AA:16

105 7 0
                                    

Brilly duduk di taman sekolah, memikirkan keadaan Adit. 3 minggu setengah Sudah Adit terlelap dalam mimpinya, entah mimpi apa yang ia lihat.

Brilly terus saja menangis Kala mengingat keadaan Adit.
Setelah bel berbunyi, Brilly menaiki pagar dan loncat keluar, menaiki mobilnya dan bergegas menuju rumah sakit.

"Mohon perhatian, bagi keluarga Tn. Adit segera ke ruangan. Karna, Tn. Adit sudah sadar"

Brilly yang baru setengah jalan, kini berlari dengan tergesa-gesa. Hampir saja ia jatuh setelah keluar lift, jika tak Ada seseorang yang menahan tubuhnya agar tak jatuh.

Ia menoleh. Dan diaa, Antariksa. Kakak kelasnya yang sangat ia benci.

Dia satang bersama Para sahabatnya. Keenam kakel yang cool.

Setelah sadar Dari lamunannya, Brilly berlari cepat menuju ruangan Adit

Brilly duduk disamping Adit, ia menahan air matanya yang ingin keluar begitu saja, kemudian disusul beberapa sahabatnya yang masuk kedalam ruangan Adit, tak Lupa! Disana Ada ibunda dan ayahanda Dari Adit.

Adit tersenyum kearah Brilly yang acak-acakan.

"Vanyaa" panggilnya parau, Brilly tersenyum. Menggenggam tangan Adit yang hangat

"Vanyaa, maaf yah.. Adit bikin Vanya khawatit" Brilly menggeleng, dengan segenap tenaganya. Ia berusaha tak menangis

"Vanyaa.. Adit minta maaf yahh, Adit.. Belum bisa bahagiain Vanya, Adit malah ngerepotin Vanya.. Adit nggak bisa bahagiain Vanya.. Harusnya Vanya bisa dapat yang lebih Dari Adit" Adit tersenyum. Kemudian melihat kearah Ayah, Bunda dan Dita

"Bundaa, Ayah, Ditaaa. Maafin Adit yahh, Adit banyak salah ke Ayah dan Bundaa. Adit Belum bisa bahagiain Bunda dan keluarga"

"Bro.. Gw minta maaf yah bikin kalian semua khawatir, Gw cuman.. Yahhh, Riksaa.. Gw nitip sesuatu hap yang berharga ke lo. Gantiin posisi Gw, Gw yakin lo bisa. Jadiii tolong jagain dia. Bundaa, Ayah, Ditaa.. Tolong jagain Vanya yahh. Antarr, jagain Vanya Gw yah.. Bilangin ke Ayahnya Vanyaa.. Kalau Gw nitip Vanya" Brilly sudah menangis sejak tadi. Air matanya tak dapat diajak kerja sama. Huh...

Adit menatap wajah Brilly yang menangis, kemudian. Ia memasang wajah marahanya.

"Siapa yang suruh Vanya nangis?" tanya Adit sambil memanyunkan bibirnya. Tak lama, Brilly menghapus air matanya tersenyum

Adit juga tersenyum melihat Brilly tersenyum. Ia mengambil handphone nya yang ada di nakas, ia berikan handphone itu kepada Brilly.

Tak lama kemudian, Adit menghembuskan nafas terakhirnya.

Dihari ini, mungkin ini adalah hari bahagia dan duka untuk Brilly.

Brilly berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama Adit. Ia tak rela bila Adit meninggalkannya, ia tak mau ditinggalkan kekasihnya.

"Aditttttt... Hiks hikss.. Enggakkkk.. Nggak bolehhhh.. Aditt nggak boleh ninggalin Vanyaa... Aditt janjiiii sama Vanya kalau Adit bakal selalu ada buat Vanyaaa.!!" Dita yang juga terisak mencoba meneangkan Brilly.

Brilly mengguncangkan tubuh Adit dengan kasar. Menangis dengan keras. Kemudian ia memeluk erat tubuh Adit.

Tak lama setelahnya, gadis itu ambruk dan pingsan.

***

Saat ini, Brilly masih saja tak percaya akan tiadanya Adit. Ia berlari tanpa alas kaki, persis seperti orang gila yang kehilangan sesuatu

Brilly terus saja berlari hingga di rumah duka, dilihatnya orang-orang yang sedang membaca yasin untuk Adit. Brilly membuka penutup wajah Adit

Dilihatnya wajah Adit yang mulai pucat, bibir pink nya berubah menjadi warna pink putih. Badannya mulai dingin, hatinya hancur. Sangat-sangat hancur.

"Adittt bangunnn" pinta Brilly terisak.

Adit tetap enggan membuka matanya.

Brilly menciumi wajah Adit, mengusapnya, menangis didepannya. Hatinya menolak menerima kenyataan ini. Brilly tetap mengguncang kasar tubuh Adit menyuruhnya bangun

"Vanya.. Jangan gini, Adit gak akan bangun!" bentak Chaca yang ada disampingnya. Para sahabat Brilly merasa sedih, kala melihat Brilly seperti ini.

"Adittt bangunn hiks hikss.. Jangan tinggalin Vanyaa.. Adit.. Hiks hiksss.. Bukaa mata kamu sebentar ajah Adittt"

And anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang