2. Sebuah Pengakuan

172 71 4
                                    

Setelah itu hari-hari aku jalani seperti biasa, kebiasaanku merindukan orang itu di pagi hari pun sudah mulai berkurang, aku akui mungkin karna ada Renzy yang menemaniku, dan dia menjadi pelindungku dari rindu itu.

Sampai pada hari dimana...

Suasana kelas sedang ricuh, jam pelajaran kosong karna sedang di adakan rapat para Guru di kantor...

Anak laki-laki di kelas ku sedang sibuk bermain bola, sedangkan yang perempuan sibuk mengobrol bersama temannya masing-masing, pada saat itu aku sedang mengobrol dengan Nana, kita menceritakan banyak hal mulai dari pertama kali masuk ke sekolah ini, pertama kali kita bertemu, asal sekolah kita, alamat rumah kita dan sebagainya sampai tiba tiba saja ...brukkk...bola menghantam kepalaku,"Duuuuh.."aku meringis kesakitan, pada saat itu semua kericuhan terhenti dan semua mata tertuju padaku.

"Kar kamu gapapa?"tanya Nana sambil melihat ke wajahku

Aku tidak menjawab pertanyaan Nana karna kepalaku terasa sakit sekali sampai aku menunduk di atas meja sambil memegang kepalaku.

"siapa yang menendang bola tadi hah?jawab!"tegas Nana

Kemudian semua anak laki-laki yang tadi bermain bola menunjuk ke arah Riki,

"Riki minta maaf sama karlin!" ucap Nana dengan nada tingginya

Pada saat itu Riki mengabaikan ucapan Nana dan mengobrol dengan teman nya, mungkin dia hanya sedang basa-basi karna gengsi tidak mau minta maaf, tidak lama aku yang sedang menunduk sambil memegang kepalaku yang sakit mendengar suara ribut seperti seseorang yang sedang berkelahi.

Saat aku menegakkan kepalaku dan menengok kesamping kananku ternyata Renzy berkelahi dengan Riki,
Seketika aku terdiam karna aku tidak tahu kenapa Renzy berkelahi dengan Riki, disitu aku melihat Arken mencoba melerai Renzy, yups Arken adalah teman sebangku Renzy, Arken sudah mencoba melerai namun emosi Renzy terlalu besar,"Ren udah ren" ucap Arken sambil merangkul Renzy ke arah belakang

Kemudian aku mencoba untuk melerai Renzy dan Riki walaupun kepalaku masih sedikit sakit, aku berjalan ke arah mereka berdiri saat itu.

"Ren...Renzy udah ...lepasin Riki...udah...kubilang udah!, denger gak!"

ucapku dengan nada tinggi pada Renzy yang sedang memegang kerah baju Riki, sungguh pada saat itu aku takut Renzy memukul Riki karna Renzy bisa terkena masalah nantinya.

"dia duluan yang nyari mati...dasar banci...disuruh minta maaf malah ngobrol..gak punya otak lu hah!"

Renzy menjawabku sekaligus tetap meladeni Riki, aku melihat mata Renzy penuh kemarahan, ia marah seolah harga dirinya telah di injak-injak.

"heh siapa lu...urusan gua kan sama dia bukan sama lu" jawab Riki dengan nada nyolot pada Renzy

"dia sahabat gua! kenapa?....jelas gua marah..lu gak suka?ribut sini, maju lo" teriak Renzy pada Riki

Sesaat perasaan bahagia dalam hatiku muncul, karna pengakuan Renzy bahwa aku adalah sahabatnya,

"Udah-udah kalian ini...kamu juga Riki, kalau main bola diluar bukan di kelas mau kulaporkan Wali kelas hah?" ucap Nana yang memisahkan Renzy dengan Riki

Kemudian Riki segera keluar, setelah disoraki oleh satu kelas, lalu semua anak kelas jadi tertuju padaku dan Renzy...

"Oh sahabat ya...oh oke sahabat...hahahaha" semua anak kelas mengucapkan nya termasuk Nana aku hanya tersenyum begitu juga Renzy.

Saat itulah sebuah pengakuan dari Renzy aku adalah sahabatnya karna sudah satu semester kita berteman, dan setelah kudengar pengakuan darinya aku semakin merasa bahagia.

Beberapa saat kemudian kelas kembali tenang, karna jam pelajaran selanjutnya akan dimulai dan semua sudah duduk di bangku masing-masing.

Saat bel pulang sekolah semua anak kelas keluar dan kelas mulai sepi,
"Kar mau bareng gak? Sebenernya aku mau ke rumah sodaraku si, cuma aku mau anter kamu dulu deh kan kamu lagi sakit" ucap Nana menawariku pulang bersama

"gapapa na duluan aja aku masih lama,kamu langsung ke rumah sodaramu aja aku bisa naik ojek atau angkot nanti" jawabku sambil membereskan buku dan peralatan tulis yang masih berceceran dimana-mana

"Memangnya kepalamu udah gak sakit kar?" tanya Nana dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja

"iya ,udah gapapa kok na, kan aku strong" ucapku dengan memberikan senyum pada Nana.

"bener? Ya udah aku duluan ya kar" ujar Nana.

"iya na hati hati ya" ucapku.

"oke " jawab Nana.

Dan tidak lama kemudian aku yang tengah sibuk merapihkan dan memasukan banyak buku di atas meja ke dalam tasku tiba tiba Renzy menghampiri...

"Kar kamu gapapa?" tanya Renzy

"Iya aku gapapa kok sahabat ku hahahaha" ku jawab dengan sedikit mengejeknya

"Ih apaansi kok aku jadi mau narik ucapanku yang tadi ya aduh aku nyesel.." ujar Renzy padaku

"Ih jangan dong jahat banget si kamu masa gitu aja marah...iya iya maap deh" kataku pada Renzy

"Tapi boong...hahaha kena kamu kan...hahahahaha" seru Renzy ternyata sebuah pembalasan untukku dasar orang aneh

"Iiih dasar ya, awas kamu ren" ucapku sambil bersiap memukul Renzy

Renzy yang melihat tanganku mengepal keatas pun langsung berlari sambil mengejekku,"Wleee, sini kalau bisa"

"Awas aja kalau kena" ujarku sambil mengejar Renzy.

Setelah lelah kejar-kejaran kita duduk sebentar di bangku halaman sekolah, kita menghela napas dan tertawa tanpa alasan seperti punya pemikiran yang sama sampai bisa tertawa begitu saja, saat itu yang ada di fikiranku adalah terimakasih tuhan telah memberiku sahabat yang hebat yaitu Renzy dan Nana aku rasa sekarang aku sudah tidak perduli lagi dengan kenangan pahit di masa lalu ku, seketika Renzy memecahkan lamunanku.

"Kar, gak mau pulang?" ujar Renzy yg sudah menungguku sambil berdiri

"Hah, iyaiya" jawabku tersadar dari lamunanku

"Yeee gimana si, udah sore nih nanti hujan" ucap Renzy padaku

"iyaa iyaaa bawel banget si" jawabku

Lalu aku mengambil tas ku dan berjalan ke arah gerbang

"tunggu sini ya" ucap Renzy

"mau kemana?" tanya ku

Renzy tidak menjawab dia pergi begitu saja ke arah belakang sekolah, tidak lama kemudian Renzy datang menggunakan motor gigi miliknya dan berhenti di depan gerbang.

"ayo" ajak Renzy padaku

"aku naik?" tanya ku untuk memastikan kalau aku benar-benar di suruh naik motornya

"Enggak, kamu yang bawa" ucap Renzy yang lagi-lagi memasang wajah seriusnya

"oh, tapi aku gak bisa bawa motor" jawabku spontan saja keluar dari mulutku

"ya nggak lah kar, bawa motor kan berat" ujar Renzy ternyata dia sedang mengerjaiku

"hmm, gak ada bosen bosennya ngejailin aku mulu" ucapku

Saat itu aku langsung naik motor nya, kita langsung berangkat,dan kita tidak banyak bicara hanya sekedar menunjukan jalan arah rumahku.

Saat sampai di rumahku aku turun lalu Renzy memutar kendaraannya dan langsung pergi begitu saja tanpa ada satu katapun terucap untukku, dia hanya menengok dan tersenyum kemudian langsung pergi bahkan sekedar klakson saja tidak, memang dasar orang aneh ada saja tingkahnya yang membuatku tak habis fikir.

Aku masuk ke dalam rumah yang nampaknya Ibuku tidak ada di rumah, mungkin belum pulang dari pasar, aku masuk ke kamarku, menaruh tasku lalu merebahkan diri di atas kasur, dan aku tersenyum melihat langit-langit kamarku karna masih bahagia dengan hari ini, aku harap akan banyak hari-hari seperti hari ini dalam hidupku.

Waaah terimakasih sudah membaca dan jangan lupa untuk memberi vote dan comment
.
.
.
Kira kira gimana ya kelanjutan cerita nya nanti?
Pokoknya tetep stay tune oke

AWAL Titik Temu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang