Kebisuan yang menjelma di antara aku dan Andra menyatu dalam keheningan yang mencekam. Jalanan telah menyepi. Suara hewan-hewan malam tak pernah terdengar, seolah mereka kompak berdiam diri. Malam hanya menyisakan teror sunyi pada jiwa-jiwa yang terjaga.
Kami masih terpaku di depan layar komputer. Tak ada yang berbicara untuk beberapa saat. Pikiranku larut pada kilas balik pertemuan pertamaku dengan orang tua Rey. Pada apa yang keduanya pernah ucapkan.
Rey berbeda.
Rey cuma mau sama anak sekolahan seusia kamu.
Aku merasa ditipu. Tidak, aku jelas telah tertipu. Perihal Yasmin yang mengundurkan diri itu bisa jadi hanya bualan mereka belaka. Lelaki itu pasti sedang merencanakan sesuatu yang tak sanggup kubayangkan. Entah hal itu melibatkan tante Lili atau tidak. Firasatku berkata apa yang telah om Ian lakukan terhadap Yasmin tampaknya kini akan beralih kepadaku. Cepat atau lambat. Sensasi dingin mendadak merayapi pundakku.
"Kenapa lo gak nunjukin video ini ke gue lebih awal?" benakku mulai membuncah. Harusnya ia memperingatiku soal Yasmin pada hari pertama kami bertemu.
Andra mendesah. "Gue cuma gak mau buat lo panik."
"Oh, kayaknya sekarang gue udah boleh panik."
"Bukannya gue sengaja, non," Andra mengacak rambutnya seolah ia lebih frustasi dari diriku, "gue cuma mau mastiin apa yang terjadi sama Yasmin itu gak ada kaitannya sama lo."
"Hah?"
Andra memalsukan sebuah batuk. "Ya siapa tahu lo dan om Ian kerja sama untuk nutupin sesuatu."
What the ...
Mulutku sontak kehilangan kemampuan berbicaranya. Tapi untung saja tangan kananku masih bisa bergerak untuk menjitak dahi Andra yang baru ditumbuhi dua buah jerawat. Aku memang menyembunyikan tentang orang-orang safir darinya, tapi bukan berarti aku selicik itu.
"Jadi selama ini lo curiga sama gue?" geramku di tengah rintihan cowok itu. "Buruk sangka lo luar biasa, Dra."
"Habis lo keliatan baik-baik aja, ugh." Andra memprotes, setengah mengaduh. "Wajar dong gue curiga."
Aku menahan hasrat untuk menjitaknya sekali lagi. "Baik-baik aja? FYI, beberapa hari yang lalu hidung, mulut, sama mata gue ngeluarin darah, hebatnya dokter bilang fisik gue sehat. Lo benar, Dra, gue baik-baik aja."
Cowok itu tercengang selama beberapa detik. Dinilai dari tatapannya, pasti ia menduga aku sedang bergurau. Mulut Andra menganga sementara dahinya mengerut seakan memikirkan sesuatu. Lalu tiba-tiba saja tatapannya membara. Andra seperti baru dirasuki sebuah pemahaman.
"Gue baru ingat ada beberapa hal ganjil yang juga terjadi sama Yasmin sebelum dia ngilang!" ucapnya cepat. Nyaris berteriak. "Kok gue lupa, ya?"
Sekarang gantian aku yang tercengang. "Maksud lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOSEN (TAMAT)
رعب(Sudah Terbit) (The Watty Awards 2019 Horror-Paranormal Winner) Stela Halim, gadis dengan emosi yang tidak biasa, harus melawan paranoidnya demi menyelamatkan diri dari kejaran orang-orang Safir, sebuah kelompok persaudaraan kuno yang tampa...