13 :: Karena Jaemin

2.7K 374 12
                                    

Jaemin sejak tadi terlihat gelisah menunggu dokter yang sedang menangani Raina. Renjun yang melihat itu merasa risih, mendengus kesal lalu mendorong kencang tubuh Jaemin temannya ke kursi tunggu, menatap tajam temannya kemudian mengusap wajahnya kasar. Dia tak habis pikir dengan otak Jaemin yang bisa-bisanya menipu Raina dengan membawa-bawa nama Haechan dan membiarkan gadis itu sendirian.

"Diem disitu, gue pusing sendiri liat lo begini." ujar Renjun dingin.

Tak lama kemudian terdengar pekikan dari kedua teman Raina, disusul oleh ketiga teman Jaemin yang berlari dibelakang mereka. Minju berdiri dihadapan Jaemin, menatapnya tajam dan penuh kebencian, sungguh ia sangat marah saat Renjun memberitahunya lewat sambungan telepon. Mengangkat tangannya dengan pandangan yang masih menatap Jaemin tajam, lalu—

plak

"Bajingan kayak lo gak pantes hidup." kata Minju.

"Pergi lo!" lanjutnya.

Guanlin, kekasihnya yang ikut bersamanya menarik pelan Minju, memeluknya dan mengusap punggunya, memberi ketenangan pada gadisnya. Sedangkan Ryujin langsung duduk diam menatap kejadian tadi, tidak ada niat melerai, dirinya masih shock mendapat kabar buruk ini, pasalnya Raina baru kali ini kembali masuk Rumah Sakit setelah komanya dua tahun lalu.

Haechan melangkah mendekat ke Jaemin, mencengkram kerah baju laki-laki itu, merasa tidak terima karena namanya yang dibawa-bawa untuk kebohongan yang dibuat laki-laki Na itu.

"Maksud lo apa bajingan?! Gue emang gak suka sama Raina, tapi gue gak sebajingan ini!" murkanya.

Bomin dan Jinyoung yang melihat langsung melerai, menjauhkan Jaemin dari hadapanya Haechan sedangkan Jinyoung berusaha menenangkan Haechan yang sedang tersulut emosi.

"Maaf, gue gak bermaksud. Gue lagi kacau dan gak tau kenapa gue malah ngirim pesan Raina dan ngajak dia ketemu." sesal Jaemin.

"Lalu kenapa gak lo temuin?" tanya Ryujin setenang mungkin.

"Gue.... gatau, gue gak bisa nemuin dia. Gue gak suka dia ada dihadapan gue." ujar Jaemin cepat.

Plak

Minju menatapnya tajam setelah lagi-lagi ia menampar Jaemin, namun ini lebih keras dari yang tadi. Sungguh, ia sangat marah dan sangat membenci laki-laki dihadapnya ini, bisa-bisanya dia memainkan sahabatnya.

"Gue udah telepon Jeno, dia lagi perjalanan kesini." kata Ryujin tiba-tiba.

Kemudian semuanya terdiam dalam pikiran masing-masing, Jinyoung dan Renjun sibuk menenangkan Haechan yang sepertinya masih emosi dengan Jaemin, pun dengan Minju yang tak lepas menatap laki-laki Na itu tajam.

"NA JAEMIN!"

Semua mata menoleh pada Jeno yang melangkah besar dengan raut wajah yang sangat menahan amarah, tangan terkepal dan menatap Jaemin penuh kebencian, dibelakangnya ada Hyunjin dan Felix yang berusah menenangkannya.

Bugh

"Buat lo yang selalu bikin Raina nangis."

Bugh

"Buat lo yang bikin Raina nunggu."

Bugh

"Buat lo yang udah bikin Raina kehujanan, dan,"

Bugh

Bugh

Bugh

"Buat lo yang udah bikin Raina masuk Rumah Sakit."

Setelah puas menghantam Jaemin, Jeno langsung menghampiri Minju dan meminta penjelasan lebih detail pada gadis itu. Dengan senang hati Minju menjelaskan semuanya dari awal, dibantu dengan Renjun yang menjadi orang pertama yang mengetahui ini, bahkan ia melihat bagaimana tangisan penuh kehancuran Raina dibawah derasnya air hujan.

Dirasa penjelasan dari Renjun dan Minju cukup, laki-laki Lee itu memilih duduk disamping Ryujin, menghembuskan napasnya seraya menggumamkan kata maaf untuk Raina, seakan ia sangat bersalah karena tidak menjaga Raina dengan baik. Ryujin ada disampingnya hanya bisa mengusap bahu lebar laki-laki itu, ia juga merasakan apa yang Jeno rasakan, dia merasa belum menjadi sahabat yang baik untuk Raina.

Tak lama kemudian Dokter yang menangani Raina keluar, membuat semua orang reflek beranjak dan melangkah menghampirinya. Tapi tidak dengan Jaemin, dia duduk diam termenung, entah apa yang merasukinya hingga ia merasa hancur seperti ini, ada perasaan sangat bersalah menjalar tubuhnya.

"Gimana keadaan Raina, Dok?" tanya Jeno.

"Anda siapanya?"

"Kita semua temannya, kasih tau aja." jawab Renjun.

Dokter mengangguk, "Nona Kim tidak apa-apa, hanya saja daya tahan tubuhnya menurun. Apa nona Kim meminum obatnya dengan baik?"

Minju dan Ryujin saling pandang, sedangkan yang lain malah menatap Dokter dengan bingung. Mereka tidak mengerti apa yang dikatakan dokter, obat apa yang dimaksud dokter?

"Ah iya, Dok. Tapi kadang dia juga melewatkan waktu minum obatnya." jawab Ryujin

Dokter mendengus, "sebaiknya nona Kim harus dipaksa minum obat, kalau tidak ini bisa membahayakannya. Daya tahan tubuhnya sudah menurun, seluruh ka—"

"Dokter, bisa kita bicara diruangan anda?" potong Doyoung yang tiba-tiba datang.

Teman-teman Raina langsung menoleh pada Doyoung yang berdiri tak jauh dari mereka, tatapannya terlihat tenang namun sorotnya menunjukan kecemasan terdalam. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada Raina, tapi mereka hanya bisa berdoa semoga gadis itu baik-baik saja.

"Jeno, kakak titip Rain." ujar Doyoung sebelum pergi.

Jeno mengangguk lalu tersenyum miring pada Jaemin, merasa dirinya telah menang dari laki-laki itu karena telah menjadi kepercayaan Doyoung, kakak dari Raina.



::::

[1] She is Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang