3 • tahan Olin

4.7K 493 132
                                    

Langkah kaki Caroline amat ringan, serasa ingin terbang dan menari di angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Caroline amat ringan, serasa ingin terbang dan menari di angkasa. Ia memang selalu hiperbola. Tangannya tak berhenti melambai ke kanan dan ke kiri. Begitu salah tingkah saat berjalan beriringan dengan Nanda seperti ini. Ia hanya berani menatap bumi. Syukur-syukur kalau nanti tersandung, pemuda tampan bak pangeran Disney itu akan menangkapnya. Lumayan, kan?

Nanda sesekali mencuri pandang. Entah gerangan apa yang membuat pipi gadis itu merona tak santai. Matanya memicing setiap kali mencoba mengamati lekat-lekat.

Caroline menelan ludah saat berhasil melirik. Sepasang mata indah di sampingnya itu baru saja bertemu dengan miliknya. Ia lekas mengunci mulut dan menekan hasrat teriaknya kuat-kuat.

Tahan, tahan, tahan, Olin!

"Kenapa?" tanya Nanda dengan sedikit tertawa.

"Eh?"

Caroline menjawab dan mencoba mendongak. Oh God, ia tidak sanggup menatap mata lelaki di sampingnya ini. Ia buru-buru mengalihkan pandangan pada rambut Nanda yang pomade-nya mulai memudar.

"Muka lo merah banget. Kenapa? Sakit? Atau--"

"Enggak!" Dengan cepat Caroline memotong kalimat Nanda.

Gadis itu melanjutkan langkahnya dengan kecepatan tinggi, lalu duduk di bangku kosong. Suasana kantin sudah mulai sepi, mengingat jam istirahat hanya tersisa belasan menit lagi. Nanda hanya menggeleng dan tersenyum. Ada-ada saja, batinnya.

"Mau pesan apa?"

"Sama kayak lo aja, deh."

"Jus buah?"

Caroline menautkan alisnya. "Nggak makan?"

"Nggak sempat," jawab Nanda apa adanya.

"Mangga."

Lelaki itu pun mengangguk. Kakinya beranjak menuju salah satu kedai, sebelum pengumuman istirahat menggema. Ia meninggalkan Caroline yang masih sibuk mengentak-entakkan kaki, gemas.

Dari: Benadine

Gue di belakang lo!

Sontak Caroline menoleh setelah membaca pesan pada layar notifikasinya. Ia terkejut melihat Bena sudah duduk rapi sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Caroline seketika menatap tajam, tak suka.

"Lo ngapain, sih? Ganggu orang PDKT aja," ucap Caroline dengan suara pelan, seperti berbisik.

Bena memutar bola matanya. "Malah lo yang ngapain. Nyebut, Lin. Lo, kan, udah punya co--"

"Sstt, nanti dia denger!" Caroline segera memotong kalimat itu. Ia lekas menoleh ke arah Nanda dan memastikan bahwa lelaki itu masih mengantre dengan manis.

"Olin!"

"Apa, Na? Ntar malem tinggal bilang putus ke Ramsi. Selesai, kan? Bukannya dari dulu lo sendiri yang minta gue putus dari cowok toxic kayak dia?"

Butterfly Crush ✔ [Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang