”Halo, aku Park Eunji. Kau istrinya Seungwoo?"
Sinhe menatap Eunji, lalu menatap Seungwoo bingung. Sinhe mengabaikan uluran tangan Eunji yang menggantung di hadapannya. Dia hanya menatap Seungwo dan berkata, ”Aku mau minum susu. Apa kita masih punya susu?”
Sungwoo menatap sinhe dengan pandangan sayang. ”Iya, pergilah ke dapur. Nanti aku menyusul.”
Tanpa memandang Eunji, Sinhe berbalik, menyusuri koridor dan berbelok ke arah dapur.
Dengan penuh semangat Eunji mendekati Seungwoo dan menyeringai, lalu berbisik dengan suara rendah,
”Dia gila.” Eunji mengguncang bahu Seungwoo, berharap dengan begitu dia akan bisa membuat Seungwoo sadar.
"Pengadilan akan dengan mudah mengabulkan tuntutan cerai. ini kan yang kita inginkan?”
”Tidak." Berusaha tidak kehilangan ketenangannya, Seungwoo melepaskan diri dari tangan Eunji yang masih mencengkeramnya.
Seungwoo merasakan kelegaan yang luar biasa melihat reaksi Sinhe pada Eunji. Seungwoo tahu Eunji bisa saja menyakiti sinhe jika Sinhe bertindak ramah padanya.
Puncak krisis sudah terlewati, kini waktunya Seungwoo menyelesaikan sisanya.
”Aku sudah bilang, hubungan kita, apa pun itu, sudah berakhir. Enyahlah. Aku tahu kau wanita yang punya harga diri. Kau tidak mungkin terus merayu lelaki yang tidak menginginkanmu, bukan?”
Seungwoo mencengkeram tangan Eunji, menariknya ke arah pintu. Dia tidak memedulikan pekikan Eunji sampai mereka ke teras. Begitu Seungwoo melepaskan tangan Eunji, perempuan itu langsung menamparnya.
”Aku akan mencari lelaki yang lebih daripada kau Han Seungwoo!” Dada Eunji naik-turun, napasnya tersengal oleh amarah.
”Dan saat itu terjadi, aku akan meyakinkan kau mengetahuinya. Dan kau akan menyesal atas apa yang kaulakukan hari ini.”
Dan seperti yang sudah bisa diperkirakan oleh Seungwoo, tanpa bicara Eunji melangkah dengan mengentakkan kaki, menuju mobilnya. Seungwoo hanya menatapnya.
Seungwoo menoleh ke arah koridor yang menghubungkan ruang depan dengan dapur. Kini Seungwoo menyadari alasan dia tidak tertarik mengejar Eunji, malah tidak sabar pergi ke dapur di rumahnya. Karena di situlah sekarang separuh jiwa nya berada
.......
”Apa aku mengenalnya?” tanya Sinhe saat mereka sudah duduk di meja dapur.Kepalanya berdenyut sejak dia turun ke lantai dasar, melihat perempuan yang bernama Eunji itu.
Tadinya Sinhe mengira kepalanya sakit karena susu dingin yang sedang diminumnya, tapi makin lama dia menyadari bahwa itu karena dia terus berusaha mengingat Eunji. Ada sesuatu dalam diri Eunji yang membangkitkan ingatan Sinhe.
Seungwoo tersenyum. Dia menyelipkan sejumput rambut sinhe ke belakang telinga. ”Dia teman kuliahku.”
”Aku tidak suka dia?” tanya Sinhe. Dia mengambil cangkir susunya dengan kedua tangan dan meneguk isinya hingga habis setengah.
Seungwoo mengerutkan kening. ”Oh ya? Wae ?”
"Ani, aku bertanya. Apakah dulu aku tidak suka dia?"
Sinhe mengulangi pertanyaannya. Seketika dia langsung menyadari Seungwoo terlihat seperti menutupi sesuatu.
Senyum seungwoo seolah tertahan. Dia lalu bangkit, mengeluarkan sekarton susu dari kulkas lalu kembali ke kursi yang tadi dia tempati. Dia meminum seteguk susu dingin. Sinhe masih memperhatikannya.
Seungwoo mengembuskan napas, wajahnya berubah masam.
”Kalaupun dulu kau tidak suka, kau tidak terlalu menunjukkannya. Kau terlalu sopan untuk itu.”
Sinhe berdeham gugup. Seungwoo sepertinya bermaksud mengatakan bahwa sekarang sinhe tidak sesopan sebelumnya.
Tapi Sinhe tidak bisa menahan diri. Keinginan untuk tidak melihat Eunji lagi sama kuatnya dengan keinginan Sinhe untuk melarikan diri dari Seungwoo ketika dia pertama kali siuman.
"Apakah tidak apa-apa kalau aku tidak suka dia?” Sinhe menelan ludah.
”Aku tidak mau dia datang lagi.”
”Dia tidak akan datang lagi,” Seungwoo memastikan, kepalanya mengangguk mantap.
Seungwo memajukan tubuhnya, seolah hendak memeluk. Sinhe menunggu dengan berharap. Dia ingin seungwoo memeluknya, agar dia bisa menghirup napas dalam-dalam, membawa aroma tubuh Seungwoo ke paru parunya.
Entah bagaimana, Sinhe mendapati itu bisa membuatnya tenang.
Maka ketika seungwoo hanya menepuk bahunya, Sinhe menggigit bibir dengan kecewa.
”Mian,” gumam Sinhe sambil menunduk.
"Wae?" seungwoo mengangkat dagu Sinhe, memaksa Sinhe menatap lurus ke mata Seungwoo.
Sinhe menggeleng lemah. ”Karena aku jadi membuatmu memilih. Padahal kau sudah lama berteman dengannya.”
Kini sinhe yang menempatkan tangan kanannya di bahu kiri Seungwoo.
”Aku janji. Nanti kalau aku sudah sembuh, dia pasti boleh ke rumah kita lagi,” hiburnya.Seungwoo terkekeh. ”Tidak perlu merasa begitu. Lagi pula, aku dan...” Seungwoo berhenti.
Sinhe menyadari seungwoo terlihat sangat kesulitan menyebutkan nama perempuan itu. Seungwoo mencoba mengulangi penjelasannya, ”Lagi pula, pertemanan kita lebih lama dibandingkan pertemanan aku dan Eunji.”
Refleks Sinhe memegangi lutut Seungwoo, memajukan tubuhnya dengan bersemangat.
”Apa kita dulu teman kuliah?”
”Tidak, kita lebih baik daripada sekadar teman kuliah,” Seungwoo tertawa.
”Kita dulu satu yayasan, kau SMP dan aku SMA. Walaupun kita berada di satu kompleks sekolahan hanya dua hari.”
Mulanya Sinhe terlihat bingung, namun kemudian matanya membesar dan alisnya terangkat.
Sinhe menutupi mulut dengan tangan.
”Kau bercanda!” sinhe memukul lutut Seungwoo dengan gemas.Seungwoo tertawa ”Aku serius ”
"Kau Seungwoo yang itu?” Tanpa bisa ditahan, Sinhe menghambur ke pelukan Seungwoo. ”Kau idolaku!” pekik nya.
Seungwoo memejamkan mata, menghirup wangi segar dari rambut Sinhe, kali ini tanpa diselingi bau obat luka.
Seungwoo menikmati setiap detik Sinhe berada dalam pelukannya.
”Aku tersanjung,” bisik Seungwoo tulus, sambil mengecup bahu Sinhe.
”Aku serius.” sinhe melepaskan diri dari pelukan seungwoo, tanpa menyadari mata seungwoo yang begitu ingin merengkuhnya kembali.
Sambil tetap menumpukan tangan ke lutut seungwoo. Sinhe bercerita dengan mata berbinar.
”Kau alasanku hampir tidak pernah duduk di subway saat jam sibuk.”
”Kenapa?” tanya seungwo bingung.
”Memang apa bagusnya?”
Sinhe nyengir lebar. ”Karena aku tahu, kalau kau berada di posisiku, kau pasti akan memberikan kursimu pada orang yang lebih membutuhkan. Aku tidak bisa membalas kebaikanmu, maka sebagai gantinya aku berbuat baik kepada orang lain.”
Sorot mata Seungwoo melembut menatap Sinhe. ”Itu tidak ada hubungannya denganku. Dasarnya kau memang baik hati, kau tahu itu?” Seungwoo tersenyum dan mengetuk hidung Sinhe dengan telunjuknya.
”Tapi aku tidak mau kau menyalahkanku kalau suatu hari betismu kena varises.”
Tanpa bisa ditahan,Seungwoo mencium pipi sinhe ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple With You | END
Romance"bersamamu cinta menjadi sangat sederhana" Mereka menikah bukan karena cinta. Baik Seungwoo maupun Sinhe punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan tercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapk...