22nd: How Universe Brings Us Together

1.3K 131 53
                                    

Rinai gerimis turun di pagi hari adalah kondisi yang membuat siapapun enggan untuk bangkit dari mimpi. Udara sejuk dan dingin musim gugur menyusup melalui celah-celah jendela, menggelitik kaki Kai yang tak tertutup selimut—membuatnya membuka kelopak mata dengan perlahan. Ia menarik lagi kakinya ke dalam selimut, membiarkan kehangatan kain tebal itu menjaga suhu tubuhnya—kecuali punggungnya yang memang hangat karena didekap seseorang dari belakang.

Deru nafas yang menerpa lehernya membuat ia membuka mata lebih lebar. Kai membalikkan badan untuk menemukan wajah tenang dan polos Soobin begitu pulas dalam lelap. Mulutnya sedikit terbuka dengan nafas yang teratur. Ia tidur dengan damai—seakan tak ada lagi kekhawatiran yang merayapi benaknya.

Pemandangan itu membuat Kai tersenyum sekilas. Jemarinya menyentuh wajah lelaki itu, menelusuri setiap sudut. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melakukan hal ini—namun apa yang ia saksikan pagi ini adalah hal yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Kai tak pernah melihat Soobin tidur setentram ini karena lelaki itu selalu menyisakan kerutan permanen di dahinya bahkan dalam keadaan tidur. Tidak seperti saat ini—pertama kalinya Kai melihat Soobin tertidur seperti anak kecil, seperti bayi.

Ia mengecup alis tebal Soobin, sebelum bergeser untuk bangun. Baru saja ia bergeser sedikit, raut tenang itu terusik dengan alis yang menukik. Soobin melenguh pelan sebelum menarik Kai lebih dekat pada tubuhnya, dan kembali tenang begitu tubuh keduanya merapat. Seulas garis datar terulas di bibir Kai—sekarang ia tak tahu bagaimana caranya meloloskan diri dari tubuh besar kekasihnya.

Beberapa saat setelah itu, Kai mengangkat tangan yang melingkar di pinggangnya, dan bergeser tanpa membuat suara apapun. Ia gunakan bantal sebagai benda pengganti untuk Soobin peluk. Sebelum benar-benar bangkit, ia terduduk di sisi ranjang sambil merenggangkan tubuh. Otot-ototnya terasa sangat pegal semalaman ditempeli makhluk besar yang tak mau melepaskan dirinya sama sekali.

Ia menoleh pada jam dinding di meja nakas. Jika hujan tak turun, mungkin matahari sudah tinggi, dan itu berarti ia terlambat untuk pergi ke toko bunga. Bukan masalah besar—selama Rowoon ada di sana, segala hal bisa diurus dengan baik. Namun ia tetap harus pergi karena supplier bunga langganannya akan datang hari ini mengantarkan bertangkai-tangkai bunga segar untuk dirangkai.

Kai menjejakkan kaki di lantai—tak peduli dengan tubuhnya yang polos tanpa tertutupi apapun, ia meraih bathrobe di gantungan dan mengenakannya pada tubuh, dan berjalan ke kamar mandi. Pagi yang dingin seperti ini adalah waktu yang cocok untuk berendam air hangat—sayangnya Kai tak punya banyak waktu untuk menikmati hangatnya air sabun beraroma pine favoritnya. Hal itu akan ia lakukan nanti kalau sudah pulang, untuk saat ini ia hanya akan melakukan quick shower dan segera bersiap untuk pergi.

Setelah lima belas menit dalam kamar mandi, ia kembali ke kamar. Dari celah pintu ia memperhatikan bahwa Soobin telah bangun dan meraba-raba sampingnya dengan panik. Lelaki itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan—dan ekspresi yang muncul di wajahnya membuat Kai tak dapat menahan diri untuk tertawa.

"Sudah bangun?" Kai bersandar pada lawang pintu sambil mengusak-usak rambut yang basah, tawa kecil lolos dari bibirnya melihat Soobin kelimpungan. Orang yang disapa secepat kilat menoleh pada sumber suara dan menghela napas begitu melihat kekasihnya berdiri di ruangan yang sama. Ia mengusap keningnya, campuran antara frustrasi dan lega.

"Kau membuatku kaget. Aku kira kau pergi entah ke mana," kilah Soobin, kedua sudut bibirnya membentuk lengkung ke bawah. Kai melangkahkan kakinya mendekat, masih dengan tawa riang menyaksikan tingkah kekanakan Soobin. Ayolah, di mana wajah dingin dan garang yang selalu ia tampakkan di hadapan musuh-musuhnya? Di hadapannya kini hanyalah sesosok anak kecil yang terkurung di tubuh orang dewasa.

graveyard | Choi Soobin, Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang