8

1.3K 142 27
                                    

Ting!!!! Lift itu terbuka. Semua orang disana menyoroti siapa yang datang bertamu.

Ada satpam yang mencegah nya saat masuk begitu saja ke ruangan kerja pegawai bahkan menuju ke lantai atas dimana ruangan CEO yang berkuasa berada di sana. Tidak tau dengan si Nona terhormat yang datang. Mereka semua sampai risih bahkan memanggil satpam untuk mencegah wanita ini yang ingin masuk ke ruang CEO.

Satpam langsung berlari cepat mendekatinya. Tapi si gadis berhenti melangkah, menatap sorot tajam semua pegawai sampai tiga satpam ini berhenti di depannya sambil menyodorkan tangannya.

" Maaf nona, apa anda sudah mempunyai janji dengan Sajangnim?"

" Untuk apa aku membuat janji?" Mereka terdiam. Beberapa karyawan sepertinya ingin melawan.

" Perusahaan ini punyaku!" Jawabnya. Mereka bingung. Nampak seperti menahan marah namun tidak lama mereka terbungkam ingat siapa yang mereka hadapi.

Memang, akhir-akhir ini Irene pindah perusahaan untuk mengurusi cabang SM. Pantas saja karyawan disana tidak tau akan anak Sajangnim mereka. Bahkan sempat membentak Yeri yang tidak peduli dengan ocehan scurity.

Yeri mengangkat tangannya. Mengusir semua orang yang menghalangi jalannya.

Semuanya menelan ludah pahit. Mereka menyingkir langsung dari jalan Yeri menuju ruangan sang Mommy yang sedang sibuk dengan telponnya karena dia harus ke butik untuk mengukur gaun pengantinnya.

Ceklek! Pintu di buka. Yeri tidak pamit-pamit lagi. Irene berhenti berbicara di telepon dan perlahan benda itu ia letakkan di meja.

" Sayang?"

" Ini apa?" Yeri tidak mau basah basih. Ia meletakkan surat undangan itu di meja kerja Irene.

Mata Irene tidak mau lagi melirik undang itu. Tau akan wajah anaknya yang sudah mulai datar dan angkuh.

" Mom mau menikah lagi."

" Ohhh~~~ Baguslah kalau begitu!" Jawab Yeri dengan senang hati. Irene terdiam namun ia berusaha tenang.

" Aku juga tidak butuh Mom." Lanjut Yeri. Hati Irene sakit mendengarnya.

" Ikut Mom saja. Mommy akan mengurusi mu."

" Tidak perlu Mom. Aku sudah terjaga dengan Dad!" Jawab Yeri yang acuh.

" Aku tidak butuh Bogum sebagai ayah tiriku. Son Seungwan!!! Dia Daddy ku! Aku anaknya!" Kata Yeri penuh penekanan. Dia terlihat dewasa kali ini.

" Lagian kalau Mom menikah aku tidak di rugikan." Irene terkejut. Dia naik darah hingga emosinya timbul.

" Aku sudah besar, umurku 19 tahun sekarang. Bisa saja saat umurku 23 tahun, aku sudah menikah. Membawa Daddy dengan keluarga baruku. Aku akan merawatnya seperti Daddy merawat ku dari kecil. Aku tidak merasakan tangisan lagi sekarang. Ku lihat dirimu bahagia saja meski bukan dengan Dad. Menikah saja. Aku merestuinya. Tapi jika Mom mempunyai anak dari suamimu ini, maafkan aku......aku tidak pernah mau menganggap nama Mom sebagai ibu kandungku. Maaf~~~sekali Mom." Jelas Yeri yang mungkin akhir dari kalimat nya untuk bicara pada Irene.

" Apa yang kau katakan Yeri!?"

" Mommy tidak mengerti? Kalau begitu aku akan mengajarkan Mommy bagaimana caranya menyimak omongan orang!" Irene terbungkam rapat. Sungguh, jantungnya sakit sekali mendengar kata itu dari anaknya sendiri.

" Ini, aku kembalikan. Tidak perlu mengundangku sebagai tamu Mom. Bahkan Daddy! Percayalah, kami tidak akan datang."

Yeri membuang kasar nafasnya menatap marah ke arah Irene. Ia pun berbalik dan berjalan keluar ruangan CEO tanpa mau mengotot lagi.

Month for you ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang