk pundak Melly dengan pelan, "santai aja kali, kaya sama siapa aja lo." Katanya tersenyum meyakinkan, "udah ah, gue pulang, bye!"

"Tiati, Nad!" Teriak Melly dan dibalas acungan jempol oleh Nadya dari kejauhan.

-----oOo-----

Masih ditempat yang sama, bahkan sudah hampir setengah jam Melly menunggu, tapi tak ada kabar atas keadaan Nihan. Sedari tadi ia hanya melamun, sampai terdengar suara langkah beberapa orang yang seperti tengah berlari tergesa-gesa.

Gadis itu menoleh kesamping kanannya, benar saja, sudah ada Bian, Kevano, Iqbal, dan juga Zidan yang berjalan paling belakang.

Dengan segera Melly bangkit dari duduknya dan menubruk tubuh Bian dengan sangat kencang membuat laki-laki itu sedikit terhuyung kebelakang.

"Nihan kenapa?" Tanya Kevano pada Melly, namun Bian memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuk dibibirnya menyuruh Kevano untuk diam. Karena dia tahu, bukan saatnya menanyakan hal itu sekarang, melihat keadaan Melly yang menangis dipelukannya.

"Mell," panggil Bian melepaskan pelukannya lalu menatap mata Melly yang memerah.

"Maafin aku, Bi, hiks." Melly masih menangis, kepalanya tertunduk.

"Hey, apa yang terjadi?" Tanya Bian sambil menuntun gadisnya duduk dibangku.

Melly tak menjawab, gadis itu masih diam dengan isakan-isakan kecil yang terdengar memilukan.

"Kak Nihan kenapa?" Tanya Iqbal dengan nada datarnya.

Belum sempat Melly menjawab, beberapa orang datang menghampiri mereka.

"Nihan kenapa? Dia dimana, ha?!" Tanya Heza yang tiba-tiba menghampiri mereka dengan langkah yang begitu cepat. Dibelakangnya ada tante Gita dan tante Cindy yang sama seperti Heza.

"Kalian dengar kan? Jawab!!" Bentaknya berteriak. Sedangkan mereka semua hanya diam.

Tante Gita mendekat, lalu membalikkan tubuh Heza agar menghadapnya, "kita tunggu dokternya keluar." Dan gadis itu hanya mengangguk sambil menahan rasa khawatirnya.

Nihan Nabila [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang