Perlu kalian ketahui kalau aku mempunyai orang tua. Kalian taunya kalau aku anak orang kaya dan seperti di manja. Kata itu membuat hatiku sakit karena aku tidak pernah merasa hal yang kalian sering bilang padaku.
" Mhh." Aku mengangkat kepalaku. Menatap Dad yang meletakkan kartu debit berwarna gold itu di meja makan.
Ia berdiri diam melihat ku.
" Dad pergi." Katanya yang berlalu begitu saja tanpa di perhatikan olehku.
Ini terlalu membosankan. Aku mendapatkan kartu emas ini lagi darinya.
Dia terlalu suka dengan job nya daripada anak. Lebih baik aku tinggal di panti asuhan daripada di rumah besar ini tapi seperti kuburan.
" Hai Yeri." Sapa temanku. Aku berbalik kemudian tersenyum melihat Joy yang datang mendekat sambil memecahkan permen karet di bibirnya.
" Apa rencana mu hari ini?" Tanyanya padaku. Aku melipat kedua tanganku sambil berjalan di sampingnya. Tak jauh melangkah, kakiku terhenti saat melihat Saeron yang baru keluar dari mobil.
Dia tetap tampan!
Ia yang tadi ingin berjalan masuk ke gedung sekolah, mata melihat ke arahku dan Joy yang tersenyum kecil saja meski dia tau kalau aku menyukai pria itu.
Saeron tersenyum singkat kemudian ia berlari naik ke atas tangga. Hanya senyum sapa lalu pergi cepat-cepat karena jam pelajaran akan di mulai.
" So what?" Tanya Joy. Aku menoleh ke arahnya dan aku tatap diam wanita ini beberapa saat.
" Aku baru saja memegang barang berharga." Aku angkat kartu debit itu ke hadapan Joy yang langsung berseru dan mengganggu-anggukan kepalanya.
" Aku rasa no limit. Bagaimana kalau Bar?"
" Geurae."
" But.....!" Joy yang ingin berjalan duluan akhirnya terhenti karena kata tapi itu membuat dirinya menatapku.
Aku diam sejenak. Kemudian senyum kecil ku perlihatkan karena baru saja sebuah permintaan membuat Joy mengangguk mengiyakan.
" Ok. Akan aku katakan nanti."
" Mhh... good."
Yeri POV off
°°°°°°°°°°°°
Dokumen itu di letak di atas meja. Wendy mengangkat kepalanya, melihat asistennya Park Chaeyoung atau biasa di panggil Rose jika di kantor. Wanita itu berdiri di samping ujung mejanya.
" Kerja bagus. Siapkan ruang rapat sekarang. Jam 2 kita rapat." Kata Wendy dan di angguki oleh Rose. Sesegera mungkin wanita itu pergi dari sana, saat sudah sampai di depan pintu, ia lemas seketika.
" Wahh.... Presdir sangat tampan! Jinjjayo!" Ucapnya sambil terduduk di kursi.
" Kau tertarik dengan Presdir Son?" Tanya Nayeon.
" Ne. Siapa yang tidak suka Presdir?"
" Majayo." Ujar Nayeon sambil menggeser tempat duduknya ke sisi meja Rose. Nayeon membisikkan sesuatu.
" Lagian dia duda. Sangat baik untuk mengganti posisi mantan istrinya." Bisik Nayeon dan Rose tertawa bersamanya sambil kembali mengetik di keyboard hitam itu.
" Hei!!"
" Khamjagiya!!" Kejut kedua wanita ini. Nayeon melempar kesal penanya ke tubuh Lim yang tertawa berdiri tiba-tiba di depan meja mereka. Rose berdengus kesal dan ia kembali pada kegiatan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Month for you ✓ [C]
Fanfictionkehidupan ku hancur hanya karena keluarga. Aku iri dengan mereka karena mempunyai sosok yang bisa ia terima senyumannya. aku merindukan itu........