Hal pertama yang dilakukan Seungwoo saat mendengar teriakan Sinhe adalah mematikan Kompor. Dia berlari secepat kilat menuju lantai atas.
Sudah tiga hari Sinhe berada di sini, dan selama itu pula Seungwoo mendapati Sinhe Selalu terbangun dengan gelisah. Setiap di tanya, sinhe hanya menjawab bahwa dia mimpi buruk, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Seungwoo membuka pintu kamar dengan kasar, nyaris mendobrak dan mendapati Sinhe sedang terengah. Duduk di kasur.
"Sinhe...?" Panggil Seungwoo pelan. Dia masih belum berani beranjak dari tempatnya berdiri di ujung pintu, Seingwoo tidak ingin membuat Sinhe kaget atau ketakutan.
Tapi tanpa disangka oleh Seungwoo, Sinhe turun dari ranjang dan dengan terpincang berlari ke arah Seungwoo. Seungwoo menyongsongnya, tidak mau membiarkan Sinhe berjalan lebih jauh lagi. Sinhe menubruk Seungwoo, memeluknya erat sampai menangis.
Seungwoo menelan ludah. Dia mengelus punggung Sinhe, menumpukan dagu di puncak kepala istrinya. Sesekali dia membisikkan kata-kata penghiburan ke telinga Sinhe. Ketika tangis Sinhe sudah mereda, Seungwoo lalu membimbingnya ke ranjang.
Sinhe menurut ketika Seungwoo membaringkannya kembali, menarik selimut hingga ke dada Sinhe.
Sinhe membalikkan tubuh, memunggungi Seungwoo. Sisa tangis masih membuatnya terisak. Seungwoo menghela napas, mengelus bagian belakang kepala istrinya.
”Sinhe..?” bisik Seungwoo.
”Aku tidak apa-apa.”
”Aku tahu,” bujuk Seungwoo.
”Mimpi buruk lagi?” tanya Seungwoo, berusaha agar nadanya terdengar biasa. Entah mengapa dia punya firasat bahwa mimpi-mimpi Sinhe ada hubungannya dengan amnesia yang dia derita.
Sinhe membalikkan tubuh menatap Seungwoo
"Aku takut" Sinhe membisikkan kata-kata itu dengan bibir getar menahan tangis.
Seungwoo melepaskan sandal dari kakinya lalu naik ke ranjang, berbaring di samping Sinhe. Sinhe segera menempatkan tubuh dalam pelukan suaminya, bersamaan dengan tangan Seungwoo terentang memeluknya.
”Sttt.. Gwenchana, aku ada di sini.”
”gajima..”
”Tidak akan. Yagsoge " Seungwoo menepuk-nepuk bahu Sinhe dengan ritme yang tetap dan membuai.
”Selama kau tidak keberatan dipeluk lelaki yang memakai celemek dan berbau bawang putih.”
Di sela tangisnya, Sinhe tertawa. Namun tawanya teredam saat ia membenamkan wajah di lekukan leher Seungwoo.
.....
Sinhe mengangkat lengannya ke atas wajah, berusaha menghalau sinar yang menyilaukan mata. Dia menoleh ke arah sumber cahaya, lalu mengeljap. Memperhatikan Seungwoo yang sedang membuka gorden.
”Jam berapa sekarang?” tanya Sinhe bingung. Dia lalu duduk, menyandarkan punggung ke kepala ranjang. Sinar matahari yang terpancar di luar jelas bukan sinar matahari pagi. Semalam Sinhe tidak bisa tidur.
Seungwoo menemaninya sampai dini hari, tapi rupanya Sinhe tertidur. Meski demikian seungwoo tetap bangun lebih pagi.
”Baru jam 1 siang” jawab Jagad sambil nyengir.
”Bagaimana tidurmu?" Dia membuka jendela, membiarkan angin yang menyegarkan memasuki kamar.
Sinhe menarik napas dalam-dalam. Meskipun sudah siang, udara yang masuk terasa begitu segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple With You | END
Romance"bersamamu cinta menjadi sangat sederhana" Mereka menikah bukan karena cinta. Baik Seungwoo maupun Sinhe punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan tercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapk...
