13th: Broken Man in the Tunnel

1K 155 45
                                    


Soobin mengetuk-ngetukkan jarinya dengan irama acak. Ia gelisah, menunggu jarum jam berputar dan berlabuh pada angka tiga dan dua belas. Keningnya berkerut dalam, matanya menatap tajam; sebuah ekspresi yang membuat semua orang di sekitarnya mengambil jarak aman. Dan waktu membiarkannya menunggu lama untuk sebuah kepastian. 

"Lima sampai sepuluh menit lagi ia akan tiba. Kau santai saja."

Detektif itu duduk di seberangnya, meletakkan kedua siku pada meja dan menopang dagunya dengan satu tangan, dengan mata yang tak juga lepas dari pintu masuk. Ia juga menunggu seperti Soobin, bedanya ia lebih sabar dan tenang saat menunggu tamu itu datang. Jadwal yang sudah disepakati adalah setengah jam lalu, namun orang yang ditunggu itu meminta agar diundur satu jam karena pekerjaannya. Membuat Soobin semakin berang.

Sepuluh menit berselang, lonceng di pintu kafe itu berdentang. Dari balik pintu kaca transparan, seorang pria berkacamata dengan rambut abu-abu membuka pintu dan berjalan masuk menuju bar untuk memesan sesuatu. Menyadari bahwa ia adalah tamu yang sejak tadi ditunggu, Taehyun menegakkan tubuh dan melambaikan tangannya saat orang itu berbalik. 

Profil itu kini terlihat jelas. Dari wajahnya, terlihat bahwa ia bukanlah seorang pria beruban yang orang kira. Pilihan warna rambutnya memang nyentrik, terlebih untuk seseorang—yang Soobin tahu—memiliki titel dokter. Kacamata itu juga bukan kacamata tebal yang dipakai untuk mata bermasalah—lensanya tipis. Mungkin dari dekat Soobin akan bisa memastikan lagi bahwa orang itu hanya memakai kacamata untuk maksud lain—style atau penyamaran, mungkin?

Lelaki itu menyungging senyum formal pada Taehyun, dan segera menghampiri dua orang yang menunggu di sebuah sudut dekat jendela. Ia menghela napas sebelum menghempaskan bokong pada bangku di seberang dua orang yang sejak tadi menunggunya, mengusap rambutnya ke belakang, dan kembali tersenyum hambar.

"Maaf. Aku baru saja selesai melakukan operasi setengah jam yang lalu. Kuharap kau tidak menunggu lama, Taehyun-ssi."

Taehyun membalas senyum dengan sikap yang juga formal, dan menggelengkan kepalanya. "Terima kasih telah datang, Yeonjun-ssi. Kami yang membutuhkanmu, jadi menunggu selama apapun tidak masalah."

Jawaban itu mengundang tatapan tidak suka dari Soobin yang sejak tadi bersidekap di samping Taehyun. Ia benci menunggu, dalam alasan apapun—dan seharusnya orang ini tak bisa begitu saja ditoleransi karena hal urgen yang ia bawa, namun lelaki ini sejak tadi justru terlihat santai.

Jung Yeonjun mengalihkan pandangan pada Soobin, dan menelitinya lamat-lamat. Rautnya dibuat sedatar mungkin, sambil matanya memindai penampilan Soobin dari kepala hingga torso yang terhalang oleh meja. Dan lelaki yang ditatap hanya mendengus kasar, membuang muka ke arah di mana ia bisa menghindar.

Melihat reaksi lelaki di hadapannya, Yeonjun kembali mengalihkan perhatian pada detektif yang telah membuat janji dengannya. Ia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi dengan santai, dan mulai membuka pembicaraan. 

"Kurasa keteranganku saat itu sudah cukup lengkap, dan aku telah membuktikan bahwa aku tidak terlibat dalam aktivitas gereja itu sejak enam bulan lalu. Jadi, apa yang mendesakmu untuk kembali bertemu denganku?"

Kepala Taehyun mengangguk pelan. Ia letakkan kedua tangan, tertaut di depan, untuk menunjukkan sikap formal. 

"Sebenarnya keterangan untuk Kasus Sekte Ilegal Gereja itu sudah cukup lengkap. Namun, di sini aku takkan membahas hal itu. Aku akan meminta keterangan darimu mengenai kasus lain, yang kuduga berkaitan denganmu."

Dokter itu terkekeh pelan, menunjukkan giginya yang rapih dan membuat matanya menyipit. "Ah, sepertinya wajahku ini memang tipikal kriminal tampan, ya? Padahal yang kulakukan selama ini hanya berdiam di rumah sakit, membantu pasien sembuh untuk bisa hidup seperti biasa lagi. Tapi sepertinya banyak orang yang sering salah paham," gumamnya.

graveyard | Choi Soobin, Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang