AA:36

38 4 0
                                    

Setelah sampai di gedung yang terlihat lusuh, aku dan Daksa mengendap-endap untuk masuk. Kami berdua menaiki lantai dengan sangat hati-hati dan tetap terhubung dengan polisi juga pemadam kebakaran. Daksa menggenggam erat tanganku. Beberapa polisi juga ikut dengan kami. Tibalah kami di puncak gedung ini, kami mendengarkan suara orang yang seperti disiksa. Hatiku semakin resah. Daksa semakin mengeratkan genggamannya

"Aku mohon lepaskan aku. Jangan sakiti aku"

"Heii bodoh, kalau aku tidak mengeluarkan organmu, bagaimana aku bisa kaya raya, hahahaha"

"Tolong lepaskan kami!!"

"DIAM!! ATAU KU TEMBAK KEPALA KALIAN!! KALIAN BEKERJA UNTUKKU!! KALIAN SUDAH MENJADI MILIKKU!"

"Pahh, bayi-bayi ini mau kita apain?"

"Ambil semua organnya, kuliti, jual dagingnya ke pasar gelap. Seperti biasanya!"

"Aku gak mau yah ngulitin mereka. Jijik bangett, btw paa, anaknya si Vanya ganteng juga. Matanya bagus banget, aku pengen deh matanya ku ambil, kutaruh di mataku"

"Ambil saja, jangan sungkan nak. Kita bisa operasi bukan, sepertinya akan cantik jika mata ini kau pakai"

Aku dan para polisi itu mendengarkan percakapan mereka, kemudian beberapa polisi serentak mendobrak pintu ruangan itu. Ruangan yang mengarah ke balkon utama atas digedung tersebut. Sumpah demi apa pun, kalau sampai anakku luka sedikit saja, akan kupastikan dia habis di tanganku! Aku masuk ke dalam. Polisi mengamankan bodyguard yang sedang menjaga pintu.

Aku melihat sekitar, banyak box yang berisi organ-organ tubuh manusia. Bahkan aku melihat manusia yang tergantung, badannya sudah terkuliti. Matanya melotot, dengan darah yang keluar dengan derasnya

Aku mendekat ke arah mereka, Dilara yang menyadari pun menodongoan pistolnya ke arah kepalaku. Aku semakin mendekat, Dilara mengambil ancang-ancang untuk menembakku. Aku menarik Galaksi yang dipegang asal olehnya. Sekias aku melihat wajah Galaksi. Wajahnya begitu pucat dan lusuh, ada goresan dipelipisnya. Aku memundurkan diriku sampai pada pembatas Balkon. Dilara menarik jari telunjuknya, aku menepiskan Galaksi dari tengah badanku. Kemudian peluru yang seharusnya terkena Galaksi jadi terkena tepat di dada kananku. Daksa terdiam melihatku menghempaskan diriku untuk terjun kebawah dengan memeluk Galaksi.

Aku merasakan tubuhku mendarat di matras yang empuk, namun seketika itu juga aku kehilangan kesadaranku. Saat aku terbangun, aku melihat sekelilingku

Apakah aku sudah mati?- batinku saat itu

Aku melihat seorang wanita cantik dengan gaun putih berjalan ke arahkuu. Dia menarik tanganku menuju sebuah rumah yang sangat sederhana. Namun saat aku masuk, rumah itu terlihat sangat mewah

"Haii Brilly, aku senang bertemu denganmu"

"Siapa dirimu? Aku tidak mengenalmu"

"Kau mengenalku Brilly, aku adalah wanita yang dulu suamimu cintai" wanita itu tersenyum kepadaku. Senyumnya sangat damai

"Kau??"

"Iyahh Aku Aisyah Azzahra"

"Tapi kau sudah meninggal, artinya aku-?"

"Kau belum meninggal Brilly. Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Menceritakan sesuatu padamu"

"Apaa?"

"Daksa dulu sangat mencintaiku, dan sekarang dia mencintaimu. Sangat mencintaimu, hatimu masih ragu untuk mencintainya. Brilly, dia memang belum melupakanku, namun dia sangat tulus mencintaimu, dan tentunya anakmu. Kamu lelah Brilly, kamu lelah dengan hidupmu. Kamu harus istirahat, makanya aku membawamu kemari"

"Apa aku bisa kembali"

"Tentu saja bisa Brilly, karena belum waktumu untuk menetap disini!" aku terdiam, aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan

"Brilly, aku akan menitipkan sesuatu yang seharusnya, kumiliki dengannya. Tapi suatu saat nanti aku akan mengambilnya. Tapi bukan sesuatu yang kutitipkan, melainkan dia yang memilikinya" aku mengerutkan keningku mendengar ucapannya

"Aku mencintainya, katakan padanya aku menyesal tak mengatakan bahwa aku mencintainya sejuta kali sehari. Aku belum sempat mengatakannya pada Daksa. Selamat tinggal Brilly" Jiwaku terasa seperti di tarik, aku membuka mataku lemahm Daksa memegang tanganku. Aku mengusap kepalanya.

"Sayang, aku mencintaimu. Jangan buatku khawatir"

"Aisyah Azzahra. Dia bilang, dia sangat mecintaimu. Dia menyesal tidak mengatakannya sejuta kali dalam sehari" Daksa menitihkan air matanya

"Aisyahh.. Brilly, jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu"

"Aku juga mencintaimu. Aku mencintai dirimu Daksa" Daksa memelukku dengan penuh kasih sayang. Beberapa bulan kemudian aku mulai pulih, lukaku juga hampir sembuh. Tepat di hari ini, Galaksi ulang tahun yang ke satu tahun. Kami menggelar acara yang lumayan megah, setelahnya aku dan Daksa masuk ke kamar. Galaksi di bawa oleh keluarga Daksa, percayalah. Mereka benar-benar menyayangi Galaksi, mereka bilang wajah Galaksi unik, berbeda dengan mereka. Aku bersyukur, karena ada banyak orang yang begitu mencintai anakku.

"Sayang, kamu gak mau lanjutin sekolahmu?" tanya Daksa yang tiba-tiba memeluk pinggangku dengan erat. Aku menoleh ke arahnya sambil menggeleng pelan, dia mengernyitkan alisnya

"Huftt, aku mau ngurusin kamu sama Galaksi ajah. Lagian aku pengen punya anak sama kamu, kamu ga pengen emangnya?"

"Aku pengen sih, tapi nanti kalo Galaksi udah umur 5 tahunan. Kamu bisa kan ambil kejar paket?"

"Tapi sayang-"

"Brilly, giniii. Kamu pengen kan ngajarin anak-anak kita biar mereka pinter?"

"Iyah alu mau"

"Nahh yaudah, kamu sekolah yah. Biar semuanyaa, aku yang tanggung. Oke sayang?" aku mendengus dengan kesal dan mengangguk terpaksa. Daksa memelukku, menciumi seluruh wajahku, menangkup wajahku untuk menatap dirinya. Saat ini aku benar-benar sedang deg-degan. Kita memang sering melakukannya, tapi entah mengapa sikapnya selalu membuatku resah.

Daksa membawaku ke pangkuannya, dia menelusupkan wajahnya di dadaku dan kemudian mencium bibirku cukup lama. Tak berselang lama pintu kami di ketuk oleh seseorang. Yang membuat Daksa terpaksa menyudahi aksinya. Aku sempat melihat wajahnya yang terlihat sebal

"Galaksinya rewel, gak mau kami gendong. Vanya tolong tidurin dulu yah, nati bawa ke kamarku. Pengen kelonin Galaksi, tapi gak bisa hehe" Dia Mariska, kakak angkat Daksa, yang berarti kakak iparku. Aku tersenyum dan membawa Galaksi ke ranjang, menyusuunya supaya cepat tidur.

And anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang