- DUA -

353 48 7
                                    

Zahra mengobrol asik dengan kedua sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zahra mengobrol asik dengan kedua sahabatnya. Tanpa sadar, jika bel masuk telah berbunyi. Sepuluh menit berlalu, tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran Bu Rani yang mengajarnya pagi ini.

Tiba-tiba pintu kelasnya terbuka. Sontak, seluruh teman-temannya yang masih mengobrol ria, berlari menuju tempat duduk mereka masing-masing. Begitu pun dengan Via dan Luna.

Kelas menjadi hening seketika. Namun, seper-sekian detik kemudian, kelas Zahra mendadak heboh kembali. Suara sorakan terdengar dari bangku belakang. Ternyata, seseorang yang masuk ke ruangan itu bukanlah Bu Rani. Melainkan Ridho, sang ketua kelas yang mulai menyampaikan sesuatu di depan papan tulis.

"Guys, Bu Rani nggak bisa masuk, beliau ada urusan mendadak. Dan kita dikasih tugas buku paket halaman sepuluh, wajib dikumpul di meja ibu sebelum pergantian pelajaran. Oh ya, Zahra, kamu dipanggil Bu Fitri, disuruh ke kantor sekarang!" seru Ridho penuh wibawa.

Alis Zahra bertaut, "Ada apa Bu Fitri manggil aku, Dho?" tanya Zahra penasaran.

Ridho yang mendengarnya hanya menggedikkan bahu tak tahu.

"Syukron informasinya, Dho. Aku izin ke kantor dulu, ya." Zahra bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan keluar kelas.

Sesampainya di kantor, Zahra mencari keberadaan Bu Fitri. Dia tersenyum saat melihat Bu Fitri melambaikan tangan pertanda untuk segera menemuinya. Zahra berjalan penuh sopan saat melewati beberapa guru di sana.

"Assalamu'alaikum, apakah benar Bu Fitri manggil Zahra?" tanya Zahra memastikan.

"Iya, Nak. Ibu cuma mau bilang, kamu mau 'kan ikut Olimpiade Matematika lagi?" tanya Bu Fitri penuh harap.

Zahra yang selalu dijuluki oleh teman-temannya sebagai 'kalkulator berjalan' itu tampak berfikir.

Dengan mantap, Zahra mengangguk. "Iya, Bu. InsyaaAllah Zahra siap. Kalo boleh tau, lombanya kapan, ya, Bu?"

"Alhamdulillah. Masih lama kok, Nak. Sekitar satu bulan lagi. Kamu pelajari di rumah, ya. Nanti sebelum lomba, Ibu akan bantu kamu dengan teman-teman lain yang juga ikut Olimpiade."

"Ouh baik, Bu. Kalo begitu Zahra permisi dulu, Bu. Assalamu'alaikum." Zahra berpamitan lalu mencium tangan Bu Fitri takdzim.

Zahra berjalan keluar dari ruangan kantor. Saat kakinya baru saja melewati ambang pintu, tiba-tiba tubuhnya tertabrak dengan keras, hingga pantatnya berhasil mencium lantai. Zahra meringis kesakitan, lalu dia mendongak untuk mengetahui siapa dalang dibalik peristiwa nahas itu.

Wajah Zahra terpaku saat menatap pelaku yang menabraknya. Sesaat Zahra tersadar, dia menundukkan kepalanya, lalu beristighfar dalam hati setelah apa yang dia lakukan beberapa detik lalu.

Laki-laki yang menabrak Zahra pun tampak terkejut. Dia menunduk untuk melihat keadaan Zahra. Saat wajahnya bertatapan dengan gadis itu, kedua matanya sontak membola.

Sekat Sebelum Akad [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang