[CHAPT-15]

496 87 7
                                    

#flashback part.2
Jangan lupa follow official akun instagram :
@nihanabilaa
@dkevano
@dhyda__

Happy reading💋

-----oOo-----

"Berarti Iqbal sekarang dalam bahaya dong?" Ucapan Zidan membuat Nihan menoleh kearahnya, mereka saling tatap seolah menimang-nimang kemungkinan apa yang akan terjadi pada Iqbal lewat tatapan itu.

"Kita ikuti mereka." Final Nihan yang disetujui oleh Zidan.

"Naik." Titah Zidan, Nihan menurut, dia menginjakkan kedua kakinya dibagian samping ban belakang sepedanya. Gadis itu berpegangan pada pundak Zidan yang mulai mengayuh sepedanya mendekati mobil yang sepertinya milik pria yang membawa Iqbal tadi. Terlihat mobil itu dikawal oleh dua orang yang berpakaian serba hitam, apalagi kalau bukan bodyguard.

Nihan turun dari sepeda, Zidan memarkirkan sepedanya tak jauh dari mereka berada sekarang, agar jika keadaan darurat mereka langsung cuss. Mereka berdua bersembunyi didekat sebuah mobil yang terparkir tepat disamping mobil yang dijaga oleh dua bodyguard tadi.

Sekitar kurang lebih empat menitan mereka menunggu, terlihat Iqbal keluar dari supermarket itu dengan menenteng beberapa paperbag yang mungkin isinya makanan, eum.. sogokan lebih tepatnya. Tak lupa pria tadi masih memegang erat tangan Iqbal. Mungkin takut anak itu kabur.

Dapat Nihan saksikan, pria tadi menyuruh Iqbal masuk terlebih dahulu kedalam mobil ketika ponsel milik pria itu berbunyi, pertanda ada yang meneleponnya.

Zidan dan Nihan sama-sama menajamkan pendengaran mereka ketika pria itu mulai menempelkan ponsel ditelinga kirinya.

"Halo? Bagaimana keadaan istri saya?" Ujar pria itu dengan raut wajah khawatir dan sendu.

"..."

"Iya, saya dan pendonor akan segera kesana. Kami sedang dalam perjalanan." Nihan dan Zidan menoleh bersamaan. Keadaan istri pria itu? Pendonor? Maksudnya apa ini?!

"..."

"Baik, terimakasih." Pria itu memasukkan ponselnya kedalam saku jasnya. Raut sendunya berubah ketika senyum miring tercetak jelas diwajahnya. Persis seorang mafia.

Eh tunggu dulu, apa tadi? Mafia?

Astaga!

Nihan dan Zidan dengan buru-buru langsung menaiki sepedanya ketika pria tadi memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan supermarket itu. Zidan mengayuhnya dengan jecepatan diatas rata-rata bagi seorang pengendara sepeda sepertinya. Dia mengayuh begitu cepat, namun terasa sangat lambat bagi Nihan.

Gadis itu memukul-mukul pundak Zidan keras, "Cepetan dong bang ngayuh sepedanya, ntar keburu ilang itu mobilnya."

"Ini udah kenceng Nihan." Ujar Zidan menambah kecepatannya.

"Ih, katanya bang Zidan kemarin menang balapan sepeda sama Kevano. Masa pelan gini sih bawanya, cepetan dong bang. Itu Iqbalnya kasian, takut kenapa-napa." Nihan masih berceloteh dengan raut wajah khawatir dan sesekali memukul pundak Zidan.

"Itu yang kita kejar mobil, bukan sepeda. Kalo sepeda mah gampang disalip, kalo ini mobil udah tubuhnya gede, kenceng lagi jalannya. Apalagi mobilnya mewah gitu, susah dikalahin!" Sahut Zidan tak mau kalah.

Nihan diam, benar juga apa yang dikatakan Zidan barusan. Bodoh sekali dirinya.

Mereka masih terus mengikuti mobil itu diam-diam, meski terkadang ketinggalan juga karena yaa.. you know lah. Tapi masih bisa kembali diikuti ketika terjebak macet.

Nihan Nabila [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang