Tolehan Wendy jadi sapaan Irene kali ini, yang di toleh agak canggung banyak groginya. Irene bibirnya senyum kecil-Wendy bales pake senyuman paling manis.
Demi kalimba ya gak ada yang enggak mungkin Wendy lakuin, Irene itu tetap stranger bagi dia, jadi gausah diberi definisi orang akrab.
Irene simpen dulu tasnya di kursi kosong cafe bulan, mukanya sok-soan dingin tapi jatohnya bodoh.
"Kalimbanya?" tanya Wendy gak pake basa-basi. Irene menyeringai.
Orang jahat aja transaksi narkoba gak langsung asal kasih kan? Mereka ngobrol dulu, ketawa dulu, pesen kopi kemudian lalu barang baru pindah tangan. Irene gak segampang itu buat kasih apa yang Wendy mau, ya harusnya Wendy sadar kalau Irene ajak dia kemari pasti ada sesuatu yang harus di obrolin.
Males banget.
"Ketinggalan." Irene bisa lihat wajah Wendy yang mengkerung tanda gak suka sama jawabannya. Irene terkekeh jail.
"Yasudah aku balik lagi ke klinik."
Ting!
Itu suara kalimba yang kedengeran di kuping, Wendy gak jadi angkat bokong dari kursi-dia balik duduk dan tatap intens tas Irene yang mungkin aja ada kalimbanya disitu. Soalnya tadi Irene asal pukul tas dia sendiri.
"Kalimbamu ada, duduk. Kita pesen espresso." titah Irene.
"Aku gak suka minuman caffeine."
"Duh, kesukaanmu itu apa sih? Alkohol gak suka, apa-apa gak suka. Mungkin kamu sukanya aku kaliya??"
Ada senyap jadi durasi, Wendy diem di depannya, kalimat tadi apa bagus di selipin? Irene beralih usap wajahnya itu kasar dan bergumam sorry. Tolong lah ini kenapa atmosfernya jadi bajingan gini.
Irene berasa buntu sama apapun, dia ambil inisiatif buat panggil waitress cafe bulan dan pilihin pesanan di espresso.
"Oke, mbak Seohyun pesen apa? Cola float kayak biasa?" tanya waitress tanpa lirik dulu muka Wendy, dia kenal Irene yang kalau kesini pasti sama Seohyun. Tapi ternyata yang duduk bareng lawyer jutek ini rupanya bukan Seohyun. "Eh, maaf. Kirain mbak Seohyun."
Wendy still kalem. 10 menitnya disini berasa buang-buang waktu.
"Jinsoul kamu catet pesenan temenku sama kaya Seohyun aja." pinta Irene.
Tapi Wendy geleng. "Lemon ice aja."
Waitress penggila ikan cupang itu lalu ngangguk patuh dan kasih Wendy senyum kikuk gesture minta maaf. Wendy anggukin, its okay katanya.
Sambil nunggu pesanan-Irene berdehem keras dulu, ngode Wendy supaya fokusnya ke dia aja. Dari tadi mainannya ponsel, Irene gemes aja liatnya. Kesel.
Kabar buruknya; deheman Irene gak di gubris, nona Son kayaknya sengaja nyuek. Seperti menghindari adanya obrolan panjang, dan Irene buang nafasnya percuma kali ini. Ini nyebelin, asli. Tapi gak seberapa nyebelinnya dibanding pantun Joy yang kurang ajar waktu dulu.
"Nasi kuning sambel pete-muka glowing hasil ngelonte." pantun sindiran yang gak pernah Irene lupa sampe sekarang, terlebih Yeri yang ikut ketawa gila sambil high five.
Jadi mental dia udah keasah dari dulu buat ngadepin sikon beginian. Iya, yang nyebelin minta ampun. Jurusnya mikir.
Loncatin waktu senyap tanpa obrolan sampe pesenan mereka dateng. Pas dateng bu bidan masih main ponsel.
Sedikit mikir soal pertimbangan saran dari Mingyu, Irene hitung 123 di dalam hati dan tangannya mulai gapai permukaan kulit Wendy yang halusnya-astaga. Tangan dia gak gahan buat gak geter, berharap jangan jadi kentank dulu."Kamu cantik hari ini, Lemonnya di minum dulu." katanya lancar. Irene habis gitu megap dan pemborosan udara.
Wendy ketawa kecil, Irene mau meninggal. Amjinc ini berhasil? Trik Mingyu ternyata bukan kaleng.
"Kalimbanya. Aku mau kalimbaku."
Irene nyerah, dia dengkulnya lemes mirip slime. Tadi bilang manis ternyata bikin isi kepala meletus, terus Wendy masih dengan permintaannya di awal, gak tau ini dianya yang gila Wendy apa gimana-suara Wendy kedengeran lebih soft dan manja.
Irene naikin level sukanya udah bawa-bawa syaraf otak. Suara Wendy dia kurung disana biar jadi lullaby.
Kalimbapun dia seret keluar dari dalam tas, wajah Wendy langsung berubah seneng, Irene gak mau kasih dulu. Kalimbanya dia peluk di depan dada.
Rasanya mulut gatel banget pengen bilang; "Kenapa kamu gak bilang kalau kamu maunya aku aja, lebih baik kalimbamu aku kunci mati saja biar kita punya alesan buat duduk berdua seperti sekarang."
Gitu ya,manusia Bae ini takut nanti kalau Kalimbanya udah balik ke yang punya-mereka malah gak bisa ketemuan lagi.
"Kak? Kalimbaku,"
"Jawab dulu."
"Apanya jawab dulu?"
"Soal perasaan aku ke kamu, apa kamu mau ninggalin aku lagi dan ketemu Dahyun?" Wendy buang muka kesamping, mikir keras gimana cara hadepin Irene.
Wendy gak begitu suka di desak, dia tatap Irene di depannya pake satu kedipan mata biar otak jernih dan sebisa mungkin pilih kalimat yang baik biar diantara mereka gak saling bawa perasaan. Itu gak baik.
Di rumah ada Mingyu.
"Ada banyak orang yang lebih pantes kamu tawari itu, tapi aku rasa ya aku gak termasuk di dalamnya." jawaban yang bikin Irene nautin alis.
Blank, Irene total blank sekarang.
"Aku-kepalamu, rambutmu lucu seperti bawang."
Wendy cengo, insecure di depan lawyer. Apa mukanya mirip bawang? Kok Irene bilangnya random begitu? Wendy mukanya jadi merah, ada rasa malu yang campur aduk sama rasa pengen tempeleng kepala Irene pake kalimba.
Seketika Irene sadar kalau ucapan dia bisa aja nyakitin Wendy, tapi memang maksud Irene ke Wendy memang begitu. Wendy itu lucu dan cantik dan manis dan putih :((
Tapi soal lucu seperti bawang-itu keucap gitu aja. Maaf.
"Maaf, maksudku bukan gitu. Maksudku, gaya rambut kamu lucu. Ya kaya bawang bombay."
Irene menggeram frustasi kaya ubi rebus. Lagi-lagi dia salah pengucapan.
Wendy berdiri dari posisi duduk, kalimba di pelukan Irene dia ambil paksa lalu merunduk sambil bisik;
"Kamu juga lucu seperti fakboi."
Kiss.
Irene pipinya di kiss Wendy dua detik, yang nyium pergi tanpa pamit dulu, dan Irene degdegan pegangin pipinya di liatin Jinsoul yang merutuk karena di tahun 2020 ini-ikan cupang itu masih aja nontonin kisah cinta orang yang uwu macam tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure (WenRene) | Completed ✔️
Fiksi Penggemar"Don't let fear or insecurity stop you from trying new things. Believe in yourself. Do what you love. And most importantly, be kind to others, even if you don't like them." - Stacy London