9

1.2K 149 21
                                    

" Ada yang bisa saya bantu Nyonya Son?..ah! Maksud ku--"

" Aku mau bertemu direktur Son Seungwan." Kata Irene yang membuat petugas langsung mengangguk, mengantar Irene mendekati lift.

Ting! Saat lift terbuka, mata Irene menatap luasnya ruang kerja lantai atas. Melihat semua karyawan yang melirik kehadirannya. Siapa yang tidak tau Irene? Mantan istri Wendy.

Ada Rose disana. Ia menghampiri Irene sambil member tundukan sopan. Irene menatap Rose, tidak lama ia berbicara ingin bertemu dengan Wendy.

" Direktur sedang istirahat karena sekarang jam makan siang. Tapi sekitar 10 menit lagi, beliau akan kembali ke ruangannya. Nyonya bisa menunggu Sajangnim disini." Jelas Rose yang berdiri di belakang Irene. Wanita itu mengangguk sambil menatap sekitar ruangan mewah milik Wendy.

" Kalau begitulah saya permisi."

" Ne. Gomawoyo." Ucap Irene yang melihat kepergian Rose.

Irene melangkah, ia sudah lama tidak ke gedung kerja Wendy. Sangat lama dan sekarang banyak perubahan. Ia lihat lemari kaca penuh dengan prestasi group KYK yang lebih pesat maju saat Wendy memimpin setelah ayahnya.

Irene mendekati meja Wendy. Ia melihat ada bingkai foto berukuran kecil disana. Foto Yeri yang di pajang di meja kerjanya. Irene mengambilnya. Ia lihat foto anaknya yang sekitar umur 14 tahun di foto itu. Irene ingat jelas tapi kenangan Yeri tidak seindah saat usianya masih 3-4 tahun. Saat itu masih ada Irene. Dan di foto itu Yeri sudah tidak mempunyai sosok ibu yang berada di dekatnya.

Irene tau persis siapa yang memotretnya. Itu pasti Wendy. Yeri sangat suka naik kuda-kudaan. Dan Wendy penyuka kamera. Penuh dengan foto Yeri saja namun Wendy hanya mengambil foto itu sebagai pajangan nya.

Mata Irene melirik lemari meja yang yang terdapat kuncinya disana. Biasanya Wendy menguncinya untuk mengamankan barang berharga. Tapi sekarang tidak hingga tangan Irene bergerak membuka lemari itu sambil meletakkan rapi lagi foto Yeri di meja.

Ia melihat ada sebuah handphone dan juga amplop yang usianya lumayan tebal. Yang jadi daya tarik Irene hanya handphone lama Wendy. Benda yang dulu Wendy pakai saat masih kuliah.

Irene bolak-balik body handphone itu. Ia tersenyum kecil sambil menghidupkan layar nya. Masih baru dan lumayan mulus. Wendy menjaganya dengan baik.

Sesaat layar handphone di aktifkan Irene, wallpaper yang sama membuat Irene terdiam. Itu fotonya. Jari Irene mengotak-atik galeri Wendy meski di beri sandi sekalipun. Irene menggali ingatannya untuk mencari tau apa password galeri handphone Wendy. Wanita itu menyipitkan matanya dengan otak yang bergerak keras.

Tidak lama ia kembali menatap handphone itu lagi sambil menggerakkan jarinya menekan password galeri Wendy.

Benar saja! Terbuka! Tanggal lahir Irene yang memang tadinya Irene ragu untuk mencoba.

Ia telusuri galeri Wendy. Penuh dengan foto dirinya saja. Tidak ada foto Yeri karena saat Irene masih mengandung sang anak, Wendy sudah menukar handphone dengan yang baru.

" Apa yang kau lakukan?" Irene terkejut. Ia menoleh ke belakang melihat Wendy berdiri di dekatnya. Menatap handphone nya sendiri di genggaman wanita itu.

Wendy mengambilnya dari tangan Irene. Tidak ia saut tapi ia menarik benda itu secara sopan.

" Ada perlu apa kemari?" Wendy mengubah topiknya. Dia seperti tidak mau banyak bicara atau bahkan bertele-tele.

" Aku..emm... cabang SM 3..." Kata Irene. Wendy diam menatap wanita ini yang terlalu kaku membalas tatapannya.

" Kau mau mengambilnya?" Tanya Wendy. Irene ragu menjawab.

Month for you ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang