Murkaa, itulah yang dirasakan Arga ketika tahu calon Istrinya terluka, dan yang lebih paran lagi. Adiknya sendiri yang berbuat seperti itu.
Arga langsung mendobrak pintu kamar Brilly, menarik paksa lengan Brilly untuk bangun dari tidurnya. Kemudian menamparnya dengan keras. Brilly tersungkur di lantai. Tak cukup sampai disitu, Arga mengambil botol kaca dan langsung dipecahnya.
Jika tak ada Regan yang menghalangi, mungkin saja Brilly sudah tiada saat ini. Bukannya menangis, Brilly malah tersenyum nanar dihadapan Arga
"Segitunya lo belain dia?! Lo sampe nyakitin adik lo sendiri. Lo abang yang paling bangsat tau gak?! Gw benci lo! Gw benci karna nyatanya gw adek lo. Gak sekalian ajah lo bunuh gw disini. Atau kalau perlu, gw sendiri yang bunuh diri. Biar kalian semua puassss, gaada beban dihidup kalian. Hah.. Emang gw tuh gapernah berharga dimata kalian semua.
Bangsattt. Lo anjing, gw benci karna nyatanya gw sayang sama lo kak. Hikss, kenapa kalian gak bunuh gw" Arga ingin menyerang Brilly kembali, namun semua kakak Brilly berusaha mati-matian buat menahan Arga. Dengan cepat, Brilly lari ke balkon kamarnya, menutup Pintunya dengan rapat dan naik ke pembatas Balkon.
Farhan dan Lyna yang baru sampai dari rumah pun langsung berlari menuju kamar Brilly, memecahkan pintu kaca balkon Brilly. Ditariknya. Brilly menjauh dari Balkon
Brilly meronta melepaskan diri dari papanya, Lyna menangis, Merasa gagal menjadi serang Ibu. Putri semata wayangnya ingin bunuh diri? Sangat menyakitkan untuk Farhan dan Lyna
"Ngapain narik aku? Biarin aku mati sekalian!" Farhan menggeleng keras. Mengusap lembut putrinya itu.
"Kenapa? Aku gak butuh keperdulian kalian semua! Aku gak butuh! Aku bukan siapa-siapa disini. Aku hanya Anak gak tau diri yang kebetulan dilahirkan dikeluarga ini. Kalian gak butuh aku! Kalian udah punya Anak laki-laki dan mantu kalian berdua" Brilly menatap satu persatu wajah mereka
"Kalau aku disuruh milih hidup atau mati. Aku lebih milih mati" Farhan mengecup seluruh wajah Brilly, wajah putrinya hangat. Brilly sakit!
Brilly melepaska pelukan Farhan dan langsung lari keluar rumah, mengambil kunci motor. Mendobrak gerbang yang ada dirumahnya karna scyurty tak membukakan pintu untuknya.
Pada akhirnya mereka membukakannya. Semua berusaha mengejar Brilly, namun nyatanya Brilly lebih cepat dibanding mereka.
Gadis itu melajukan motornya menuju rumah Seseorang, siapa lagi kalau bukan Adit?!
Adit menghubungi Farhan untuk menenangkannya, Brilly disini juga ditenangkan oleh Tyas, Dita dan Andrea. Tak lupa, Adit juga selalu ada untuk Brilly, mendekapnya dengan dekapan penuh kasih sayang.
Brilly terus saja menangis dalam dekapan Adit, gadis ini manja, agresif, dan nekat.
Jika sudah seperti ini, yang ada di otak Brilly hanyalah bunuh diri, bunuh diri dan bunuh diri.
"Vanya gak boleh gini dong!"
"Vanyaa.. Hiks hiks.. Vanya benci merekaaa. Vanya gak mau ketemu mereka hikss.." Sudah lebih setengah jam Brilly menangis, dan kemudian tidur dengan posisi duduk juga menyandar di bahu Adit.
Adit membetulkan posisi tidur Brilly supaya nyaman. Kemudian Adit tidur disebelah Brilly, dengan guling menjadi pembatas antara mereka berdua.
Pagi telah tiba, Adit membangunkan Brilly untuk sholat bersama. Setelah sholat, Adit mengajak Brilly untuk duduk di balkon kamarnya, menikmati hawa sejuk subuh.
"Vanyaa.. Vanyaa mau hamil" celetuk Brilly, Adit menbulatkan matanya. Menatap Brilly dengan lekat
"Sama siapa?" Tanya Adit bingung. Pasalnya, tak mungkin Jika Adit yang menghamilinya.
"Sama Adit lahh" jawab Brilly, Brilly menatap lekat wajah Adit
"Kenapa? Vanyaa.. Vanya sama Adit Kan masih sekolah"
"Yahh terusss kenapa? Adit gak mau Nikah sama Vanya?!"
"Enggak gitu Vanyaa, Adit gak mau merusak Vanya. Kita Nikah mudah yah ayokk. Tapi setelah kita berdua lulus sekolah, seenggaknya Adit Dulu deh yang lulus. Biar bisa nafkahin Vanya" Adit meyakinkan Vanya dengan tulus. Mengusap lembut pipit gadisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
And anymore
FantasyBrillyandra Vanya Vendra, gadis yang harus menjalani kisah hidupnya yang tak terduga.. Dia di tuntut untuk bisa lebih dalam segala hal. Hidup dalam kemewahan baginya tidak lah berarti jika dibandingkan dengan hidupnya saat ini. Cobaan yang terus dat...