15=> Khawatir.

192 10 0
                                    

Semakin lama kamu memaksakan maka semakin sulit kamu untuk melupakan, dan semakin lama kamu mempertahankan maka semakin sulit kamu untuk melepaskan.

-Amira-

Kini Amira sedang duduk di ruang tamu sembari menunggu Dito yang masih belum sadarkan diri akibat mabuk berat, entah apa alasan Dito yang bisa-bisanya mengambil jalan yang tidak masuk akal apabila sedang emosi.

Amira masih terfokus dengan handphone miliknya sembari melihat foto-foto dirinya bersama Dito disaat mereka masih terjalin dalam sebuah hubungan.

"Arghh.." Dito sadar dan mencoba menormalkan pandangannya. Disaat ia rasa pandangannya tengah normal ia melihat Amira yang tengah sibuk dengan ponsel miliknya.

"Mir."

"Eh lo udah sadar, bentar gw mau ambilin minum dulu." Amira yang baru saja tersadar karena saking sibuk stalking foto nya bersama Dito terkejut saat melihat Dito sudah sadar.

"Aku cuma mau jelasin sesuatu sama kamu." Dito menahan gerakan Amira dengan menarik pelan lengannya.

"Apa?"

"Aku gak ada hubungan sama Angel. Aku juga masih sayang sama kamu Mir, tolong ngertiin aku. Dan kasih aku kesempatan sekali lagi." ucap Dito tulus.

"Dan aku sama Angel itu cuma.."

"Gw belum bisa denger semua penjelasan lo." potong Amira cepat, ia memang belum siap mendengar semua penjelasan Dito yang ada akan menambah sakit di hatinya.

"Lo diem disini gw mau ambil minum." ucap Amira yang terlihat pelan namun tajam.

Dito hanya bisa pasrah ia melihat kepergian Amira dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Maafin aku Mir, aku memang gak ada hubungan apa-apa sama Angel." gumam Dito dalam hatinya.

Setelah Amira kembali dan membawa segelas air beserta cemilan ia segera meletakkan di atas meja. Setelahnya ia kembali fokus ke arah ponselnya.

Beberapa menit kemudian Dito pamit kepada Amira untuk pulang.

"Mir aku pulang dulu ya."

"..."

"Aku minta maaf sama kamu."

"..."

"Maaf karena aku belum bisa jadi apa yang kamu inginkan."

Amira masih terus-terusan mengalihkan pandangannya ke ponsel miliknya. Detak jantung Amira memompa lebih cepat dari biasanya, darahnya berdesir hebat. Ingin sekali ia memeluk Dito saat ini juga. Namun ia mengurungkan niatnya dikarenakan egonya terlalu besar.

"Aku pamit Mir, salam sama Mama kamu."

"Punya nyawa berapa lo sampe bisa-bisanya mabuk kayak semalam."

Langkah Dito terhenti saat mendengar suara Amira walaupun terdengar cuek namun itu bisa membuatnya sedikit membaik.

"Hmm..." ucap Dito sembari menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal.

'Amira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang