5

1.2K 146 60
                                    

3 bulan kemudian.......

Kapan lagi punya waktu untuk anak? Mulai dari sekarang seharusnya mereka sebagai orang tua mempunyai perhatian lebih pada Yeri. Bagaimana pun juga, Yeri masih butuh yang namanya pelukan hangat.

" Mhh." Irene berhenti bermain HP-nya. Ia masih bersandar di kursi putarnya sambil mendongak melihat siapa yang datang ke kantornya.

" Undangan." Kata Wendy. Irene mengangkat tubuhnya perlahan. Ia lihat undang berwarna merah namun tebal.

Di pandang lah oleh Irene sambil ia tarik lepas pita di tengahnya.

" Pernikahan?" Tanya Irene. Wendy berdehem lalu berbalik pergi dari sana.

Sepintas ia melihat nama di undangan ini. Wanita itu terdiam, badannya kaku dan tidak bergerak lagi.

" Ya!" Panggil Irene. Wendy tidak menurutinya. Ia berlalu begitu saja, keluar segera dari ruangan Irene setelah berpapasan dengan Seulgi yang langsung memberi tundukan sopan saat Wendy melewatinya sambil merapikan jas kerjanya.

" Permisi, Sajangnim anda--- loh? Irene!? Waeyo?" Seulgi datang mendekati Irene segera yang mengusap air matanya dengan tisu.

" Irene." Panggil Seulgi lagi. Mata pria ini melirik. Ia melihat undangan dan nama yang tertera disana.

Apa maksudnya? Undangan pernikahan Wendy dengan wanita lain yang akan menggantikan posisi Irene sebagai Mom Yeri.

Praakk!!!!!

Suara pecahnya vas bunga itu membuat semua karyawan terkejut di luar ruangan Irene. Mereka bertanya-tanya, apa yang terjadi di dalam hingga membuat suara kebisingan.

Ntahlah. Mereka tidak tau. Namun Seulgi tau persis jika itu keegoisan Wendy yang membuat hati Irene makin sakit olehnya. Bisa-bisanya dia menikah lagi!!!!

" Sialan kau Wendy!!!!" Teriak Irene.

" Irene!!!"

" Ahk~!!!" Irene bangun kejut dari tidurnya. Ia melihat sipit Seulgi yang berdiri di sisi kursinya.

" Irene, kau letih?" Tanya Seulgi.

" Ani..." Jawab Irene yang nampak kacau.

" Pulang lalu istirahat. Kau nampak kacau akhir-akhir ini." Ujar Seulgi membuat Irene melamun sesaat lalu membuang panjang nafas sambil meremas rambutnya.

" Ok...take me home." Pinta Irene yang beranjak dari duduknya.

-----

" Mau beli sesuatu dulu?" Tanya Seulgi melihat spion kursi belakang. Irene memberi gelengan namun mata masih menatap ke luar kaca mobil.

Lampu masih belum berubah warna hijau. Seulgi menunggu bahkan ia menghentakkan jari-jarinya di stir mobil sambil memandang para pejalan kaki yang menyebrang ke sisi jalan lain.

Tidak lama setelah itu, berhenti sebuah mobil Lamborghini hitam di sebelah mobil BMW Irene.

Wanita ini yang tadinya sibuk merapikan rambut akhir teralihkan ke luar kaca samping. Melihat hapal mobil Wendy di sebelahnya.

Ia tau kalau mobil di sebelahnya itu punya Wendy. Namun mata Irene mendapatkan bayangan dua orang di dalam mobil Wendy. Seorang wanita yang bergerak mendekati Wendy lalu bersandar di lengannya. Irene menyipitkan matanya, mencari kejelasan akan apa yang ia lihat.

Memang tidak terlihat siapa orangnya, namun bayangan akibat kaca hitam mobil Wendy masih bisa Irene pandang dari luar. Melihat tangan Wendy yang mengangkat dan ia berikan rangkulan pada wanita itu.

Month for you ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang