SENIOR#25

19 3 0
                                    

"Siska, apa apaan sih lo?! Udah gila lo ya?!" Bentak Dita meluapkan semua emosinya. Sungguh kini ia tidak sanggup lagi diam, ya dia harus berani berbicara dengan si psikopat sialan ini.

"Haha, Dita.. Dita.. lo nya aja yang bego, siapa suruh lo ngambil Dito dari hidup gue?!" Kini giliran Siska yang marah sembari melototkan kedua matanya tajam.

Mendapat tatapan seperti itu, Dita menelan salivanya, ia merasa takut dan sendirian saat ini.

'Dito lo dimana, gue takut' batin Dita.

***

Dito menyusuri setiap lorong sekolah, ia mencari Dita yang sedari tadi tidak menampakan dirinya.

"Shit, kemana sih dia" batin Dito khawatir.

Dito mencoba menghubungi Dita berkali kali, namun hasilnya nihil. Tidak ada jawaban sama sekali dari Dita. Dito merasa keganjilan ini ada hubungannya dengan Siska, ia langsung menghubungi Siska disaat itu juga.

Dito mencoba melacak keberadaan Dita melalu ponselnya, ia terus mencari titik tempat Dita berada saat ini. Dito sampai di taman belakang sekolah, ia heran apa yg dilakukan Dita di tempat ini, sangat sepi, hening, dan kumal. Dito menjadi ragu untuk mencari Dita di sekitar sini. Otaknya menolak untuk mencari di tempat ini, tapi hatinya mendorong ia penuh dengan kepastian untuk mencari Dita disini.

"Lepasin gue bitch!!"

"Kok kaya suaranya Dita. Dia pasti ada disekitar sini" Batin Dito

"Dita.. lo dimana! Ini gue Dito. Ditaa" teriak Dito terus menerus ke seluruh penjuru taman itu.

Dita tersentak, ia mengetahui betul itu adalah suara milik Dito.

"Dito.. bantuin gue Dit! Gue ada di gudang" teriak Dita kencang.

"Shit! Diem lo! Kalo sampe Dito tau kita disini gue ga akan segan segan buat bunuh lo sekarang juga" ancam Siska penuh penekanan.

Dito mendengar suara barusan, walaupun samar dia masih bisa mengenali suara itu

"Dita?" Ucapnya pelan.

Dia terus mencari cari ke seluruh penjuru taman, tapi ia tidak menemukan apapun disana. Disisi lain, Dita merasa sangat ketakutan jika ia harus mengakhiri hidupnya saat ini di tangan orang yang bisa dikatakan sudah tidak waras. Dita menangis sesengukan, ia tidak tau harus berbuat apalagi, ia hanya bisa pasrah dan terus berdoa untuk keselamatannya.

Brakk

Pintu tua itu terlempar jatuh ke tanah, Dito, pria itu kini sudah berhasil melacak keberadaan Dita. Dengan cepat ia menarik tubuh Siska dan membantingnya ke tanah. Jangan salahkan Dito, ia sudah cukup sabar menghadapi wanita ini dan sekarang adalah saat yang tepat untuk melampiaskan kekesalannya selama ini.

"Aw shit! Berani ya lo ngebanting gue"

"Gue udah ga peduli anjing! Lo itu ga lebih dari sampah bitch! Lo hancurin semua kehidupan gue dari dulu sampe sekarang! Dan ini saatnya buat gue balas semua budi lo selama ini" Ucap Dito sambil tersenyum licik

Siska hanya bisa menatap pria itu sinis. Ia tau Dito pasti sudah tau ini adalah perbuatannya dan pastinya ia sudah menyiapkan strategi untuk menghancurkannya.

"Angkat tangan! Anda kami tangkap atas tuduhan pembunuhan berencana yang sudah anda lakukan terhadap saudari Dita"  Ucap salah satu polisi sembari mengacungkan pistolnya ke arah Siska

"Cih.." Siska masih bisa berdecih disaat seperti ini? Dia memang sudah tidak waras kan?

Dito membukakan semua lilitan tali yang ada di tubuh Dita. Dita menangis sekencang kencangnya dan memeluk Dito erat.

"Hiks makasi Dito, makasi berkat lo gue selamat" Air matanya terus menangis, dia menangis dalam rengkuhan Dito.

"Hei.. jangan nangis. Kita udah aman" Ucap Dito sembari mengusap usapkan tangannya di punggung Dita, memberikan rasa nyaman untuk gadis itu.

"M..makasi hiks"

Dito membopong tubuh Dita untuk keluar dari tempat itu, dia mrmbawa Dita untuk duduk di taman dekat sekolah.

"Lo mau minum?"

"E..enggak usah kak"

"Kak?" Dito menaikan sebelah alisnya, dia sedikit asing dengan panggilan Dita barusan.

Dita mengangguk pelan, dia masih sesengukan sampai sekarang. Ada rasa trauma yang mendalam akibat perbuatan Siska yang hampir menghilangkan nyawanya.

"M..makasi kak udah nolongin gue. T..tapi gue harap kita gak berhubungan lagi saat ini" Ucapan Dita terdengar sangat serak, ia mengucapkannya sembari menangis.

"Lo kenapa?" Dito mengkhawatirkan keadaan Dita, wajahnya pucat pasi dan seluruh tubuhnya bergemetar hebat.

"G..gue akan pulang kak, please jangan cari gue atau hubungin gue lagi. G..gue takut"

Dita berdiri dari tempatnya berjalan meninggalkan Dito yang masih mematung di tempatnya.

Dita bahkan tak sanggup untuk berjalan, ia sedikit kesusahan untuk menyeimbangkan tubuhnya. Sampai ia merasakan pelukan hangat dari seseorang yang membuatnya sangat nyaman.

"Jangan pergi" Dito memeluk erat tubuhnya melepaskan semua kesedihannya dalam pelukan itu.

Duarr

Hujan turun dengan lebatnya membasahi mereka berdua. Keduanya sama sama hanyut dalam pikiran mereka masing masing.

Tangan kekar milik Dito masih memeluk pinggang Dita, dan Dita sama sekali tidak menepisnya. Ia juga merasa nyaman saat berada pada posisi ini.

Air matanya terus mengalir, kini Dita akan menyukai hujan untuk selamanya.

Hujan akan membawanya pada kenangan ini lagi, nanti, saat mereka sudah tidak lagi bersama

-TAMAT-







































































































































Tapi boong











Yuk next!

Vote and komen

Rikaadw_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENIOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang