Selamat membaca.
Jungkooksedih melihat Minsso yang terbaring lemah dengan sepang infus di tangannya. Dini hari tadi dia di kejutkan dengan telpon ayah Minsso yang mengatakan jika Minsso colaps karena terlalu benyak meminum pil tidur. Bukan tidak ada maksud ayahnya menelpon Jungkook, tetapi ayah Minsso menemukan secarik kertas di atas kasur putrinya yang tertuju untuk sahabatnya Jungkook.
Jungkook...aku harap kau memaafkan ku dan tak membenciku. Kau tau selama beberapa tahun ini aku merasa sangat bersalah padamu, bahkan aku tak pernah peduli dengan kebaikanmu yang begitu tulus padaku.
Karena uang aku menyakitimu, karena ambisi ku pada uang aku juga melukai mu. Dan karena uang juga aku membunuh makhluk yang bahkan belum melihat indahnya dunia.
Mungkin kau tidak tahu jika sebenarnya kau hampir memiliki seorang anak, jika aku tidak menabraknya.
Jungkook....aku membunuh anakmu, tolong maafkan aku.
Ku harap kau bisa bersamanya lagi, dan aku akan mendukungmu sekarang. Sampaikan maaf ku pada Sohyun dan mendiang anak mu.Tertanda Yang Minsso.
Entah harus bagaimana sekarang, Jungkook ingin marah dan berteriak pada sahabatnya, tapi melihat kondisi nya sekarang Jungkook merasa kasihan.
"Kenapa kau melakukan ini Minsso-ya? Kau bahkan membunuh anak ku."
Di luar ruangan Nyonya Jeon sangat sedih melihat putranya yang mengetahui jika sebenarnya dirinya hampir memiliki anak. Kalau bukan karena mendiang ayahnya yang menginginkan putranya menikah dengan putra Zhou, mungkin saat ini dirinya sudah memiliki cucu.
"Kau lihat...karena ulahmu, putraku harus menderita." Ucap Nyonya Jeon dengan melihat ke atas, seolah berbicara pada mendiang suaminya.
...
Hyanggi membantu kakaknya membereskan pakaiannya yang akan di bawa ke Seoul. Sebenarnya Hyanggi tidak rela jika kakaknya harus kembali ke Seoul, apalagi dirinya tak bisa ikut.
"Eouni apa kau yakin akan pergi?" Tanya Hyanggi dengan lemah.
Sohyun menarik adik tirinya kepelukannya. Dia begitu menyayangi Hyanggi melebihi apapun. Meski tidak memiliki darah yang sama, tapi Sohyun menyayanginya seperti saudara kandungnya.
"Tolong jaga ayah dan ibu, kau tau bukan jika mereka sudah tak sekuat dulu." Hyanggi mengangguk.
"Eouni..."
Ayah dan ibunya menghampiri mereka lalu saling berpelukan.
"Jaga baik-baik dirimu di sana, dan jangan sampai melupakan kami di sini." Ucap sang ayah.
Sohyun mengangguk dan mencium pipi sang ayah. Matanya bertemu dengan mata sang ibu, untuk pertama kalinya Sohyun melihat ibunya menahan tangis untuk dirinya.
"Aku akan baik-baik saja ibu." Ucap Sohyun mengusap lembut tangan sang ibu.
Seminggu setelah kedatangan Minsso ke Jeju, selama itu juga Sohyun berfikir untuk kembali ke Seoul. Dirinya tak mau lagi lari dari kesedihan, dan ingin merubah takdir hidupnya.
Sohyun sempat menelpon Chungha dan meminta bantuan untuk mencarikannya pekerjaan, dan Chungha yang sempat kaget dengan itu tanpa berfikir panjang memberikan Sohyun pekerjaan di cafe miliknya. Bahkan Sohyun sangat merasa bersalah karena tidak bisa menghadiri pernikahan temannya itu, dan sekarang dia baru tau jika temannya Chungha sudah memiliki seorang putri.
Seoul
Air matanya tak lagi bisa di tahan saat melihat kotak abu yang tersimpan rapih di lemari kaca. Sebuah gambar janin menunjukan jika anaknya itu benar-benar belum melihat indahnya dunia.