Flashback guyss
Dua belas tahun lalu
"Apa apan sih panitia OSPEK SMP! Ngapain juga anak baru pada di suruh minta foto sama tanda tangan anak SMA? Apa hubungan nya coba?"
Seungwoo melirik malas ke arah yang di tunjuk Hangyul. Di yayasan ini, kantin SMA dan SMP memang jadi satu.
Jadi sudah menjadi pemandangan biasa, tapi melihat anak berseragam dari berbagai SD. Jadi pemandangan aneh.
Hal ini berlangsung sejak kemarin. Sepertinya mereka di tugaskan oleh panitia ospek, entah untuk urusan apa.
"Kenapa yang harus di foto harus kelas 2 sma sih? Ribet banget sih!, mereka pasti polos banget dan gk bisa ngebedain nya" timpal Seulgi.
Wooseok menanggapi. "Belagu banget sih osis kelas 3 smp. Lihat aja kalo dia nanti digituin pas Ospek SMA"
"Iya gk sih?" Wooseok menoleh ke arah Seungwoo,
Seungwoo mengangguk setuju setuju saja.
Gara gara kemarin seungwoo gadang mabar game online jadi dia sekarang kadar mengantuk nya tinggi.
Seungwoo bangkit dari bangku, kantuk nya sudah tak tertahan lagi.
"Ya!, mau ke mana?" Panggil Hangyul.
"Tidur!"
Setelah keluar dari area kantin. Seungwoo berjalan menyusuri koridor panjang. Dia akhrinya sampai di depan UKS, Seungwoo menggeser pintu, menyadari UKS sedang sepi.
Seungwoo membaringkan tubuh nya di ranjang, melipat tangannya sebagai bantal lalu memejamkan mata, bersiap tidur.
"Mian Sumbenim, kk anak kelas dua ya?"
Seungwoo mengeram dalam hati atas gangguan itu.
Di ranjang sebelah, duduk seorang anak perempuan dengan wajah pucat. Kaki nya tergantung, dia terlalu pendek wajar lah beberapa bulan lalu dia masih anak SD.
Ia mengenali seragam yang menandakan dia lulusan sd swasta mahal.
Sekilas dia merasa kesian pada ank di depannya. Dia pasti mengalami hal yang tidak menyenangkan.
Sambil menghela nafas, seungwoo menjawab. "Ne, aku anak kelas dua, butuh Foto?"
Anak itu mengangguk cepat dengan semangat. Tanpa biacar dia merogoh tas nya dan mengeluarkan tustel kecil dan Bulpen, mengarahkannya ke arah seungwoo.
Anak itu mendadak tersenyum lega, hendak mengatakan sesuatu pada Seungwoo tapi tidak jadi, karena bertepatan dengan itu terdengar suara keras.
Lima anak SMP rupanya menggeser pintu dengan kasar.
Mereka berteriak teriak pada anak perempuan itu. Mengatakan soal markir dari kegiatan.
Kesal dengan tingkah laku anak smp itu, Seungwoo langsung berdiri dan mendorong anak yang paling depan.
Senyap seketika.
"Heh! Anak tengik!" Hardik Seungwoo
"Ini UKS! Lo kira ini lapangan bola, bisa teriak seenak jidat lo?!"
Mereka terlihat syok. Rupanya mereka tidak menyadari kehadiran seungwoo sebelumnya.
Akhirnya salah satu dari mereka menjawab sopan.
"Choesonghamnida, Sumbenim. Kamu nggak tau kk di sini. Kami dari bidang penegak disiplin" siswa SMP itu berhenti sebentar, mungkin ingin membiarkan siapa yang mendengarnya ciut.
"Kami ingin menjemput" dia berdeham. "Adik kami karena dia sudah tidak ikut acara"
Seungwoo menoleh ke arah si anak perempuan. "Kenapa kamu ada di sini?" Tanya seungwoo.
"Saya diperbolehkan ke sini sama Hansu Sumbenim. Soal nya tadi saya lemas dan pusing"
Satu osis menjawab. "Bohong! Yang meminta kamu ya Hansu sumbenim. Katanya kamu sudah nggak kelihatan sejak kegiatan tadi pagi"
Si anak perempuan itu mulai bergetar.
"Kalian pergi saja" kata Seungwoo, ia cape harus meladeni Bocil seperti mereka.
"Kamsahamnida, Sumbenim" salah seorang dari mereka maju mendekati si anak perempuan.
"Kalian saja, anak ini nanti saya antarkan setengah jam lagi"
"Tapi, sumbenim..."
Seungwoo memotong cepat. "Kalau kalian mau selamat di Ospek SMA, kalian pasti bakal nurut sama apa yang saya omongin"
"Saya Han Seungwoo, ketua OSIS SMA ini, Periode 06/07"
Mendengar itu anak osis smp kaget. "Kalau kalian tidak mau pergi dari sini, saya akan mencari tanu nama kalian satu persatu, dan menjadi bahan... - jika kalian masuk SMA nanti, saya akan memastikan kalain di sambut dengan sebaik baiknya"
Anak osis SMP itu menelan ludah. "Nee, Sumbenim"
"Kalau begitu kami pergi dulu"
Si anak perempuan itu melompat dari ranjang dan terhuyung, seungwoo hanya memperhatikan dari tempatnya bediri.
Anak perempuan itu lalu mendekati Seungwoo dan tersenyum tulus.
"Kamsahamnida, Sumbenim. Sekarang saya mau ke kelas dulu, sebelum hansu sumbenim mencari saya lagi"
"Kau punya orang yang bisa menjemputmu?" Raut Muka anak itu berubah seketika. Saat Seungwoo berhasil mendapati dia berbohong.
"Tentu saja, sopirmu pasti menunggui mu"
"Saya tidak di jemput, sumbenim..."
"Simpan kebohongan mu untuk anak Osis" Seungwoo tertawa kecil. "Dimana dia memakirkan mobil?"
Dia menunduk sedikit lalu menjawab pelan. "Saya baru sembuh dari sakig tifus. Eomma saya yang memaksa supaya Pak Bogum mengantar saya"
"Saya tak peduli dengan Pak Bogum yang mengantarmu. Kamu segera pulang saja ke rumah dan beristirahat, jangan datang ke sekolah sebelum orientasi selesai"
"Wae, sumbenim?"
"Kamu dulu sekolah di Jeonju kan? Kamu harus nya tau Osis SMP ini sangat tidak suka sekolah itu, tak peduli dengan keadaan mu"
Tapi anak itu terlihat tidak paham. Wajar lah masih bocil. Dari pada dia harus menghabiskan waktu tidurnya terganggu oleh anak perempuan ini.
Seungwoo langsung mengantar Anak ini ke gerbang sekolah. Bahkan satpam pun tak percaya Seungwoo yang mengantarnya. Otomatis dia menuruti Seungwoo.
Anak perempuan itu terlihat lemas, sampai sepertinya tak mampu berjalan menuju mobil di parkiran.
Terpaksa Seungwoo menemaninya, takut nya dia pingsan.
Tiga orang di dalam mobil itu menghambur keluar. Dua perempuan paruh baya berpakaian seragam suster dan seorang bebaju formal menyambut majikan kecil mereka dengan Histeris.
Wajar saya, Seungwoo yang sedari tadi memegangi tangannya juga agak khawatir makin lama tangan yang di genggamnya semakin dingin.
Seungwoo melangkah mundur, menngangguk saat semua orang mengucapkan terima kasih pada nya. Si anak perempuan hanya menatap Seungwoo. Dia sudab bersandar lemah di dada salah seorang susternya.
Seungwoo melambaikan tangan pada si anak malang. "Jangan datang sebelum Ospek selesai ya!" Serunya.
Susah payah, anak perempuan itu menyingginhkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple With You | END
Romance"bersamamu cinta menjadi sangat sederhana" Mereka menikah bukan karena cinta. Baik Seungwoo maupun Sinhe punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan tercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapk...
