3rd: The Man and His Past

2.4K 241 44
                                    

Rapat sore selesai begitu lelaki tua itu mengetukkan tongkatnya. Saat itu pula, semua orang bangkit dari kursi mereka dan keluar ruangan. Soobin salah satunya. Ia merapikan jas sebelum menggeser kursi dan berjalan—hingga tiba-tiba, seseorang menyenggol pundaknya. Soobin melempar tatapan tajam ke arah manusia kurang ajar yang sudah menyenggolnya—mood-nya sedang tidak baik hari ini. Ia ingin menghadapi manusia usil itu lain kali, dan melengos pergi tanpa mempedulikan lelaki yang sudah mengusiknya.

"Ck, seram sekali. Sepertinya kau memang sudah terlahir menjadi eksekutor ya?" cerocos lelaki itu.

Soobin tidak merespon. Ia hanya sibuk berjalan tanpa menoleh ke samping.

"Kau partner baru Jungkook bukan?"

"Ya," jawab Soobin tak peduli.

Lelaki itu mendecakkan lidahnya. "Benar-benar dingin. Tidak heran kalau langsung berhasil di misi pertama. Langsung dapat hadiah, pula. Tapi, tunggu dulu ..."

Lelaki itu mengerutkan keningnya, dan melanjutnya distraksinya, "Kau benar-benar mengira dia adalah hadiah dari Bos, eh?"

Soobin mengerutkan sebelah alisnya, berusaha mengirim sinyal bahwa ia merasa terganggu. Namun, bukannya berhenti, orang itu malah mendekatkan bibirnya pada telinga Soobin. Ia membisikkan sesuatu.

"Ketahuilah, dia ini agak liar. Dia bisa menerobos tembok dua kali tinggi badannya dan meloloskan kakaknya. Walaupun dia sendiri tertangkap, sebetulnya, ia sendiri sangat sulit untuk ditaklukkan. Dia tipe seorang pemberontak. Kau hanya dikerjai oleh Bos."

Selesai membisikkan hal itu, ia menyerahkan sebuah kartu nama ke tangan Soobin. Dalam beberapa langkah, ia mengedipkan matanya pada Soobin dan menggerakkan bibirnya. Good luck, isyarat itu yang tertangkap oleh mata Soobin. Dan lelaki itu segera berlalu dengan seringai di bibirnya.

***

Soobin mengusak-usak rambutnya yang basah dengan handuk. Matanya tertuju pada cermin, menampilkan bayangan lelaki bertelanjang dada dan handuk yang melilit pada pinggangnya—refleksi dari dirinya. Ia menghela napas dalam.

Sambil berpakaian, ia kembali memikirkan memori yang tiba-tiba terbersit di kepalanya. Ia sendiri tidak paham mengapa ia bisa sampai mengingat peristiwa hari itu. Padahal, ia sendiri tidak begitu peduli pada lelaki itu, dan memori itu tak ada hubungan dengan kejadian akhir-akhir ini. Kim Taehyung. Lelaki licik yang berbahaya. Sejak awal bertemu dengannya, ia merasa ada yang tidak beres dengan orang itu. Ia bisa saja terlihat baik, namun intuisi Soobin menyatakan bahwa ia punya lebih banyak rahasia yang ia sembunyikan.

Soobin menggelengkan kepala. Ia terlalu banyak berpikir aneh akhir-akhir ini.

Selesai berpakaian, ia kembali mematut dirinya di depan cermin. Menyisir rambutnya ke belakang, menampilkan kening dan garis rambutnya. Tinggal memasang ikat pinggang, dan ia selesai. Angka di arlojinya menunjukkan sudah pukul sembilan lebih delapan. Ia harus segera pergi, sudah lewat beberapa menit dari waktu yang ia janjikan.

Baru saja Soobin akan memasukkan ikat pinggang, sepasang tangan menyusup dari belakang. Jari telunjuknya menelusuri garis rahang, lalu turun ke leher, dada, dan perutnya. Soobin memejamkan mata, menahan emosi dan juga nafsu yang perlahan merambat. Saat tangan itu hendak mengintrusi celananya, Soobin mencekal tangan itu, dan membalikkan tubuhnya.

"Kai, tidak sekarang."

Sosok itu tersenyum miring. Seakan tak mendengar titah dari sang dominan, ia menjilat jakun lelakinya dengan sensual.

"Kai..."

"Hm?" gumam Kai seraya mengecup leher Soobin. Tangannya memainkan kancing kemeja Soobin, memasang dan melepas. Membuat deru napas Soobin semakin cepat.

graveyard | Choi Soobin, Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang