AA:24

92 7 2
                                    

Brilly POV

"Lo Brilly?" Tanya gadis itu memotong jalan Brilly

"Ngapa?" Brilly melipat kedua tangannya didepan dada

"Jauhin Antariksa! Karna gw sama dia bakal nikah setelah lulus!"

Brilly tertawa sinis. Matanya menatap tajam gadis itu, Brilly menaikkan sebelah alisnya dan berkata

"Punya gw yah punya gw. Gw gak mau berbagi, apa lagi terbagi. Kalo lo mau? Cari sendiri yang lain. Jangan ambil punya gw, inget Mba'nya. Lo jangan bangunin singa yang lagi tidur!"

"Bangsat. Lo pikir lo singa, lo lebih mirip sama kucing garong tau gak. Cewe bar-bar kaya lo tuh gak pantes buat jadi nyonya Vier!! Buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Pasti didikan orang Tua lo juga sama kaya lo. Bar-bar"

PLAKKKK

"ANYAAA" suara lelaki yang sering didengar Brilly memanggilnya dengan tegas dan penuh penekanan

"Apa? Mau belain dia? Nihhh!!" Brilly melempar handphone nya kepada Antariksa. Dan Antariksa mendengarkan semua rekaman itu.

Niat awal Brilly adalah merekam suara kakak kelasnya yang sedang menyanyi didepan Kelas XI IPS 3. Bahkan kini kakak kelasnya itu pun sedang memperhatikan perdebatan mereka

"Maksud lo apa?" Antariksa menatap tajam dan dingin kearah Rika. Sedangkan yang ditatap hanya diamond dan seolah dialah korban disini

"Aku? Bener kok! Kita tuh dijodohin! Dan... Kita bakalan nikah setelah aku lulus SMA!" Jawabnya dengan penuh percaya diri

"Gw kasih lo peringatan. Jangan ganggu cewe gw, jangan deketin gw, jangan deketin Brilly kalo lo gak mau nanggung akibatnya. Gw gak akan mau nikah sama Lo!"

Antariksa menggandeng tangan Brilly lembut, membawa gadisnya menuju UKS, Brilly mengerutkan keningnya

"Bentar deh... Mau ngapain kesini?" Tanya Brilly

"Kamu dari tadi aku cariin buat Vaksin. Nama kamu dipanggil, sahabat kamu ada. Kamunya ilang!?"

"Hehe" Brilly menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tertawa, namun seperti menyimpan ketakutan

Brilly duduk di sebuah ranjang dengan Antariksa disebelah kanannya dan dokter disebelah kirinya. Brilly memeluk erat lengan Antariksa, memejamkan matanya dan berkomat-kamit, menggerutu juga mengumpat

Antariksa mencoba menenangkan Brilly supaya tidak tegang dan supaya jarumnya tidak susah masuk. Antariksa menarik dagu Brilly dan menempelkan pipinya dipipi Brilly, merasa Brilly cukup tenang. Dokter tersebut menusukkan harum suntik ditangan kiri Brilly

Brilly mendesis, namun dengan segera Antariksa mengusap lembut kepala Brilly dengan sayang.

"It's okay beib" Antariksa berkata dengan teramat pelan.

"It's hurts" Brilly merengek. Dan Antariksa mengecup puncak kepala Brilly dengan sayang, sampai salah satu guru melihat mereka dan berkata

"Belum mukhrim. Halalin dulu sono!"

"Ihhh si ibu ganggu ajah sih?" Protes Antariksa

"Lohh Bener kan? Kalian itu Belum mukhrim!"

"Yah kalo dimukhrimin sekarang mah malah di DO dari sekolah, terus kalo saya nggak terpelajar? Anak istri saya mau saya kasih makan apa? Makan cinta?" Guru tersebut mendengkus dan meninggalkan UKS

Setelah selesai Vaksin, Brilly diajak Antariksa untuk duduk di bawah pohon rindang sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaan mereka.

And anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang