Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan...
Mendesah berat, kujauhkan ponsel dari telinga, muak mendapatkan jawaban yang sama sejak kemarin malam. Baik nomor ibu maupun tante Najwa, keduanya sama-sama tak dapat dihubungi. Padahal sebelumnya mereka masih mengirimiku sejumlah pesan. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan kejadian aneh yang kualami waktu itu? Baik-baik sajakah ibu?
"Lo gak ikut ke lab, La?" suara Mia berseru dari ambang pintu. Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali kami mengobrol bersama. Semenjak kupinta menjauhi diriku, Mia sekarang lebih sering menghabiskan waktunya bersama kelompok Yuli, yang kelihatan bahagia sebab cewek itu memilih berteman dengan mereka dibanding bersamaku.
Pemberitahuan sebuah pesan masuk menggetarkan ponsel di tanganku. Kebetulan yang pas sekali. "Bentar lagi gue nyusul, masih ada urusan." Aku melambaikan ponsel ke arahnya.
Mia mengangguk. "Gue duluan, ya." Lalu sosoknya menghilang.
Kini hanya tersisa aku dan kekosongan kelas yang sepi. Bergegas kubuka pesan itu. Pengirimnya om Ian. Semangatku yang menggebu-gebu langsung merosot drastis.
Stela, siang ini saya mau bawa Rey ketemu mamanya, kamu bisa langsung pulang ke rumah kamu. Tapi besok nginap lagi di rumah saya, ya? Tante Lili-mu belum bisa pulang karena perkerjaannya belum selesai.
Aku membalas pesan itu dengan cepat dan singkat: OK. Tadinya aku hanya ingin menulis huruf K, tapi rasanya itu terlalu frontal. Dan juga kurang ajar, terlepas dari ia pantas menerimanya.
Satu hari libur, aku harus memanfaatkan kebebasan ini sebagai peluang untuk mencari petunjuk yang mungkin saja terlewatkan. Tapi pertama-tama, aku harus menyusul teman-teman sekelasku lebih dulu ke lab komputer. Kulempar ponsel dengan asal ke dalam ransel, menyisipkannya di dalam laci, lantas bergegas berlari menuju lab di bawah sana.
***
Kupikir hari ini akan berlalu dengan normal. Tidak ada gangguan, tidak ada penampakan. Semua berjalan dengan semestinya, sampai bel pergantian jam belajar menggema di bawah langit-langit sekolah, dan kami kembali ke kelas dengan sukacita.
Ralat, bukan kami, tapi mereka.
Aku kembali menjadi orang terakhir yang tiba di kelas, dan langsung menyelonong ke bangku dinginku tanpa bertemu pandang dengan siapa pun. Meraih ransel, aku merogoh-rogoh isinya dengan tergesa, dalam hati berharap ada panggilan ataupun pesan dari ibu maupun tante Najwa yang masuk. Lima belas detik berlalu. Aku tak kunjung menemukan benda yang kucari.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOSEN (TAMAT)
Horror(Sudah Terbit) (The Watty Awards 2019 Horror-Paranormal Winner) Stela Halim, gadis dengan emosi yang tidak biasa, harus melawan paranoidnya demi menyelamatkan diri dari kejaran orang-orang Safir, sebuah kelompok persaudaraan kuno yang tampa...