10th: Countdown

1.5K 169 43
                                    

"Benar 'kan, anak itu kembali padamu?"

Lelaki itu berbaring di atas ranjang berseprai putih, dengan cahaya remang dan kemeja yang ditanggalkan sejak tadi—menyisakan celana panjang hitam dan dada yang telanjang. Ia memainkan borgol di dengan jari-jarinya, memutar-mutar salah satu loop dengan telunjuknya. Ia tampak tak begitu memperhatikan bagaimana wanita yang terduduk di sofa beludru merah itu meliriknya sebal. Wanita itu merotasikan bola matanya, dan lanjut menghisap rokok menthol yang terselip di sela jari-jarinya.

"Setelah gagal membawanya kepadaku, berani-beraninya kau bertanya seperti itu?"

Kim Taehyung mengalihkan pandangannya dari borgol di tangannya pada sang lawan bicara. Ia terkikik begitu menemukan ekspresi tidak senang dari wanita itu—yang walaupun menampakkan raut datar, namun dari matanya ia bisa merasakan tatapan yang memaki. Dalam satu kali lonjakan, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan lurus menuju tempat wanita itu duduk. Sementara sang wanita membuang muka, menghindari tatap dari Kim Taehyung sambil terus menghisap rokoknya.

Taehyung meraih rokok itu dari jari lentik sang wanita dan mematikan bara di asbak. Ia menarik dagu wanita itu dengan telunjuknya, mengarahkan paras rupawan itu agar mendongak, menghadapi pandangannya.

"Kau tidak perlu marah, Joohyun-ah. Bukankah yang kau inginkan telah terkabul?"

Lelaki itu melepaskan sentuhannya dari wajah itu, dan menghempaskan bokongnya kembali pada kasur. "Setidaknya, seperti yang telah kuprediksi—anak itu kembali sendiri ke tempat asalnya—yaitu kau."

Joohyun mendecih kesal mendengar penuturan lelaki itu. "Untung saja bagian itu kau benar. Kalau saja tak ada inisiatif darinya untuk kabur dan ia masih berada bersama si eksekutor itu—kau mau menjamin dengan apa bahwa ia bisa kembali? Barangmu itu?" Ekor matanya melirik pada sebuah tenda yang terbentuk di selangkangan Taehyung.

Orang yang diancam justru terbahak mendengar kata-kata pedas meluncur dari bibir kekasihnya. Ia mengusak rambutnya kasar, sedikit abai dengan isi dari ancaman itu—sekali pun ia tahu, Joohyun tak akan main-main dengan ancamannya.

"Sudahlah, tak perlu permasalahkan hal itu lagi. Jadi bagaimana kondisi orang yang kau cari itu sekarang? Apa ia masih bagus, seperti yang kau harapkan?" Taehyung mengajukan tanya dengan alis yang naik sebelah.

Joohyun menghela napas gusar. Dari wajahnya tampak bahwa ada ekspektasi yang tidak tercapai meski ia mendapatkan apa yang ia inginkan. "Aku sempat bermain-main dengannya sekali." Tangannya kini meraih segelas white wine yang terletak di meja kopi di samping sofa, dan menyesapnya pelan. "Hah! Aku rasa dia terlalu sering dipakai oleh si eksekutor itu. Para Tua Keladi takkan senang mendapatkannya, sekali pun ia lebih cantik dibandingkan saat tiga tahun lalu. Dan lagi, ia terhitung sudah terlalu tua untuk kumanfaatkan di wisma. Mengecewakan."

Taehyung mengulas seringai di bibirnya kala mendengar penuturan wanita itu. "Lalu? Kau merusaknya?"

Joohyun kembali meluncurkan cairan itu ke tenggorokannya—kini sekaligus, menghabiskan liquor yang tersisa di gelas. Ia melirik lelaki di atas ranjang dengan ekor matanya, "Tentu saja tidak. Aku menjaganya agar tetap mulus sampai pelelangan tiba. Setidaknya, ia harus terjual dengan harga yang tinggi—untuk menutup kerugian karena kesialan yang ia akibatkan."

Taehyung hanya mengangkat alis begitu mendengar jawaban Joohyun—sebuah jawaban yang sudah pasti akan dikatakan oleh wanita picik di hadapannya. Wanita itu tak pernah mau rugi, dan itulah sebabnya ia selalu menunjukkan dominasi—baik untuk urusan ranjang maupun uang.

"Seperti yang sudah kuduga dari wanita berbisa sepertimu." Taehyung berceletuk, tak menyadari tatap tajam dari wanita di hadapannya.

Wanita itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Taehyung. Tubuhnya hanya terbalut lingerie transparan dengan model babydoll, dengan ujung yang bergerak seiring langkahnya. Ia merangkak naik ke pangkuan Taehyung, memaksa lelaki itu untuk bersandar pada kedua tangannya, dan mencengkeram keras rahang lelaki itu dengan jari bercat kuku merah miliknya. Membuat lelaki itu terbelalak—namun mengundang senyum asimetris pada wajahnya.

graveyard | Choi Soobin, Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang