Suasana tenang, ceria dan berwarna. Langkah kakinya menghentak pelan di sepanjang lantai putih itu. Si pria menoleh ke belakang merasakan pelukan hangat dari seseorang.
" Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?"
" Aku mau mencium bau tubuhmu setelah mandi. Harum....aku suka..."
" Aku belum berpakaian."
" Tidak apa. Seksi."
Ia berbalik. Mendekap wanita itu yang langsung ia angkat gendong ke pelukannya.
" Kalau begitu lanjutkan di atas ranjang. Ini tawaran limited edition. Kau tidak akan mampu mendapatkannya dariku karena aku sibuk. Percayalah, kebahagiaan mu akan sangat indah malam ini." Iming iming membuat hati tergetar. Cara rayuannya sungguh menggoda. Terlihat lembut di bibir namun tangan ugal-ugalan menjalar ke dalam bajunya.
" Hei,...hari ini pertama dan terakhir. Satu anak lebih baik." Bisik Irene di telinga Wendy membuat pria itu mengangguk setuju dan terjatuh bersama Irene ke atas kasurnya.
" Daddy!!!" Kesal Yeri membuat Wendy menoleh cepat ke belakang dan terkejut mendapatkan wajah cuek anaknya karena Wendy tidak menyaut setiap panggilannya tadi. Ia hanya melamun tanpa berkedip bahkan bergerak.
" Daddy mikirin apa sih?" Tanya Yeri yang ikut terduduk di sofa bersama Wendy.
" Ani. Dad..emm...hanya memikirkan pekerjaan." Jawab Wendy dan ia tersenyum sambil merapikan rambut anaknya yang tergurai.
Yeri mengangguk saja. Ia menoleh lagi ke arah TV di depannya sambil menyaut makanan ringan di atas meja. Kemudian ia menyandarkan lagu kepalanya sambil di rangkul oleh Wendy di sebelahnya. Mencium kening Yeri tanda kasih sayang ia berikan.
Saat mata perlahan terbuka, ia terdiam. Menatap Irene yang bersandar di tubuhnya sambil menguyah Snack.
" Bagaimana kalau aku KB?" Tanya Irene yang menatap ke arah Wendy.
" Sayang, aku mau KB. Nanti...kau mau anaknya laki-laki atau perempuan?" Wendy terdiam lamun. Dia menatap Irene di dekatnya yang tersenyum lebar dan kembali bersandar.
" Aku mau anak perempuan. Agar bisa menjagamu nanti." Ucap Irene.
" Nee....aku ingin anak perempuan." Jawab Wendy membuat Yeri perlahan menatap bingung Wendy.
" Daddy bicara apa tadi?"
" Mh?" Dehem tanya Wendy. Lamunannya buyar saat mata mendapatkan Yeri yang menatap tanya dirinya.
" Daddy capek ya? Lebih baik Dad tidur sekarang." Kata Yeri dan Wendy memberikan gelengan nya.
" Ani. Daddy mau menemani mu disini." Jawab Wendy sambil menarik rangkul lagi anaknya. Yeri diam saja. Dia menonton TV sambil sesekali melirik Wendy di dekatnya.
***
Lelah sekali hari ini. Irene membanting tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya dulu.
Tidak lama ia memejamkan mata akhirnya Irene berdiri. Berlalu mengambil handuk menuju kamar mandi. Agar dirinya bisa lebih segar sedikit saat tubuh menyentuh air dingin ini.
Tidak lama Irene keluar dari kamarnya. Menuju dapur untuk membuat kopi hangat. Sambil melamun ia mengaduk pelan kopinya. Mata hanya meratapi air di dalam gelas itu yang bergerak pelan.
Ting tong!!!! Bel apartemen berbunyi. Matanya melirik, dengan sangat malasnya Irene berlalu untuk membuka pintu. Pasti Bogum katanya.
Ceklek!! Perlahan pintu terbuka. Mata Irene mendongak melihat Wendy yang tersenyum kecil padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Month for you ✓ [C]
Fanfictionkehidupan ku hancur hanya karena keluarga. Aku iri dengan mereka karena mempunyai sosok yang bisa ia terima senyumannya. aku merindukan itu........