Empat hari setelah spam text Irene gak ada balasan dari lawan main, dia uringan dimanapun. Imbas ke dianya jadi kacau, di ajak ngobrol malah jawab kemana—di ajak mabok hayu-hayuan, pokoknya kacau.
Untung yang ngajak mabok si Joy, dan itu juga dirumah. Joy gak mau ajak Kakaknya ke Bar, takut gak bisa nanganin karena dia juga kalau sekali teguk langsung limbung kepala pening muka merah, cegukan.
Buat hari ini Irene mau jadi kalem dulu, walau dia kelabakan sama enggak adanya Wendy dan Mingyu. Mau nyari ya nyari kemana, mau tanya juga bingung siapa yang harus di tanyain.
Cafe bulan bukan posisi dia, sekarang Irene jadiin jalanan sebagai tempat ngelamun di dalam mobil. Dari kantor tetep bingung maunya pergi kemana, ya berakhir disini. Sejukin pikiran dibawah langit abu planet gurita.
“Kalau mau hujan ya hujan aja sial, bikin pening kepala aja sik!” langit abu masih jadi target cacian Irene.
Apapun dia caci, caci diri sendiri juga sering. Nyeselin kenapa dulu dia terus-terusan konsult ke Mingyu dan nerima aja semua saran dari Mingyu, cogan webtoon itu malah dorong dia buat beneran jatuh cinta sama Wendy—terus giliran sudah terlena malah endingnya gak jelas begini. Wendy posisinya ada dimana aja dia gak tau.
Aduh, perih.
Dan matanya makin perih karena dia liat perempuan yang waktu itu pake jas putih, lalu nanya kalau dia siapanya Wendy. Sial—mereka belum kenalan karena Irene buru-buru pergi setelah di calling Seohyun.
Perempuan jas putih itu warna rambutnya pirang seperti turis. Irene langsung buka pintu mobil dan sedikit lari buat nyamperin, sekalian nanya; Wendynya ada dimana, siapa tau perempuan ini tau.
“Mbak!” yang di panggil mbak sigap noleh posisi belakang, dalam hati langsung sebut Irene itu si cewek freak.
Yaiya kan waktu itu Irene ngaku-ngaku pacar Wendy di depan dia. Nih kayaknya Irene belum tau, jadi mbaknya diem aja.
“Ada apa, saya buru-buru.” jawabannya memang kedengeran buru-buru.
“Ha, mbaknya tau Wendy dimana? Saya nyaris gila nyari dia keliling jalanan.” tanya Irene, wajahnya raut melas.
“Aeh, dia kakak ku. Jelas saya tau.”
“Puji tuhan, saya boleh tau juga dimana dia? Saya pengen ketemu.”
Yang katanya nyaris gila nyariin Sere, astaga. Asli prihatin.
Mereka dieman beberapa detik, saling lirik name tag masing-masing. Yang satu Irene Bae. SH. Adanya di suit warna biru gelap. Dan yang satunya lagi, Roseanne Park. Sp.GK adanya di jas putih bersih.
Bener kata Dahyun waktu itu ya, kalau bu bidan yang deketinnya punya gelar nyeremin semua. Dia mah apa paling—ojol cewek cuma deket sama tukang gorengan doang. Mentok-mentok di tukang pulsa.
Rose ngangguk gesture iyain, Irene senyum senang karena di acc. Irene tengok kanan-kiri dan gak dapetin adanya mobil pribadi di sekitar sini. Jadi saatnya basa-basi.
“Dokter gak bawa mobil kah? Ayok naik mobil saya aja.”
Disitu Rose langsung pengen nangis aja rasanya. Akhirnya gak naik ojol yang helmnya bau matahari di jam 12 siang.
“Saya biasanya di antar jemput sama pacar, tapi lagi marahan. Memang Jennie anjing 😭”
Itu drafnya Rose yang gak mau di suarakan depan Irene. Stranger ya, inget. Rose sama Wendy itu sama. Sama-sama gak mau terbuka sama orang baru.
Akhirnya cuap-cuap mereka berenti setelah Rose mau diajak pulang bareng, Irene hatinya plong, sebentar lagi bakalan ketemu Wendy. Rose lirik sekilas, Irene ini apa orang yang suka ngirimin Wendy pesan text setiap hari?
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure (WenRene) | Completed ✔️
Fanfiction"Don't let fear or insecurity stop you from trying new things. Believe in yourself. Do what you love. And most importantly, be kind to others, even if you don't like them." - Stacy London