Tiga

11.8K 567 12
                                    

Sudah tersedia versi ebooknyaa....
***

Annisa tersenyum lembut merapikan kemeja suaminya. "Beres deh..." Annisa berjinjit mengecup bibir suaminya sekilas, membuat suaminya tersenyum penuh maksud.

"Mau satu ronde kilat?" Afnan merunduk hendak mencium bibir istrinya, tapi urung saat Annisa menahan bibir Afnan menggunakan tangannya. "Kenapa dihalangi?"

"Kamu kan mau berangkat, Sayang..."

Afnan mengembuskan napas berat. "Aku sebenernya nggak mau berangkat, lebih baik selimutan sama kamu. Menghangatkan satu sama lain," bisik Afnan menggoda.

Annisa terkikik geli, menggeleng pelan. "Udah deh, mending kamu cepetan berangkat atau nanti telat banyak ketinggalan acara lagi."

Afnan memasang wajah nelangsa. "Kamu yakin nggak mau ikut?"

Annisa mengedik. "Undangannya kan cuma buat kamu, itu juga urusan Perusahaan. Aku nunggu kamu pulang aja." Annisa mengedipkan sebelah matanya menggoda Afnan.

Afnan mengerang frustrasi. "Ini namanya istri durhaka," ketus Afnan sekenanya.

Annisa melotot. "Durhaka bagian mananya? Kamu ini!"

Afnan terkekeh geli, menarik pinggul istrinya agar semakin merapat pada tubuhnya. "Suaminya mau ngajak 'ibadah' malah nggak mau," bisik Afnan berat.

Annisa terkikik geli, menepuk-nepuk dada bidang Afnan pelan. "Kan habis dari acara bisa," balas Annisa sama berbisik. "Kita bisa melakukannya kapanpun, tapi nggak sekarang." Annisa mendorong dada suaminya keras, menjauh dari jangkauan suaminya tersenyum konyol.

"Awas kamu ya... Aku buat kewalahan malam ini."

Annisa tersenyum mengejek, menjulurkan lidahnya. "Bodo amat," ejeknya berlari kecil saat Afnan hendak menangkapnya. "Itu sih kamunya aja yang mesum."

Mata tajam Afnan menggelap. "Nggak masalah, mesum sama istri sendiri ini."

Annisa tidak tahu terbuat dari apa stamina suaminya itu. Hampir tiap malam melakukan hubungan intim, katanya menabung benih supaya salah satu dari benih itu ada jagoan yang bisa menempel dan berhasil dibuahi. Tapi Annisa senang, itu sebagai bukti bahwa suaminya tidak seperti suami-suami wanita yang bercerita padanya tentang kelakuan suaminya yang senang jajan di luar.

Annisa mengenakan jilbab instannya, menggandeng lengan suaminya, mengantarnya sampai depan pintu rumah. "Kalau jam 10 belum pulang, kamu tidur duluan ya?" ucap Afnan yang diangguki oleh Annisa. Sekarang baru jam 5 sore, berarti Afnan hanya akan setor wajah untuk memenuhi ajakan direktur utama. "Kamu makan duluan aja, biar nanti Euis panasin makan malam buat aku kalau kamu udah tidur."

"Oke, Sayangku..."

Afnan tersenyum kemudian mengecup kedua pipi Annisa, beralih pada bibir dan hidung, kemudian terakhir pada kening yang dikecup lamat penuh kasih sayang. "Aku berangkat." Afnan menjauh, menuju garasi mobil. Annisa melambaikan tangannya, tersenyum lebar. Memang begitu aktivitas mereka sehari-hari, tidak pernah bosan. Yang ada malah saling mencintai dan juga semakin mesra.

Setelah memastikan mobil suaminya keluar dari halaman rumah, Annisa segera berbalik masuk ke rumah. Keningnya mengerut melihat Euis terburu-buru membawa sapu dan juga serok sampah. Tergesa Annisa mengikuti Euis.

"Ada apa, Is?" Annisa melongokkan kepalanya mengintip apa yang sedang Euis bereskan.

Euis berjengit, seketika berbalik. Wajahnya pucat pasi. "Anu, Bu..."

"Kenapa?"

Mata Euis melirik ke arah pecahan kaca. "Foto Ibu sama Bapak pecah, nggak sengaja kesenggol lengan saya."

Poligami (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang