22

145 8 3
                                    

Dan bener yang Hyunjin bilang, soal besok akan ada hari yang gak gue duga. Karena nyatanya, itu terjadi. Semua hal yang ada di depan gue bener-bener gak bisa gue duga sebelumnya.

Gue berada di posisi antara Yohan dan Wooseok.

Wooseok ngeliatin gue sambil senyum miring, dan Yohan malah ngeliatin Wooseok sinis parah.

Gue telat masuk sekolah. Dan mereka pun sama.

Gue di hukum dengan ngambilin buku-buku lagi kayak kemaren dan ditaruh ke perpus biru muda dengan porsi yang lumayan banyak. Dan mereka berdua dihukum ngebantuin gue sama ngebersihin perpus.

Untunglah, gue cewek yang hukumannya lebih ringan dibanding mereka.

"Cocok banget lo, Ren, jadi babu."

Sedetik Wooseok ngomong gitu, Yohan segera mencapai kerah seragam Wooseok. "Ngomong apa lo, bangsat?!"

"Lo gak budek kan sampe harus gue ulang?"

"Gue gak budek, lo-nya aja ngomong kayak ngelonte."

Bukan lagi Yohan sekarang yang agresif, Wooseok juga bales Yohan. Jadilah mereka saling pegang-pegangan kerah seragam.

"Anjing lo!"

Gue berdecak pelan. Kalo kayak gini, kapan urusan gue kelar? Gue juga mau masuk kelas biar gue gak ketinggalan pelajaran.

"Guys, bisa gak kalian tenang?"

Akhirnya gue juga yang maju buat misahin mereka.

"GAK!"

Satu kata dari kekompakan mereka berdua ngebuat gue mengerti kalau sebenarnya mereka itu ada ikatan batin.

"Kalo kayak gini, kapan selesainya?"

Mereka gak bales gue. Tapi mereka malah tatap-tatapan dengan sengit. Sumpah cuy, kalo sampe nih perpus jadi arena ring tinju, gue bakal kabur detik itu juga.

Gak mau itu terjadi, gue akhirnya ngebujuk dua anak SD yang lagi ngerebutin bahwasannya bapak siapa yang paling hebat.

"Yohan, lepas ya tangannya? Wooseok juga ya? Gak boleh berantem dong! Masa udah gede kalah sih sama gue yang udah gede."

Mereka berdua diem sejenak.

Tapi kemudian kekompakan mereka lagi ngebuat gue memutar bola mata gue dengan malas, "BACOT, REN!"

Tuh kan.

Karena habis itu mereka saling pandang dengan tatapan mautnya, mending gue tanpa pamit undur diri aja dari situ.

Gue langsung ngumpulin buku-buku yang katanya penting buat perpustakaan gedung gue. Kalo penting, gue harus teliti. Karena yang pasti gue juga bakal makek buku beginian.

Gue angkat kardusnya, dan siap banget mau gue bawa ke gedung gue. Ketika gue berbalik, gue gak lagi nemuin mereka saling pegang-pegangan kerah, sekarang mereka malah nyusun bukunya dengan jarak mereka yang berjauhan.

Anjir, childish bat dong!

Pas gue jalan dan mau minta tolong bawain kardusnya ke Yohan, kaki gue kesandung kaki orang. Dan anjingnya, itu Wooseok!

Huhuu sakit!

Gue bisa liat Yohan lari ke arah gue. Dia ngebantu gue berdiri. Sedangkan Wooseok malah ketawa aja ngeliatin aksi gue sama Yohan.

"Njing, drama abis!"

Sedetik setelahnya, bogeman mentah dilemparkan oleh Yohan untuk Wooseok.

Wooseok yang kaget dengan bogeman dadakan itu cuma bisa diem dan ngeringis. Dan kini, Yohan narik tangan gue. Gak tau mau ke mana.

-----------

Percayalah, mereka pernah sedeket itu, gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percayalah, mereka pernah sedeket itu, gaes.

Percayalah, mereka pernah sedeket itu, gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan kini, tatapan mengerikan itu terjadi. Perdebatan tidak bisa dipungkiri. Membuat seorang gadis bernama Hwang Yoren itu menyerahkan diri.

"Kalau dipikir-pikir nih, Mas Yohan, Mbak Yoren udah pusing belum ya sama kita?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalau dipikir-pikir nih, Mas Yohan, Mbak Yoren udah pusing belum ya sama kita?"

---

Emang anjing tuh mereka berdua! Hehehe..

Pardon Me [Kim Yohan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang