13. SEQUEL

323 18 0
                                    















Aku melongokkan kepala ke dalam apartemen. Gelap. Apa Chaerin sudah tidur? Aku harap begitu.

Ya Tuhan, biarkan kali ini aku selamat.

Pelan-pelan aku membuka pintu dan melangkah masuk. Pelan-pelan membuka sepatu hitam ku dan melangkah dengan berjinjit. Berusaha keras agar tak menimbulkan suara sekecil apapun.

Aku sudah sangat hapal dengan tata letak apartemenku, bahkan kemampuanku berjalan dengan keadaan gelap seperti ini sekarang makin bertambah karena belakangan ini aku sering melakukannya.

DUG! Ah sial! Lututku malah terkantuk sudut meja. Bodoh!

Aku mengusap lututku sembari meringis dalam hati. Seingatku tidak ada meja disini. Meja ini harusnya masih beberapa langkah di depanku. Apa Chaerin memindahkan posisinya?

Baru saja kaki ku akan melangkah kembali tiba-tiba ...

Keadaan yang tadi gelap gulita langsung jadi terang benderang karena lampu tiba-tiba menyala. Ah sepertinya malam ini pun kau takkan selamat, Kwon Jiyong!

Bulu kuduk ku langsung berdiri. Aish ... Auranya tiba-tiba membuatku tidak nyaman. Aku tau dia tengah berdiri di belakangku dan pasti dengan tampang horrornya. Ya Tuhan, selamatkan aku!

Perlahan aku berbalik. Bingo! Benar saja dia berdiri disana -di ambang pintu kamar kami- dengan tampang horrornya. Tangannya terlipat di dada dan menatapku datar. Ya, tampang horror yang ku maksud adalah tampang datar. Jujur saja, itu lebih horror dari dia yang tengah marah-marah.

Aku buru-buru membenarkan posisiku yang tadi sedikit membungkuk *aku kan sedang mengendap-endap* dan tersenyum. Meski jujur saja aku sendiri merasakan senyumku sangat kaku sekarang. Bagaimana ini?

"Hai Hunchae. Kau belum tidur?" tanyaku basa-basi tapi berusaha terdengar hangat.

"Aku menunggu suamiku pulang."

Aku meringis mendengar nada sinisnya. Aku tau aku melakuan kesalahan yang sama. LAGI. Well, ini memang bukan pertama kalinya. Hunchae, maaf ya?

Aku buru-buru menghampirinya, hendak memeluknya tapi dia malah mendorongku menjauh. Dia merajuk lagi.

"Maafkan aku ya? Aku tadi ketiduran." Aku tidak bohong. Aku memang ketiduran di studio. Aku sangat sibuk karena tengah menyiapkan album baru. Kepalaku sampai sakit, dan sikap Chaerin yang sering merajuk belakangan ini membuat kepalaku makin sakit.

"Kau memakai alasan yang sama kemarin ..." ucapnya terdengar bosan. "Kau tau peraturannya." Dia langsung berbalik dan menutup pintu, pertanda bahwa malam ini pun aku akan tidur di sofa ruang tamu lagi. Huft ...

Dengan lelah aku berjalan ke sofa di tengah ruangan dan membanting diri di atasnya. Kehamilan Chaerin yang pertama ini membuatku tersiksa.

Hamil? Oh yeah, aku lupa bilang bahwa Chaerin tengah hamil sekarang ini. Setelah 3 bulan menikah kami mendapat kabar bahagia itu. Tapi yang menyebalkan adalah efek kehamilannya itu membuatku sakit kepala dan hampir frustasi.

Pada masa-masa awal dia bersikap baik, maksudku dia sama sekali tidak mengidam seperti ibu kebanyakan. Dia bahkan tak mengalami morning sickness. Dia menjalani aktivitasnya seperti biasa, dokter bilang kandungnya tergolong kuat.

Tapi sejak sebulan lalu dia berubah. Dia memang tidak mengidam, tapi sikapnya jadi sangat menyebalkan. Dia membuat segala macam peraturan yang menyiksaku.

Pertama, dia menetapkan jam malam. Aku diharuskan sudah ada di rumah tepat pukul delapan malam. Apa-apaan pula itu? Aku kan bukan anak gadis. Dan parahnya jika aku pulang terlambat, maka aku harus tidur di sofa, seperti sekarang.

Unexpected Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang