Hari ini ketemu sama cogan webtoon lagi, Hi.
Di ruang kerjanya yang bau kertas polio baru, ada Irene yang sekarang duduk kalem sambil habisin kopinya tanpa suit seperti biasa. Katanya libur, pake outfit renang juga boleh. Bahkan disini Mingyu merinding dengarnya, cringe. Asli.
Planet gurita cuacanya konsisten di musim hujan. Kehitung sudah hampir empat jam Mingyu sama Irene ada di ruangan yang sama. Makin kesini ya Mingyu ngerasa dia bukan lagi psikiater khusus—tapi beralih jadi tempat curhat manusia Bae dengan segala ceritanya tentang bu bidan.
“Kamu hari ini belum jenguk dia lagi?” tanya Mingyu, di tangannya ada ballpoint kesukaan, tentu Irene geleng jadi jawaban.
“Rada gak enak sama adiknya, galak.”
“Ngaca, mukamu gak kalah galak. Versusmu itu.” kalimat Mingyu diberi decakan Irene super keras.
Ya awas ludah turun ke atas meja. Kata Serenada Wendynya; Mingyu harus jadi lelaki yang gak kalah higienisnya dari perempuan. Sehat itu mahal lalu blablabla. Yuhu.
Sere jam segini lagi apa? Mingyu belum jenguk lagi, rindu menyerang gak kenal waktu kan. Tapi Irene jadi sebab dia masih disini, terus ngoceh dari sudut kesudut—semuanya soal bu bidan.
Irene turunin pandangan kedalam cup kopinya, sisa setengah dan hasrat buat habisinpun hilang entah kemana. Ruangan Mingyu tetap jadi tempat terfavoritnya lagu Troye Sivan bernyanyi, disitu Irene menggeram sambil tutup mata.
Gemes karena rindu yang enggak jelas, akhirnya Irene putusin buat angkat kaki lalu sesegera mungkin buka pintu. Wendynya harus dia liat, gila gak mungkin datang kecepetan.
Mingyu? Dia masih diam pijat dahinya naik turun, soal Ibu dan Serenya yang bingung harus di gimanain.
Mumpung langit masih abu, Irene injak pedal gasnya sedikit dalam. Tujuannya ruang istimewa nomor ratusan. Disana ada Wendynya.
(Gimana? Wendynya? Ayam ayam, adegan kaget elus dada)
Gak tau juga tiba-tiba nyampe, berkendara kok ya rasanya melayang di udara. Bebas rambu bebas segalanya.
“Hallo.” sapanya setelah mainannya masuk tanpa disuruh.
Mingyu sempet bilang; alangkah baiknya kalau dia bawa sesuatu sebagai tiket, supaya apa? Tentu supaya bu bidan ada semangat buat sembuh. Yang lebih kurang ajarnya lagi—manusia Bae minta saran, kiranya Sere suka apa kalau lagi sakit.
“Sere selalu minta kalimbanya di mainin. Aku mainin walau gak bisa, itu kalimba satisfying kan? Basicnya memang begitu, kita main asalpun enak-enak aja di dengernya.”
Maaf dia memang bodoh soal begituan, Irene itu workaholic. Adanya Mingyu disamping jelas mempermudah step buat deketin Wendy. Ya siapa tau apa yang Sere suka, Wendy juga suka.
Tuh, kalau mau tau isi pikiran Irene.
Walau tiba-tiba hatinya kayak kecubit secara aneh.
“Bu bidan juga suka kalimba Gyu. Seremu juga suka??!”
Capek ya kalau di ikuti.
Wendy tidur menyamping, punggung kecilnya jadi view Irene kali ini. Tadi sapaannya juga gak di jawab, mungkin tidur? Irene rasa enggak. Soalnya ada suara kalimba yang berbunyi.
“Wen, gimana hari ini?” tanya Irene setelah duduk tanpa disuruh juga. Hening banget, jadi kerasa beneran di rumah sakit. Ya harusnya kalau sama Wendy pasti Irene rasainnya sedang berada di bukit meteor.
Suara kalimba masih berbunyi, Wendy kayaknya gak mau jawab apapun. Irene lihat ada perban panjang yang nutupin mata Wendy, membelit.
“Aku minta maaf soal permintaanku waktu itu, kepikiran terus.” mulai monolog. Anggap aja ini dongeng sebelum tidur. Wendy masih mainin kalimbanya.
“Apa kamu marah sama aku?”
“Wendy?”
“Tadi ke gereja bareng mamiku, dia doain biar matamu sembuh lagi.”
“Maaf aku ceritain kondisimu sama orang rumah.”
“Aku—aku suka kamu.”
“Suka sekali.”
“Haha, aku kenapa ya, sial.” merutuk pake decakan.“Mulai sayang juga akunya.”
“Sayang sekali.”Irene terus ngoceh di balik punggung Wendy, lalu dia sedikit bangkit karena tengkuk telanjang Wendy sudah kurang ajar menggoda.
Dia kecup kecil tengkuk itu, ada gigitan yang Wendy rasa. Still kalem masih jadi andalan Wendy. Yang gigit tengkuk mulai hisap halus, sekarang total rangsangan yang Wendy dapat.
Total rangsangan. Dia ingat Mingyu, tapi gak berontak waktu Irene dengan sekali hentak langsung bisa ubah posisi menyampingnya jadi telentang. Gelap ini jadi rintihan Wendy. Si sialan nyium ranumnya bibir nona Son tanpa permisi.
Sere—apa kabar? Gak nolak di cium berarti membalas perasaan ya? Irene matanya sayu tatap intens wajah Wendy di bawahnya. Posisi sulit, Irene akuin. Tapi dia suka yang tadi.
“Cinta sekali. Mau ya sama aku, aku mabok nanti kalau begini terus. Gila aku.” ini sih menjurus ke pernyataan. Irene beneran buntu. Kata-katanya asli dari dalam hati.
“Tapi aku kekurangan. Aku gak bisa.”
“Siapa peduli? Kubeli kurangnya kamu. Demi alkitab. Demi tuhanku.”
Tolong catet hari ini, biar anggukan Wendy tanda setuju bisa di lihat lagi kapan kejadiannya. Irene senyumnya mengembang bukan main, bahagianya ternyata begini ya?
______________________________________
MINGYUUUUUUU 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure (WenRene) | Completed ✔️
Fanfic"Don't let fear or insecurity stop you from trying new things. Believe in yourself. Do what you love. And most importantly, be kind to others, even if you don't like them." - Stacy London