6

1.5K 152 50
                                    

Flashback on

Bruk!!! Jatuh indah itu enak. Apalagi jatuhnya sambil hug. Namun naas kepala sudah sampai membentur lantai akibat dorongan Irene.

Cup!!

Irene mencium bibir Wendy. Bukan rasa sakit yang Wendy rasakan sekarang. Hanya kecupan Irene yang berada di otaknya.

Saling pandang dan badan kaku, itu yang Irene lakukan. Namun ia tidak melepas nya. Apa maksudmu Bae!?

" Ya!" Irene menjauh. Wendy menahan tubuhnya dan ia bawa guling Irene di lantai bawah meja sofa.

Irene melebarkan matanya. Ia bernafas tidak teratur saat Wendy menyentuh pipinya.

" Aku mau menikah. Kau mau merestuinya?" Tanya Wendy dengan suara yang sangat soft.

Irene memberi gelengan bukan karena dia menolak. Dia tidak mau Yeri mempunyai Mommy baru menggantikan dirinya! Itu saja!

" Ini demi kebahagiaan anak kita. Dia masih ingin mempunyai Mommy yang selalu ada di dekatnya." Lanjut Wendy lagi membuat Irene terdiam dan ia pegang kasar kera baju Wendy.

" Biar dia denganku!" Kata Irene penuh penekanan.

" No..... Yeri akan selalu bersamaku Irene..." Jawab Wendy lagi membuat Irene hampir pasrah dan cengkeraman perlahan mengendor.

Mungkin ini yang terjadi. Irene tidak kuat menahan semuanya. Ia membuang wajahnya ke arah lain. Kekecewaan tersirat di wajahnya. Mungkin Wendy tau. Namun ia berusaha bungkam.

" Irene..." Wendy cangkup lagi pipi Irene agar wanita ini menghadapnya. Ia pandang Irene dan ia elus pelan rambut nya.

" Maafkan aku." Ucap Wendy sambil memajukan kepalanya dan ia cium kecup bibir Irene.

Mata Irene terpejam, tangannya mengangkat menyentuh kemeja Wendy lalu ia remas kecil. Membiarkan Wendy mencium bibir nya.

Mungkin menurut Irene tidak bertahan lama. Tapi kenapa keterusan?

Wendy mencium pipi Irene dan beralih ke telinga. Menggigit kecil telinganya seraya dengan tangan Irene yang melingkar di leher Wendy. Memang mudah jika pakaian Irene santai. Wendy menarik bagian bahu baju yang di kenakan Irene, mengelus paha Irene yang ia angkat sedikit.

Sebenarnya kalau di lantai, tidak masalah. Namun yang satu ini membuat dirinya berhenti, berinsiatif saja pindah ke kamar.

Irene mendorong agar Wendy berhenti. Ia menatap Irene dan mendekati wanita ini lagi lalu ia cium bibirnya. Lagi-lagi Irene terbuai begitu saja. Ia memejamkan matanya sambil mengelus tengkuk Wendy.

Di apartemen yang sepi ini, sunyi seperti kuburan. Terdapat suara gerusak-gerusuk yang tak kalah meramaikan suasana. Mencairkan es yang sudah di bangun tameng kuat oleh Irene. Seketika hancur begitu saja oleh Wendy yang membuatnya benci pada kehidupan. Di dunia ini hanya Yeri yang ia sayang. Wendy gelap. Bahkan tidak terlihat.

Merasa kalau kurang nyaman, Wendy berhenti mencium Irene. Ia mengangkat tubuh Irene menuju kamar dan tertidur bersama disana.

Wendy telusuri lagi setiap jengkal leher Irene. Ia mengecupnya, memberi tanda disana. Tidak apa... Irene diam tanpa memberontak seperti tadi. Yang ia rasakan, Irene meremas rambutnya. Tidak kasar tapi penuh kelembutan.

Kancing baju Irene di buka satu persatu olehnya. Ia menurunkan sedikit tubuhnya ke bawah, memberikan kelembutan di perut Irene.

Tidak ada pembicaraan lagi. Mereka bungkam, menikmati apa yang di inginkan.

Irene mengangkat sedikit kepalanya. Melepas jas kerja Wendy, kemudian membuka kancing kemeja putih Wendy. Susah saat di tengah, Irene membuka matanya lalu melihat apa yang menghambat. Wendy masih memeluknya. Ia mengecup bahu Irene disaat wanita ini membongkar apapun yang menutupi bagian dadanya.

Month for you ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang