Iseng-iseng berhadiah, itulah yang dirasakan Caroline sekarang. Mulutnya masih ternganga saat mendapat balasan dari Nanda. Kasurnya berdecit berkat aksi jingkrak-jingkrak yang dilakukan gadis itu.
"Woi! Caroline, bisa diem, nggak?!"
Mampus! Tetangga indekos mengamuk.
"Ma-maaf, Kak."
"Dikondisiin, dong! Lagi skripsian, nih!"
"Iya, Kak. Olin minta maaf."
Detik berikutnya, hening kembali menyapa. Caroline refleks menghela napas lega. Kalau saja dinding kamarnya tidak tipis, kejadian ini tidak akan terjadi.
"Hampir aja. Eh, iya, besok pakai baju apa, ya?"
Pikiran itu tiba-tiba terlintas. Caroline lekas membuka lemari dan mengeluarkan kaus favoritnya satu per satu, semuanya pastel. Ia juga mengambil celana hingga rok sepanjang lutut, kemudian menatanya dari sisi kiri ke kanan dengan teratur di atas kasur.
"Besok, kan, seragamnya putih-putih, roknya juga panjang. Kalau pakai celana pendek sama kaos kayaknya nggak bakal gerah juga. Terus, nanti tinggal ganti di kamar mandi. Yeay!"
Caroline sungguh antusias. Sel-sel otaknya sudah membayangkan hal-hal indah yang dapat ia lakukan dengan Nanda.
"Tapi, pakai warna apa, ya, enaknya? Nanda suka yang mana kira-kira? Stalking dulu, deh."
Bukannya melanjutkan pemilihan kaus, Caroline malah memeriksa akun Instagram Nanda yang jumlah pengikutnya tidaklah sedikit. Bahkan, lebih tinggi dari selebgram modal endorse kecantikan dan reviu makanan. Padahal, postingan-nya tak dapat dikatakan banyak. Lebih didominasi konten komunitas dan sedikit foto-foto pribadi.
"Eh, apa, nih?"
Mata indah Caroline salah fokus pada satu postingan yang hampir membuatnya mendidih. Foto dua sejoli yang tertimbun puluhan foto lainnya itu amatlah menantang. Memang Nanda tidak sendiri, ada pasangan lain di sampingnya. Namun, siapa?
Ah, mood Caroline tiba-tiba turun seperti roller coaster. Ia lekas menutup ponsel dan menjauhkannya dari pandangan.
"Bodo, cakepan gue juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Crush ✔ [Terbit]
Ficção Adolescente[DIBUKUKAN] [PART TIDAK LENGKAP] Judul sebelumnya: Adolosense, Slow Motion "Dasar psikopat!" Caroline sudah terbiasa dengan umpatan itu, padahal ia yakin 99% bahwa ia hanya gadis biasa yang kebetulan mempunyai hobi yang tergolong unik, yakni menont...