“Gyu, semalem dia mau aku ajak pulang. Rekomendasi kadonya gak aku pake tapi dia suka ballpoint nya. Thanks.”
“Bagus dong, pertahankan yang kaya gitu Bae. Penasaranmu sedikit lagi bakal kejawab.”
Mingyu sedikit lega, dia sibak rambutnya ke belakang dan Irene terus-terusan senyum senang. Pasiennya yang ini memang punya kadar Curiosity sama seseorang cukup tinggi.
“Tapi Gyu,”
“Apa?”
“Mukanya murung.”
“Kamu tanya? Jangan sungkan buat nanya, itu hak segala bangsa.”
“Ho, bahasamu pak.” mereka ketawa sama-sama.
Jadwal Irene berkunjung memang siang menjelang sore. Mingyu kalau diamati ya kondisinya sedikit kacau. Pria itu banyak buang nafasnya percuma hari ini, nona Bae jadi sungkan buat cerita lebih banyak soal Bu bidan.
“Kamu lagi ada masalah Gyu?”
Mingyu diam sepersekian detik sebelum akhirnya mendesah berat nyaris kayak orang cape batin. Muka gantengnya dia acak kacau, Irene cuma diem.
“Jiwaku lagi roboh, maaf.” jawab Mingyu sendu.
Nonton pria down di depan mata bukan hobi Irene banget, tapi sekarang yang begitu hancurnya itu dokter sendiri, Irene bingung juga harus gimana selain kasih kalimat penenang sekenanya. Semua juga harus ada timbal balik—baik Irene dan Mingyu harus bisa jadi kotak penumpahan beban.
Walaupun Irene bukan ahlinya.
“Kita ke bar?” tawar Irene. Sumpah ini seharusnya gak di tawarin.
“Istriku benci orang mabuk.”
Oke, terserah. Seenggaknya Irene udah nyoba baik. Mungkin sekarang ini Mingyu lagi butuh metime nya. Irene bangkit dan cerita tentang Bu bidan mungkin bisa besok aja. Kalau gak bisa besok ya besoknya lagi.
“Gyu, kalau mau mabok mah mabok aja. Aku juga kalau depresi larinya kesana.”
“Dasar manusia instant. Keluar.”
Dan akhirnya Irene di usir secara bercanda.
Pintu di tutup pelan dan Irene matung di luar, dia sedikit ngintip Mingyu yang cuma bisu di kursinya sambil ketukin ballpoint ke meja. Pulpen Mingyu beneran kembaran sama Wendy, Irene gak suka.
Kemarin waktu pulang dari konsultasinya bareng Mingyu—Irene masuk ke toko peralatan sekolah, niatnya besar sekali buat beliin Bu bidan pulpen baru. Agak risih dianya kalau Wendy punya barang yang samaan sama orang lain.
Anda siapanya dia, helloooooooooooooooo???? Kentank rebus.
“Cari apa mbak? Penggaris buat anaknya??” tanya karyawan toko.
Kalimatnya santai tapi ngeselin, Irene senyum kecil dan geleng.
“Saya mau ballpoint.”
“Waduh harus bayar disini mah mbak. Kalau mau-mauan sih gak bisa.” jawab karyawan tokonya makin ngeselin.
Irene gak mau basa-basi, dia langsung minta di bawain jenis-jenis ballpoint. Padahal Mingyu nyaranin buat kasih emas antam. Irene sibuk milih ballpoint paling bagus, paling aesthetic dan elegant.
“Nih warna tulangnya tinggal black gold emerald, gapapa? Mangsi warna hitam tinta cumi.”
“Gapapa asal jangan blackpink.”
Mereka lirik-lirikan terus berakhir tepuk pundak masing-masing.
Gak sia-sia tenyata kemarin disana Irene sedikit kesel milih-milih, kalau Wendy suka ya syukur. Bahagia sekali liatnya.
Kemarin dia inget adegan di dalam mobil sehabis acara makan malam yang di dominasi sama ketengilan Yeri. Wendy awalnya cuma diem gak mau buka kado natalnya, seriusan sih mukanya murung banget. Selama nganterin Mami ke klinik—Irene gak penah liat wajah Wendy murung kayak gitu.
Dia iseng ngajak Wendy ngobrol, di bales gak seberapa panjang. Lalu Irene nyuruh Wendy buka kadonya, malah dia yang gak sabaran. Aduh, plis.
Wendy berseru 'wow' ya padahal itu cuma ballpoint dengan gaya sedikit mahal dari punyanya Yeri sama Joy waktu masih sekolah. Irene seneng kalau Wendy suka. Hatinya jadi gemeter gak tentu arah di dalam mobil bersama Ibu bidan yang awalnya dia geli banget.
Tuhan cepet banget nge-bolak balikin hati manusia. Natal pertama Irene sama perasaan yang asing.
Sekarang Irene janjian sama Seohyun di cafe anak indie, skudd meluncur. Soal Mingyu dia masih kepikiran, tapi dia juga butuh temen ngobrol.
“Ih kamu kok masih pake baju kerja?? Emang tadi ada kasus apaan??” tanya Irene langsung setelah ikut duduk bareng Seohyun.
Kenalin juga Seo JooHyun temen se-lawyer Irene yang pembawaannya santai kelewat tenang. Dia lebih intelek dan cerdas dari Irene sendiri.
“Ya biasa lah, kayaknya aku ini lawyer spesialis penanganan rumah tangga orang biar gak cerai beneran.” jawab Seohyun nadanya kalem.
“Siapa yang kasih talak?”
“Istrinya.”
“Udah beres tapi?” tanya Irene lagi.
Seohyun geleng, minumannya di ambil Irene. Lalu disedot hampir setengah habis. “Masih proses mediasi. Tadi sidang perdana suaminya gak dateng. Kesian aku tuh.”
“Cowok kalau menghindar dari persidangan memang alesannya banyak banget. Kadal.”
Seohyun ngangguk, pembahasannya ngebosenin. Masalah kerjaan memasng seharusnya di kesampingkan dulu. Irene sama Seohyun kalau ngobrol pake bahasa orang IQ tinggi. Yeri gak mungkin ngerti. Apalagi Joy, penganut yangleks memang gayanya slengean semua.
Setelahnya mereka gak bahas lagi soal topik cerai, sesekali Seohyun tanya soal keluarga Irene. Begitu juga sebaliknya.
“Di holland si Joy katanya mau ikutan master chef, ya katanya sih. Belom pasti juga. Terserah dia aja maunya gimana, keluarga support terus.” kata Irene sambil mainin ponselnya.
“Yeri? Magangnya masih lama?”
“He-em.”
Selain tau cerita keluarga masing-masing, disini Seohyun juga tau soal masalah Irene sama Wendy. Ya masa sohiban lama cuma tau tentang kerjaan doang kan gak mungkin.
“Natalan sama bu bidan gimana rasanya?” Irene mendongak dan tiba-tiba cengengesan gak jelas. Seohyun gak tahan buat gak ketawa juga.
Ya bajingan banget manusia Bae di depannya ini. Total idiot.
“Aww, malu banget.” jawab Irene malah tambah ketawa keras. Dia pipinya berubah merah, kalau di sentuh Seohyun pasti rasanya anget kayak bandrek jam 8 malem.
“Bae serius, mukamu konyol.”
“Haha, dia suka gift dari aku. Tau?”
“Gak.” jawab Seohyun cepet. Mereka masih sesekali ketawa—gak tau ngetawain apaan.
Kalau Seohyun ketawa karena muka Irene yang komuknya mirip calon bucin. Kocak.
“Hyun, tempat ngopi latte yang enak dimana ya?”
Irene inget ini karena Mingyu yang pertama kali nyaranin buat ajak Wendy ngopi santai. Kalau dicoba mungkin seru, Irene super semangat dan gak ada geli-gelian lagi.
“Di rumah.”
Ya bener sih tapi nanti dia abis kena ledek Yeri sampe angus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure (WenRene) | Completed ✔️
Fanfic"Don't let fear or insecurity stop you from trying new things. Believe in yourself. Do what you love. And most importantly, be kind to others, even if you don't like them." - Stacy London